"Ra, serius? Apa nanti kamu enggak kecapekan?"Mira, yang terlihat benar-benar putus asa mengangguk dengan agresif kepada manajer, "Iya, enggak apa-apa kok. Aku lagi butuh uang tambahan juga."
Jeon Mira... Seorang pekerja keras. Gadis berumur 18 tahun itu bekerja sebagai pelayan sekaligus penjaga kasir di sebuah toko serba ada ternama di kota Seoul.
"Tapi... tugas-tugas kamu udah selesai?" tanya manajernya sekali lagi, merasa khawatir akan pegawai muda yang satu ini. Iya, Mira beruntung sekali karena memiliki atasan yang sangat baik.
"Udah kak... Enggak usah khawatir deh, aku bisa gantiin giliran tengah malam kok. Toh aku dapet uang lebih." ujar Mira, menghendikkan bahu.
"Yaudah deh. Tapi aku enggak akan ada tengah malam untuk nemenin kamu, enggak apa-apa kan?"
"Kak... enggak apa-apa, kan aku udah kerja di sini lumayan lama." Mira akhirnya meyakinkan atasannya, yang mendesah lega setelah perkataan Mira.
"Oke deh, kalau capek izin pulang aja ya."
"Siap kak, kalau gitu aku pamit pulang ya!" sapa Mira sebelum membungkuk kepada manajer dan melangkah pergi dari belakang toko.
Mira sebenarnya berbohong mengenai tugas-tugas dia yang belum selesai; dia merupakan seorang mahasiswa jurusan kedokteran. Berbagai tugas, lisan maupun praktek, belum ia selesaikan, dan tenggat waktu pengumpulannya tidak lama lagi.
Tetapi ia tahu, toko itu kekurangan pegawai - pegawai yang niat bekerja - maka Mira dengan sukarela mengambil alih giliran kerja tengah malam, yang seharusnya dilakukan oleh seorang pegawai lelaki yang tiap hari selalu tampak lesu.
Menggaruk tengkuk lehernya, Mira berjalan pulang dengan niat beristirahat sebelum bekerja sekali lagi di tengah malam.
"Enggak apa-apa lah, lagian besok hari Sabtu." gumamnya.
Dengan murka, Heeseung menghentakkan kerah baju lawannya yang terduduk lemas di lantai dan sekali lagi menariknya kearah dia.
"Saya tanya sekali lagi... Dari mana engkau dapat informasi ini?" geram Heeseung, gemetaran lawannya semakin parah dari pistol yang diarahkan kepada dagunya.
"Sumpah tuan, saya tidak punya informasi apa-apa!" sangkal lawannya. Kesabaran Heeseung pun habis dalam seketika, dan ia menarik pelatuk pistol berkaliber 22 dengan silencer miliknya, darah dari kepala lawannya mewarnai tembok dengan pola percikan.
"Sialan." kutuknya di bawah nafasnya, badan lawannya yang tak bernyawa hanya tergeletak di situ setelah tangan Heeseung dengan sederhana melepaskan kerah bajunya dari genggamannya.
"Seung, segeralah pergi dari situ, polisi akan datang kurang dari dua menit." tiba-tiba suatu suara dari earpiece yang dikenakan oleh Heeseung menginstruksikan. Heeseung benar-benar lupa ia mengenakannya, ia sangat terbuai dalam suasana gelap dari jalan tikus itu.
"Hoon."
"Hm?"
"Mana mungkin informasi geng kita bocor begitu saja?" tanya Heeseung tidak percaya.
"Eh, lo lupa? Kan ada yang nerobos firewall kita."
"Nye nye nye, firewall my ass. Lo udah perbaikin kan?"
"Udah, seung. Tenang aja. Sekarang tolong segeralah pergi dari situ, kita tidak mau polisi mencurigakan kita."
"Gue udah sampe depan markas cuk." ujar Heeseung, namun sesuatu menangkap perhatiannya.
"Yaudah cepet masuk ego."
"Bentar."
Heeseung segera berjalan ke lain arah, matanya menemukan seorang gadis yang menyenderkan punggung kepada tembok pintu masuk markas mereka.
Mira menyelesaikan giliran tengah malamnya, jika lebih lama mungkin saja dia pingsan akibat kurang tidur.
Iya, Mira tidak berhasil memejamkan matanya ketika ia sampai di apartemennya. Padahal, ia benar-benar membutuhkan tidur untuk tetap terjaga selama bekerja di toko.
Perlahan-lahan, kesadaran Mira kian berkurang sembari berjalan pulang kearah apartemennya. Saat itu pukul 2 subuh, dan laju jalan Mira semakin tidak jelas tiap menit berjalan.
Pada akhirnya ia bersender kepada tembok yang ia temukan di tengah jalan. Mira sungguh kesusahan untuk tetap sadar dan berjalan dengan benar menuju rumahnya. Memutup matanya yang sedari tadi sudah terasa berat, ia berbisik kepada dirinya sendiri, "Tidur bentar, enggak apa-apa lah ya."
Hampir saja Mira terbawa ke dalam alam mimpi, sebuah benda yang keras dan dingin menyentuh pelipisnya, mengganggu Mira. "Apaan sih." keluh Mira.
Mira berusaha memulihkan kesadarannya, dan ia dihantam oleh kenyataan, berada dalam situasi yang tidak menguntungkan itu.
"Kau tahu apa yang akan terjadi jika kau bergerak sedikit pun." suara dingin Heeseung datang dari sebelahnya, siap untuk menarik pelatuk saat itu juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
gunshot ↷ lee heeseung
Fanfiction ❛❛ when his danger meets her recklessness ❜❜ 〘 ft. enhypen's lee heeseung ↝ 이희승 〙 mafia au • © aeonights, 20.09.2020