XI - Explosion

602 101 22
                                    

Sore itu, Mira sudah bersiap-siap dalam apartemennya, terlihat rapih dengan blus putih dan jins biru simpelnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sore itu, Mira sudah bersiap-siap dalam apartemennya, terlihat rapih dengan blus putih dan jins biru simpelnya. Membawa barang seadanya, Mira segera keluar apartemen dan mengunci pintu.

Dengan santai, Mira keluar gedung dan berjalan sembari menyiulkan lagu kesukaannya.

Boom.

Mira panik. Dia segera menjongkok dan menundukkan kepalanya. Dia menutup mata dengan sangat kencang, berharap itu semua mimpi.

Boom.

Sekali lagi, ledakan itu datang dari belakangnya. Mira semakin menutup diri, mengeluarkan rengekan.

Mira tetap di posisi itu selama beberapa detik, dan ketika lingkungan terasa sudah tenang, Mira perlahan mengangkat kepalanya.

Hati dia melonjak dengan ketakutan dan kekhawatiran, dia benar-benar tidak tahan. Dengan tangan yang gemetaran hebat, dia berusaha mengambil ponselnya di tas, namun tangannya tidak ingin bekerja sama.

Napas dia semakin berat, rasanya dia bisa kehabisan oksigen saat itu juga. Dengan gelisah, Mira melihat sekitar. Tetapi, dunia sekitarnya terlihat buram, penglihatannya mulai kabur.

Akhirnya, tangannya mendapatkan ponsel miliknya. Mira langsung menelpon kontak pertama yang terlihat disitu.

Jungwon.

Mira memencet tombol menelpon. Tidak bisa diam, Mira dengan putus asa menunggu dia mengangkat telpon itu. Dia benar-benar putus asa.

"Halo?"

"...Won." dengan suara penuh ketakutan, Mira berusaha berbicara.

Jungwon terdiam di seberang telpon, kaget.

"K-kenapa?"

"T.. Tolongi-in g-gue..." kata Mira dengan tenaga terakhirnya, rasa takut membuatnya gagap. Saat itu juga, Mira hilang kesadaran, badannya tergeletak di tengah jalan.

"Ada apa? Halo? Haloo?"

Jungwon kewalahan, dia sangat bingung akan apa yang sedang terjadi. Rasa khawatirnya pun semakin menjadi.

"Halo? Miraa?"

Tetap memegang ponselnya di sebelah telinga, Jungwon mulai berlari menuju kafe dekat tempat kerja Mira, dia berusaha berlari secepat mungkin. Memikirkan kemungkinan terburuk, Jungwon semakin khawatir, berlari lebih cepat.

Dia sudah berlari beberapa menit, dan ketika dia hampir sampai di kafe, tiba-tiba sebuah suara familier terdengar di telinganya.

"Jungwon?"

Jungwon langsung berhenti berlari, mencari napas sembari memproses segala kejadian yang terjadi saat itu.

"H-heeseung?"

"Lo kenal sama yang punya hp ini?" tanya Heeseung datar.

"Iya. What happened to her?" Jungwon langsung mengungkapkan kekhawatirannya, dan berjalan.

"She passed out." jawabnya singkat.

"Trus??"

"Gue udah manggil bala bantuan."

"Bala bantuan? Buat apa??"

"Black Ghost ledakin gedung apartemen disini."

Jungwon segera terbatu di tempat, terkejut.

"B-black Ghost?"

"Iya."

"Kenapa?"

"Kalau itu gue kurang tahu. Nanti kita diskusiin di markas."

"Okay, gue akan ke tempat lo secepatnya."

"Gausah. Ketemuan di rumah sakit aja, biar polisi beresin urusan di apartemen." tegas Heeseung.

"Oh, oke. Sekarang, keadaan Mira gimana?"

"Dia dibawa ambulans bareng korban lain. Gue lagi nyupir ngikutin mereka."

"Tumben." sindir Jungwon, masih ngos-ngosan mencari nafas.

"Gue butuh data korban, siapa tau berkaitan dengan Black Ghost." balas Heeseung, sedikit merasa terganggu, dan telpon itu pun diakhiri sepihak oleh Heeseung.

"Iya juga, tapi- Halo? Halo? Anjir." merasa kesal, Jungwon mendengus. Akhirnya, dia memanggil taksi untuk ke rumah sakit untuk menyusul Heeseung.

"Bos, misi sudah terlaksanakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bos, misi sudah terlaksanakan."

"Haha, baguslah. Laporan." katanya, penuh kesinisan.

"Korban ada sekitar sepuluh orang, dan pemilik apartemen sudah merasa diperingatkan. Dia akan dipaksa bayar sisa hutangnya besok."

"Oke, kamu boleh pergi sekarang."

Anak buahnya ragu, tidak keluar dari ruangan bosnya.

"Ada apa lagi?" keluh bosnya.

"Tentang ENHYPEN..."

Bos itu segera bereaksi, melihat anak buahnya di mata dari tempat duduknya. Tatapannya sangat intens, cukup untuk membuat anak buahnya gugup.

"Lanjutkan." tegas bos itu, hampir berteriak.

"P-pemimpin ENHYPEN, Lee Heeseung. Dia terlihat di situs kejadian." kata anak buah itu, tergagap.

"Wah, kamu baru saja membuang waktuku." balas bosnya penuh sarkas, dan kembali sibuk memainkan cincinnya.

"Bukan itu... Dia membantu seorang gadis biasa yang pingsan dekat situ."

Bagaikan bola lampu menyala, ekspresi ketidak tertarikan bos itu berubah menjadi ekspresi kepuasan.

"...Cari data tentang gadis itu."

hayi! author nyla disini, hshs

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

hayi! author nyla disini, hshs.
pertama kali ya, aku bikin note?

gausah panjang lebar deh.
aku mau nanya, ini feel mafianya
dapet ga ya? soalnya aku ga
terlalu pengalaman nulis ginian :")

opini kalian akan sangat dihargai ♡
sekian, sampai jumpa di bab lain!

gunshot ↷ lee heeseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang