Mira mencoba meresap perkataan Heeseung ke dalam otaknya, dan matanya melebar. Mira sepenuhnya sadar sekarang; ia sedang ditodong dengan pistol, yang dapat mengakhiri hidupnya saat itu juga.
Sekujur tubuh Mira gemetaran akibat ketakutan, dan ia juga tak dapat melihat ke sampingnya untuk melihat siapa yang ingin membunuhnya. Mira hanya tertegun di situ, berusaha diam seperti patung.
"Kamu siapa?" tanya Heeseung datar.
"B-bukan siapa-siapa..."
"Jawaban yang salah. Kamu siapa?" pistolnya semakin ditekan ke pelipis Mira, dan Mira tersentak, gemetarannya memburuk.
"Ak-ku Jeon Mira." balas Mira tergagap.
Heeseung ragu. Ia memiringkan kepala untuk melihat wajah gadis itu dengan lebih jelas, mengangkat alisnya.
"Mengapa kamu disini?" interogasi Heeseung, curiga akan niat Mira yang sebenarnya.
"Aku b-baru selesai giliran kerja tengah malam, d-dan aku mengantuk." jawab Mira, tidak berani untuk melakukan kontak mata dengan Heeseung yang menutupi wajahnya dengan tudung jaketnya.
"Apakah kamu mata-mata?"
Mira tertegun. Maksud dia dari mata-mata itu apa? Apakah dia seseorang yang penting?
Mira terus mengedipkan matanya, mencoba melihat sosok di sampingnya, namun Heeseung semakin menekan pistolnya, dan Mira kembali membungkukkan badannya, "Apakah aku terlihat seperti seorang mata-mata?" Mira reflek menolak pertanyaannya.
Heeseung terdiam; dia memang terlihat lugu. Dia gemetaran sedari tadi, walaupun dia berusaha diam Heeseung tetap bisa melihatnya.
Mendesah, Heeseung memasukkan pistolnya ke dalam sakunya. Mira terlihat terkejut; Mira kira hidup dia benar-benar hangus.
"Pergilah. Jangan pernah ke sini, atau hal yang lebih buruk akan terjadi." ancam Heeseung dengan nada yang dalam.
Mira berada di ambang menangis, dan tanpa berpikir Mira segera berlari pergi dari situ. Dia tidak berhenti berlari, ia terus melaju kearah rumahnya. Mira tidak bisa tertidur; Mira harus sampai di rumah, tidak peduli apa yang terjadi.
Betul saja, ketika dia sampai di rumahnya, ia mengunci pintu dan jendela dengan panik. Setelah melemparkan diri ke atas kasurnya, tangisannya meledak. Ia tidak memiliki energi untuk membersihkan dirinya. Namun, subuh itu, Mira tidak dapat menutup kelopak matanya.
"Gimana bisa lo tidak melihatnya di CCTV?!" teriak Heeseung kesal kepada temannya, Sunghoon, yang mengurus perihal CCTV itu.
"Dia belum sempet lewatin CCTV nya ego. Santai dikit napa." kata Sunghoon berusaha menenangkan Heeseung yang sangat frustrasi.
"Dia bisa saja seorang mata-mata, hoon. Berani-beraninya lo ngasih tahu gue untuk santai!"
"Jadi... dia siapa?" tanya Sunghoon, berusaha mengganti topik agar temannya sekaligus atasannya itu tidak lagi marah.
"Bukan siapa-siapa, cuman orang lewat." desah Heeseung, mendudukkan dirinya di kursi kosong sebelah Sunghoon.
"Tuh, aman kan? Dia bukan mata-mata."
"Sengaja banget ya lo, ganti topik." kekeh Heeseung, menguburkan badannya lebih dalam kedalam kursinya dan menutup matanya akibat kelelahan.
"Ada apa, kok lo teriak-teriak, seung?" Jake tiba-tiba masuk ke ruangan kerja Sunghoon.
"Tadi ada orang di gerbang yang enggak keliatan dari CCTV." Sunghoon menginformasikan teman se-geng nya.
"Oh... Mau gue cariin info orangnya?" tawar Jake selaku seorang tracker di ENHYPEN.
"Gausah, dia bukan orang penting..." gumam Heeseung dengan suara parau, tetap memejamkan matanya.
"Gimana lo bisa tahu?" balas Jake ragu.
"...Sorot matanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
gunshot ↷ lee heeseung
Fanfiction ❛❛ when his danger meets her recklessness ❜❜ 〘 ft. enhypen's lee heeseung ↝ 이희승 〙 mafia au • © aeonights, 20.09.2020