Hari yang dinantikan semua orang pun datang, dan para anggota ENHYPEN sudah stand by di tempat mereka masing-masing. Jay, Ni-ki, dan Sunoo sedang diam dalam mobil karavan mereka, menunggu EJ untuk keluar dari bar dalam keadaan mabuk.
"Kita udah nunggu lebih dari satu jam, kapan sih dia keluar?" keluh Sunoo, kakinya mulai terasa letih lesu karena diam dalam mobil selama itu.
"Kalau lo nggak suka, lo seharusnya nggak ikut kita." cetus Jay. Ni-ki hanya mengangguk setuju.
Sunoo pun melirik Jay jengkel, merasa sedikit tersinggung. Akibat kelelahan, Sunoo menguap lama.
Di saat yang bersamaan EJ terlihat muncul di depan bar, dia menaiki tangga dengan linglung, begitu juga ketika ia sampai di trotoar. Tatapan matanya sangat malas, setengah tertutup kelopak mata. Gerak-gerik badannya pun tak karuan.
"Bagus, dia bener-bener mabok." ucap Jay penuh kegembiraan. Sunoo yang hampir tertidur menegakkan badannya tiba-tiba ketika mendengar ucapan Jay.
"Sekarang?"
"Sekarang." perintah Jay, keluar dari kursi penumpang mobil, yang diikuti oleh Sunoo.
"Hey, man!" seru Jay ketika EJ berada di depannya, pura-pura ramah.
"Siapa lo?" gumam EJ tidak jelas. Oleng dari laju jalan dia, tubuh EJ seketika tidak terkendali, dan dia pun terjatuh. Untungnya, EJ ditangkap oleh Sunoo ketika dia pingsan.
"Huh, ternyata kita gausah bius dia." canda Jay, melihat keadaan EJ yang pingsan tak berdaya.
"Kok dia nggak bangun-bangun sih? Minum dia sebanyak itu ya?" bisik Jake di samping Jay, yang hanya menyilangkan tangannya sembari bersandar kepada tembok gudang.
"I guess so."
"Sembur dia pakai air es." suara dingin Heeseung segera membuat Sunoo pergi ke toko untuk membeli es. Dalam sekejap, ia pun kembali dengan ember penuh air es.
Tanpa ragu, Heeseung menuangkan segala konten ember itu diatas kepala EJ, dan EJ mulai pulih kesadarannya, seketika menggigil karena basah kuyup.
Mengerutkan keningnya bingung, EJ secara perlahan kembali sadar, dan matanya bertemu dengan mata Heeseung yang menatapnya penuh kebencian.
EJ pun tersentak, dan dia melihat sekeliling dengan panik. Dia juga menyadari tangannya yang terikat pada kursi, dan dia terus bergerak mencoba bebas dari ikatan tali yang amat kuat itu.
Setelah beberapa menit berjuang, EJ pun menyerah, dan kepala EJ terbentur sakit kepala pening akibat alkohol. Saat itu dia benar-benar tidak berdaya, menunduk ke bawah.
Menunggu EJ menyerah dalam diam, Heeseung pun maju mendekat EJ di kursi dan berjongkok, melihat EJ dari bawah. Tatapan dia yang sangat tajam menusuk EJ, membuatnya semakin merinding.
"Apa yang lo mau dari gue?" dengan suara lemahnya EJ bertanya, bergetaran parah. Heeseung tetap diam di posisinya, tidak bergerak sedikit pun.
"APA YANG LU MAU RENGGUT LAGI DARI GUE??" teriak EJ sekuat tenaga kepada wajah Heeseung, namun Heeseung tetap tidak bereaksi.
"Sejak kapan gue merenggut sesuatu dari lo?" akhirnya setelah beberapa lama, Heeseung bersuara.
"Sejak lo nggak terima gue di ENHYPEN, bangsat." EJ segera membalas, kekesalan kembali mengalir dalam darahnya.
Gudang itu memiliki aura yang sangat gelap, dengan pencahayaannya yang minim, dan tembok serta langit-langitnya kumuh, dengan noda hitam dimana-mana. Gudang itu sangat kosong melompong, maka tak heran jika EJ tidak bisa menyembunyikan kegelisahannya.
"Itu salah lo sendiri, EJ. Lo yang buat gue nggak percaya sama lo sejak lo tusuk gue dari belakang." ujar Heeseung, membuat EJ terdiam merenungkan perbuatannya.
"Gue udah minta maaf kan?" nada EJ segera berubah menjadi nada yang penuh keputusasaan, mukanya memberi tanda bahwa dia merasa bersalah.
"Permintaan maaf saja tidak cukup, EJ. Buktinya setelah itu, lo ninggalin gue begitu aja." Heeseung sekarang merasa sangat kesal, mengepalkan tangannya menahan amarah walau ekspresinya tetap datar.
"Trus gue harus ngapain, hah? Berlutut?" belot EJ. Amarah Heeseung segera meluap, dan sebelum ia dapat memprosesnya, kepalan tangan Heeseung mengenai pipi EJ dengan sangat keras.
Semua orang disitu terpaku di tempat, termasuk EJ yang masih tertunduk setelah ditonjok oleh Heeseung.
"Informasi ENHYPEN yang udah lo bocorin, balikin ke kita. Beritahu juga, siapa saja yang mendapatkan informasinya. Jangan pernah muncul di hadapan gue lagi setelah ini." kata Heeseung tanpa ragu.
"B-baiklah, brengsek." gumam EJ penuh penderitaan.
Heeseung mengisyaratkan Sunoo dan Jake untuk membuka ikatan tali EJ dan berjalan keluar dari gudang kosong itu.
Tiba-tiba, EJ berdiri dari kursinya bahkan sebelum mereka mendatanginya, jelas tertera dari tindakannya saat itu bahwa dia menargetkan Heeseung.
Dengan pisau kecil di tangannya, EJ berlari kearah Heeseung sembari berteriak, "BAJINGAN GILA!!"
Heeseung reflek menoleh ke belakang, dan EJ dengan cepat menyayat pipi Heeseung sebelum yang lain dapat mencegahnya. Namun, sebelum EJ dapat menyerang lagi, Heeseung merampas tangan EJ dan memukulnya di kepala, membuat EJ pingsan seketika.
"Urus dia." perintah Heeseung dengan santai, memegangi pipinya yang berdarah. Heeseung pun pergi dari situ jauh sebelum yang lain dapat menyahut perintahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
gunshot ↷ lee heeseung
Fanfiction ❛❛ when his danger meets her recklessness ❜❜ 〘 ft. enhypen's lee heeseung ↝ 이희승 〙 mafia au • © aeonights, 20.09.2020