Part 4 - Mexi

517 28 0
                                    

Hari ini aku kuliah sampai sore. Begitu jam kelas terakhir selesai, aku melirik arlojiku. Siudah pukul 5 sore. Aku langsung menuju parkiran dan menuju sebuah supermarket karena ingin membeli sesuatu. Terhitung waktu selama di perjalanan dan waktu saat aku memilih2 barang di supermarket, waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore. Jalanan sudah mulai gelap dan aku berjalan melewati sebuah kompleks perumahan yang sangat sepi. Jujur saja ini membuatku sedikit takut karena aku menyetir sendiri. Tapi, aku mencoba menepis ketakutan itu dengan menghidupkan radio dan bernyanyi-nyanyi kecil. Tiba-tiba mobilku tersendat dan berjalan semakin melambat sampai akhirnya berhenti.

" Aduh, kenapa nih mobil? " tanyaku mulai panik. Aku melirik sekeliling, sangat sepi dan cukup gelap. Aku memberanikan diri turun dari mobil dan membuka kap mobilku. Segumpal asap keluar dari mesin mobil saat aku membuka kap. Aku langsung mengayun-ayunkan tanganku untuk menghilngkn asap itu.

" Aduh, gimana nih? Mana gue ngerti masalah mesin mobil." gerutuku bingung. Aku mencoba memperbaikinya dengan memutar-mutar beberapa mur yang ada di mesin, tapi tak berhasil juga. Tanganku sudah kotor dengan noda hitam dari mesin mobil. Aku mulai menyerah dan menyeka keringat di dahi yang mulai bercucuran. Aku mengambil hp di saku dan berniat menelpon Pak Maman, namun tak aktif. Kesialan hari ini sudah sangat sempurna dengan tidak aktifnya nomer Pak Maman. Aku menyandarkan tubuhku di pintu mobil sambil melipat kedua tangan di dada. Berpikir keras apa yang harus aku lakukan.

Latihan basket hari ini cukup melelahkan bagi Mexi. Setelah mengganti baju, Mexi berjalan menuju parkir motor. Hari ini dia membawa motor sportnya itu ke kampus.

" Mex, kita duluan ya." kata Jo sambil memukul pundak Mexi.

" Oke. Take care, bro! " kata Mexi sambil memakai helm. Jo dan Ryan pun berlalu pergi. Mexi menghidupkan motornya lalu pergi meninggalkan halaman kampus. Mexi berjalan melewati jalan yang biasa dia lewatin untuk mencapai rumahnya. Saat tiba di jalan sebuah kompleks perumahan, Mexi melihat sebuah mobil Jazz Hitam berhenti di pinggir jalan. Bukan sekedar mobil Jazz Hitam itu yang menarik perhatian Mexi, namun plat mobil itu sepertinya Mexi mengenalnya. Mexi menyipitkan kedua matanya untuk memastikan bahwa dia mengenal mobil itu. Saat melintasi mobil itu, Mexi menurunkan kecepatannya dan mengalihkan pandangannya ke sekitar mobil itu. Lalu dia menemukan sosok perempuan yang sedang berdiri di samping mobil. Dia mengenal gadis itu. Mexi pun menghentikan motornya.

Aku yang menyadari sebuah motor berhenti di depanku langsung bersiaga. Aku agak parno karena jalanan ini sangat sepi. Si pengemudi motor itu pun membuka helmnya.

" Mexi? " tanyaku kaget saat melihatnya.

" Ngapain lo disini? " tanya Mexi tanpa mempedulikan kekagetanku.

" Mobil gue mogok." jawabku singkat tanpa memperdulikan ucapannya.

" Mogok kenapa? " tanyanya lagi.

" Ya kalo gue tahu kenapa pasti udah gue perbaiki. Mana gue ngerti urusan mesin." jawabku ketus.

Mexi hanya menghela nafas panjang, lalu dia turun dari motornya. Dia berjalan ke arah kap mobil yang sudah terbuka dari tadi.

" Mau ngapain lo? " tanyaku bingung.

" Mau dihidupin gak? "

" Ya maulah."

" Yaudah, santai aja donk jawabnya." katanya ketus, sepertinya dia membalas keketusanku yang tadi. Aku hanya manyun mendengar ucapannya itu. Mexi mengutak-atik beberapa bagian dari mesin itu selama beberapa menit. Aku berdiri di belakang menungguinya, berharap dia bisa memperbaikinya.

" Coba lo starter deh." kata Mexi menyuruhku menghidupkan mesin. Aku menurut dan masuk ke dalam mobil. Benar saja, mobilku bisa nyala kembali. Aku langsung berteriak dari dalam mobil saking senangnya. Aku kembali turun dan menghampiri Mexi.

Gift From GodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang