"Jungwon, sekali lagi gue bilangin ya, gue baik-baik aja disini, lo nggak perlu khawatir." tegas Mira kepada lawan bicaranya di telpon.
"Yakin? Nggak ada kejadian aneh-aneh kan?" ucap Jungwon sekali lagi.
"Nggak ada won, nggak adaaa. Kenapa lo khawatir banget sih?"
"Kan kalau tengah malem, pasti ada aja yang nggak bener."
Mira, yang mendengar perkataan itu langsung dari Jungwon, mengangguk setuju. "Oke, won. Kalau kerjaan gue selesai, gue panggil taksi deh, biar pulang sampe rumah dengan aman." balas Mira, mengerti kekhawatiran Jungwon.
"Baguslah." Jungwon menghela napas lega.
"Biasanya lo nggak khawatir sama hal-hal kayak gini, kok tiba-tiba?" tanya Mira heran.
Jungwon tertegun sesaat, namun segera menjawab, "Ya lo kan dulu nggak pergi kerja tengah malem, makanya gue nggak khawatir."
"Oh gitu... Anyways, gue harus balik kerja nih. Good night Jungwon!" dan telpon itu ditutup sepihak.
"Udah telponannya?" sambat manajer tokonya, yang diangguki oleh Mira, "Udah, kak. Maaf ya."
"Ih, ngapain minta maaf, kamu beruntung banget punya temen yang khawatiran sama kamu." kekeh manajernya dengan santai. Mira hanya diam.
"Mira, dikit lagi sif kamu selesai kan?" tanyanya.
"Iya kak."
"Aku tinggal nggak apa-apa kan?" manajer toko itu mengerutkan keningnya lelah.
"Nggak apa-apa kak, sampai ketemu hari kamis ya kak!" sapa Mira sembari berjalan ke kasir.
"Oke, selamat malem Mira!" sapa manajernya balik, meninggalkan lokasi itu.
Mira pun menghela napas, sif dia akan segera berakhir dalam beberapa menit.
Sementara itu, di sisi lain toko itu, Heeseung memasuki toko itu sembari berbicara kepada orang yang ada di earpiece-nya.
"Lo butuh apa, won?" tanyanya dengan singkat.
"Eum, perban? Trus alkohol buat steril nanti, oh sama masker dan sarung tangan dong. Hehe, makasih Heeseung." balas Jungwon panjang lebar.
"Iya, kenapa lo nggak minta bantuan Sunoo aja sih?" sindirnya, mencari barang-barang yang diminta Jungwon.
"Kan dia lagi ngurusin EJ, toh tadi dia hilang fokus waktu EJ ngejar lo." jelasnya, menggelengkan kepala tanpa sepengetahuan Heeseung.
"Oh gitu, oke." Heeseung pun mengakhiri pembicaraan.
Mendesah, dia menggapai perban di rak atas, lalu melihat plester khusus untuk luka kecil. Hm, buat luka gue, boleh lah, batinnya, dan ia pun mengambil satu pak.
Mira yang mulai mengantuk pun bernafas lega ketika pegawai yang mengambil sif berikutnya datang dari belakang.
"Ini giliran gue, kan?" kata Yumi, salah satu teman kerjanya yang ia kenal.
"Iya, eh bentar, gue layanin satu orang lagi." ujar Mira ketika sosok pria berjalan kearah kasir.
"Oh, oke, gue tunggu lu selesai ya ra." Mira mengangguk, dan Yumi pergi ke salah satu rak toko itu.
"Selamat datang di Seoul's Shop!" sambut Mira sembari membungkuk, sebelum memindai kode batang dari barang-barang yang Heeseung hendak beli.
Heeseung yang hanya berdiri disitu menatap Mira yang melakukan pekerjaannya, dan dia segera menyadari bahwa Mira memang bukan seorang mata-mata dan hanyalah seorang perempuan biasa.
Iya, Heeseung tidak terkejut waktu melihat Mira di hadapannya.
"Apakah ini saja barang yang dibeli?" Heeseung mengangguk.
"Totalnya 20.000 won." kata Mira, akhirnya melihat wajah pembelinya. Sedikit terbelalak, Mira menutup mulut ketika dia melihat goresan luka di pipinya. Heeseung yang fokus menaruh uang tidak sadar akan reaksi Mira.
Setelah menaruh uangnya, Mira mengucapkan terima kasih, namun sesuatu dalam diri Mira melonjak, yang membuatnya memanggil pemuda itu.
"Hey, eum... Itu luka di pipi..." gumam Mira sembari menunjuk goresan lukanya dengan ragu.
"Bukan urusan kamu." kata Heeseung penuh penekanan, sebelum berjalan keluar toko, mengabaikan kekejutan Mira.
Mira mengenal suara itu.
Suara dari sosok yang hampir menembaknya malam itu.
Tergesa-gesa, Mira membuka seragam kerjanya dan merampas tasnya. "Dadah!" seru Mira buru-buru kepada Yumi tanpa menoleh kepadanya, mengejar Heeseung yang saat itu terduduk di luar toko.
Heeseung sedang duduk di kursi meja yang disediakan di situ, memandangi perlatan medis dengan linglung. Dia ingin mengobati lukanya sebelum pulang, agar tidak membuat khawatir para anggota ENHYPEN.
Barang-barang tadi yang ia beli terus dipandangi olehnya, hingga sosok wanita yang terengah-engah mencul dihadapannya. Heeseung segera melihat ke atas untuk menatap langsung dengan manik milik seorang Jeon Mira.
"Kamu yang kemarin nodong aku pakai pistol, kan?" ucap Mira di tengah napasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
gunshot ↷ lee heeseung
Fanfiction ❛❛ when his danger meets her recklessness ❜❜ 〘 ft. enhypen's lee heeseung ↝ 이희승 〙 mafia au • © aeonights, 20.09.2020