BAB XII

118 40 0
                                    

Rintik hujan hanya mencintai daun yang kering. Aku merasa sangat... sangat cemburu... hingga aku berbaring di atas dedaunan yang kering itu sampai hujan berhenti.
—Kim Dahyun.

-o-

Sedetik berlalu, udara sisa musim dingin merasuk dengan ragu. Mark mengusap punggung tangan Dahyun. Ia melepaskan jasnya dan diberikan pada Dahyun untuk menghangatkannya. Dahyun memejamkan matanya dan berdoa, semoga waktu-waktu ini tidak cepat berlari begitu saja.

Mark dan Dahyun sedang duduk di kursi sembari menikmati pemandangan Sungai Mackenzie pada malam hari. Mereka baru saja menyelesaikan dinner di sebuah restaurant, di mana Mark sebagai pemiliknya.

"Mark, kau tidak dingin hanya mengenakan kemeja tipis?" tanya Dahyun terlihat khawatir dari raut wajahnya.

"Ani, kau lebih membutuhkannya." Mark meneguk air mineral di hadapannya.

Dahyun kembali terdiam, seperti pikirannya tidak di tempat --melainkan memikirkan hal lain--. Ada sesuatu yang membuat pikirannya tidak fokus. Ia merasa gelisah mengingat kejadian kemarin malam di ruangan Lino.

-----

Di ruangan Lino.

Seorang wanita duduk di sofa sembari memainkan ponselnya dan sesekali melirik ke arah pintu. Seperti sedang menunggu seseorang untuk membuka pintu tersebut.

"Di mana Lino?" ucap wanita itu pada dirinya sendiri.

Tidak butuh waktu lama terdengar derap langkah kaki seseorang, membuat wanita itu berdiri dan memasang senyum termanis --menurutnya--.

Pintu ruangan Lino terbuka dan menampilkan Dahyun masih mengenakan pakaian operasi. Senyum di wajah wanita itu pun langsung memudar.

"Siapa kau?" tanya wanita itu.

Dahyun menyerengitkan dahinya seperti sedang mengingat sesuatu dan berkata, "bukan kah kau —"

"Aku adalah Shin Yuna, sahabat lama Lino."

"Aaah, ne. Aku tahu karena kita pernah bertemu beberapa tahun lalu saat kau datang ke rumah sakit di Seoul," sahut Dahyun datar.

Kenapa harus ada dia di sini? Aku malas menanggapi sikapnya yang mudah emosi. Padahal dia wanita yang baik. Tapi, cinta telah mengubahnya. Batin Dahyun.

"Wow, jadi kau Kim Dahyun? Junior dari Lino?" ucap Yuna dengan nada sinis.

Dahyun menaikkan sebelah alis matanya. "Waeyo?" tanyanya sembari menyilangkan kedua tangannya di dada.

"Ani. Ternyata kau masih saja mengikuti Lino ke mana pun ya?" ucap Yuna memancing emosi Dahyun.

Dahyun dan Yuna. Di awal pertemuan mereka memang sudah tidak berjalan dengan baik. Yuna yang selalu iri dengan Dahyun, karena Lino selalu memperhatikan Dahyun padahal Yuna yang lebih dulu mengenal Lino.

Yuna berpikir jika Lino mencintai Dahyun. Padahal kenyataannya adalah benar. Lino memang mencintai Dahyun. Tapi tidak untuk Dahyun.

"Apa maksud perkataanmu, eoh?" ucap Dahyun dengan intonasi sedikit tinggi.

Never Cease | Mark Lee ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang