BAB V

288 70 0
                                    

Tepat di hari minggu, pukul 09.30 a.m, Dahyun hampir selesai dengan shift malamnya. Ia mengunjungi pasien terakhirnya untuk diperiksa. Pasien tersebut adalah Mark Lee.

Decit suara pintu terbuka dan derap langkah Dahyun tidak juga membuat laki-laki dengan marga Lee menoleh ataupun terusik. Ia asik dengan lamunannya sembari menatap kosong ke arah jendela kamar inapnya. Ia masih memikirkan chat Line dari Ningning semalam, bahwa Karina akan bertunangan lagi dengan laki-laki lain. Dan untuk kedua kalinya, Mark harus merasakan perasaan yang sama yaitu patah hati.

Dahyun menghampiri Mark dan menyerengitkan dahinya karena Mark tidak menyadari kehadirannya. Ingin rasanya Dahyun mengagetkannya tapi ia urungkan. Dahyun lebih memilih mengambil kursi dan duduk di samping ranjang Mark dan menyilangkan kedua tangannya di dada, lalu memperhatikan Mark yang sedang melamun. Lagipula waktu kerja Dahyun sudah selesai, jadi ia bebas untuk berlama-lama di ruangan Mark.

Aku akan memberikanmu waktu lebih banyak untuk memandang keluar jendela. Aku tidak tahu apa yang sedang kau pikirkan, tapi aku akan menemanimu di sini dalam diam. Batin Dahyun.

Beberapa menit berlalu...

Mark tidak juga menyadari keberadaan Dahyun. Dan berhubung Dahyun kurang tidur karena unit gawat darurat cukup ramai semalam, pun mulai memejamkan matanya sembari menyenderkan punggungnya di kursi. Akhirnya ia terlelap dalam tidurnya.

Akhirnya Mark menoleh karena mendengar dengkuran halus dari seseorang. Ia terlonjak kaget mendapati Dahyun tertidur dengan mulut yang sedikit terbuka --terlihat sangat kelelahan--. Ia menghampiri wanita itu dengan perlahan.

Aigoo! Bagaimana dia bisa tertidur seperti itu. Lalu sejak kapan dia ada di sini? Batin Mark.

Mark mengambil selimut di ranjangnya lalu meletakkannya pada Dahyun, lalu membenarkan letaknya. Dahyun masih menggunakan jas putih dokter dan Mark melihatnya dengan intens. Ia pun menyunggingkan senyumnya tanpa sadar.

Mark kembali duduk di ranjang Rumah Sakit, dan memperhatikan Dahyun yang sedang tertidur pulas. Jika saja Mark bisa menggendongnya, pasti akan ia membawa Dahyun ke atas ranjang. Namun, sangat disayangkan karena Mark belum bisa menggerakkan tangannya dengan benar. Jadi ia memutuskan untuk membiarkan Dahyun tertidur di kursi samping ranjang.

Wajahnya terlihat damai saat sedang tidur, walaupun mulutnya sedikit terbuka. Batin Mark sedikit terkekeh.

Secara tidak sadar, tangan Mark bergerak mengelus surai hitam milik Dahyun. Karena merasa ada pergerakan di kepala, wanita itu membuka matanya perlahan.

"Omo!" Dahyun terkejut dan membuka matanya lebar, lalu duduk dengan tegap.

"Apa aku menganggu tidurmu, dokter Kim?" tanya Mark terkekeh melihat eskpresi kaget dari Dahyun.

"Aku tertidur? Aigoo! Aku tidak bisa menahan kantuk karena menunggu acara melamunmu selesai," sahut Dahyun.

"Jinjja? Kau sudah dari tadi di sini? Kenapa tidak menyapaku?"

"Kau saja yang tidak dengar. Masih terlalu pagi untuk melamun. Apa yang kau pikirkan?" tanya Dahyun sarkas.

"Ani. Hanya saja, aku sedang..." Mark bingung harus menceritakannya pada Dahyun atau tidak. "Aku hanya sedang memandang keluar. Aku ingin cepat keluar dari sini," sahutnya berbohong.

Dahyun menyerengitkan dahinya, ia bingung dengan jawaban Mark yang seperti menutupi sesuatu.

"Hm. Sepertinya lusa kau sudah boleh pulang. Luka jahitanmu juga sudah mengering dan bagus. Jadi kurasa kau tidak perlu berlama-lama di sini. Tapi, beda hal jika kau ingin terus dekat denganku," ucap Dahyun sembari menggoda Mark.

Never Cease | Mark Lee ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang