BAB IX

137 41 2
                                    

Suara itu, yang menyebut namaku. Aku mencintai suara itu. Aku terjaga sepanjang malam membayangkan seseorang. Dan mengimajinasikan masa depan berkat senyumannya. Namun, semua itu hanyalah mimpi. Begitu indah hingga aku enggan untuk terbangun dari mimpiku.
—Mark Lee.

-o-

Dahyun masih memikirkan perkataan Mark. Jika apa yang laki-laki itu katakan padanya karena keterpaksaan dengan keadaan yang ada, maka bukan cinta namanya.

Juga bukan karena Dahyun takut hanya menjadi pelarian bagi Mark. Itu bahkan lebih baik, setidaknya Mark akan benar-benar membuka hati untuknya. Tapi, yang Dahyun takutkan adalah jika Mark mengetahui dirinya dan Lino telah di jodohkan. Bukan hanya persahabatan mereka yang akan renggang, tapi perasaan Mark yang akan lebih tersakiti jika memang benar bahwa Mark telah menjadikan Dahyun obat untuk patah hatinya.

Walaupun Lino tidak memprotes jika Dahyun menyukai Mark, tapi hati siapa yang tahu.

Mobil Ferrari 488 Italia - white milik Mark sudah tiba di apartemen Dahyun.

Lambaian tangan Mark di depan wajah Dahyun membuyarkan lamunannya. Ia sedaritadi mengatakan pada Dahyun jika mereka sudah sampai, tapi tidak ada jawaban darinya.

"Annyeong, Dahyun-a. Kau kenapa?" ucap Mark sembari melambaikan tangannya di depan wajah Dahyun.

"Eung?" sahut Dahyun sembari mengerjapkan mata.

"Aigoo. Kau melamun? Kita sudah sampai dua menit yang lalu," ujar Mark terkekeh.

"Ne? Aaah kita sudah sampai?" Dahyun melepaskan seatbeltnya. "Mianhae," sambungnya.

"Untuk?" tanya Mark sembari tersenyum karena memperhatikan Dahyun yang seperti salah tingkah.

"Hm, untuk... ya maaf saja. Ya sudah, ayo turun dari mobil," sahut Dahyun semakin salah tingkah karena di perhatikan Mark seintens itu.

Dahyun mencoba membuka pintu mobilnya tapi tidak bisa karena Mark belum meng-unlock mobilnya.

Kenapa tidak terbuka. Aigoo, aku sangat malu ketahuan salah tingkah. Ingin kabur saja rasanya dari hadapan Mark. Batin Dahyun sembari menundukkan kepalanya menghadap ke samping ke kaca pintu mobil.

"Ada apa?" tanya Mark dan terkekeh melihat Dahyun seketika panik ingin buru-buru keluar mobil.

Dahyun memutar tubuhnya untuk menghadap Mark. "Aku ingin cepat mandi dan berganti pakaian Mark," jawabnya sembari menunduk.

Mark menangkup dagu Dahyun dan mengarahkannya ke atas agar bisa melihat Mark.

"Jangan selalu menunduk seperti itu jika kau sedang di hadapanku. Aku tidak bisa melihat rona pipimu yang menggemaskan," ujar Mark.

Sontak membuat pipi Dahyun semakin memerah karena tersipu malu. "Jangan menggodaku, cepat buka pintu mobilnya!" serunya sembari menetralkan detak jantungnya.

Akhirnya, Dahyun bisa keluar dari mobil Mark dan berjalan dengan terburu-buru menuju unitnya.

Aigoo, dia sangat menggemaskan. Mark tersenyum penuh arti.

Mark keluar dari mobilnya dan menuju supermarket di samping gedung apartemen. Ia tidak langsung mengejar Dahyun. Ada sesuatu yang harus Mark beli dan itu untuk Dahyun juga.

-o-

Di Apartment Dahyun.

"Gawat! Detak jantungku tidak bisa dikontrol saat di dekatnya," gumam Dahyun sembari membuka pintu.

Never Cease | Mark Lee ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang