part 4

45 5 0
                                    

Setelah lulus sekolah hari-hari disibukkan dengan menemani bagas mendaftar TNI.
Mulai dari latihan fisik setiap sore, berenang setiap minggu, foto copy, mempersiapkan semuanya untuk melengkapi berkas pendaftaran. Termasuk aku....
Aku juga menyiapkan segala keperluan ku mendaftar Kowad.

Tes demi tes kami lalui bersama.

Sampai pada akhirnya hari dimana aku dan bagas menunggu, hari penentuan akhir.
Aku dan bagas berharap lulus bersama.

" Bagas Adi Darma "

" Allahuakbar  lulussss "

Aku terharu melihat bagas sujut syukur atas kelulusannya .

Dia berlari maju kedepan sambil mengusap air mata.

Dan aku...
Namaku tidak dipanggil.
Aku menjadi salah satu calon siswa yang tidak lulus tahun ini.

Bagas menghampiriku dan memelukku.

" Nis.. aku lulus "

Bagas memelukku erat.

" Selamat ya sayang "

" Kamu gak apa-apa kan nis aku tinggal pendidikan? "

" Aku gak apa..."

" Kamu jangan sedih ya , nanti ikut pendaftaran berikutnya "

" Iya " aku tidak bisa menyembunyikan sedihku.
Aku menahan tangisku dipelukan bagas.
Antara sedih dan terharu. Sedih karena aku gagal.
Dan terharu ketika melihat orang yang aku cintai berhasil lulus.

" Tunggu aku ya nis... Aku pasti datang melamar kamu "

Aku hanya mengangguk.

Aku melihat bagas berlalu pergi menjauh dari hadapan ku.
Bagas bergabung dengan calon siswa lain yang akan berangkat pendidikan.

Sedangkan aku pulang dengan rasa kecewa.
Kenapa papa tidak membantuku, padahal papa adalah seorang komandan batalyon.

***
" Mama tau kamu sedih, tapi jangan berlarut ya nis, mama yakin kamu bisa "

" Kenapa papa gak bantu nisa ma "

" Papa cuma mau anak-anaknya mandiri nisa "
Sahut papa.

Aku terdiam.

" Masih ada pendafataran berikutnya "

" Anisa gak mau, anisa mau kuliah aja pa "

" Coba dulu, papa janji ini yang terakhir kali, kalo kamu gak lulus kamu boleh kuliah kedokteran. "

Aku memeluk mama.

" Sudah ya jangan nangis , oya bagas gimana ? "

" Bagas lulus mah "

" Wahh.. bagus itu, yasudah doakan bagas baik-baik selama pendidikan ya... "

***
" Ra.. "

" Nis kamu kok nangis , ada apa ? "

Malam-malam aku video call rara.

" Aku gak lulus "
Aku terisak.

" Sabar ya nis, jangan nangis ya... "

" Aku sedih banget ra "

" Udah ya jangan nangis, bagas gimana nis?"

" Bagas lulus ra, dia udah berangkat pendidikan"

" Waahh.. alhamdulillah , yaudah nis jangan sedih ya... Kamu istirahat nis "

Klik.

Aku menutup video call dengan rara.

Kututup wajahku dengan boneka, aku membayangkan wajah bagas. Baru berapa jam aku jauh , tapi aku sudah rindu.

***
Pagi jam 07.00

" Ma.. papa mana ? "

" Papa udah berangkat, oya nis mama hari ini ada kegiatan persit. Kamu dirumah ya "

" Yah...nisa sendirian ? "

" Mama bentar aja ,paling siang udah pulang "

" Mama kan kalo kegaiatan biasanya sampek sore "

" Iya mama janji kalo sudah selesai mama cepet pulang "

Ting.. tung... Ting.. tung..

" Nis kayaknya didepan ada tamu, kamu bukain pintu ya...mama siap-siap dulu "

" Siapa ma ?"

" Paling gojek, tadi mama pesen gojek "

" Mas riski ajudan papa gak kesini ma ? "

" Riski cuti nis, udah ijin sama papa, katanya orang tuanya sakit "

Ting.. tung... Ting...tung..

" Eh cepetan buka, malah ngobrol "

Bergegas aku kedepan membuka pintu.

Klek..

Aku melihat seorang laki-laki gagah memakai baju dinas berpangkat letnan dua.

Aku lirik papan nama yang ada didadanya.

Muhammad Arya

" Mas cari siapa ? Papa ?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

" Mas cari siapa ? Papa ?"

" Bukan mbak, saya diperintah bapak ambil hp bapak yang tertinggal "

" Oh.. masuk mas , silahkan duduk "

" Sebentar ya "

Aku berjalan menuju kamar mama.

" Ma.. ada orang tu "

" Siapa ? "

" Namanya arya , anggota papa "

" Oh.. nyari papa ? "

" Enggak, katanya mau ambil hp papa ketinggalan "

" Oh iya ini udah di tas mama, baru aja mama mau bawa "

" Yaudah siapa tau papa buru-buru mau pake ma "

" Yaudah nih kasihkan "

Aku berjalan kembali menuju ruang tamu.

" Nih "
Aku menyodorkan hp papa ke arya.

" Terimakasih mbak saya permisi dulu "

" Mas baru ya ? "

" Siap mbak saya baru masuk batalyon "

" Oh... "

" Baik mbak saya permisi dulu "

" Oke ..."

***

Untuk AnnisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang