BAB XIV

143 39 1
                                    

Bagian terpenting dari suatu hubungan adalah bagaimana proses untuk saling memahami dan mempertahankan satu sama lain.

-o-

Yuna duduk di ruangan Lino, sembari memperhatikan Lino yang sedang melamun --entah memikirkan apa. Terhitung sudah sepuluh menit mereka berdua saling diam. Biasanya Yuna akan sangat berisik jika sudah di dekat Lino untuk menarik perhatiannya. Tapi, tidak untuk sekarang. Yuna lebih memilih diam karena sepertinya Lino sedang dalam keadaan yang tidak baik.

Hingga Yuna sudah tidak tahan dengan keadaan yang hening seperti itu. "Lee Know," panggilnya, berharap Lino menyadari kehadirannya.

Tapi, Lino tetap saja melamun di balik meja kerjanya. Sedangkan Yuna duduk di sofa khusus tamu, memperhatikan Lino sedari tadi.

"Ck, Lee Know!" seru Yuna kesal karena diabaikan.

Akhirnya Lino tersadar dari lamunannya. "Waeyo?" sahutnya seperti tidak minat.

"Ya! Kau kenapa? Tadi saat ada Dahyun, kau memelukku begitu erat. Tapi, kenapa sekarang kau mengabaikanku?" protes Yuna.

"Atau, jangan-jangan kau masih menaruh hati padanya eoh? Ayolah Lino! Sudah tiga tahun kau seperti ini. Biasanya karena Dahyun di dekati laki-laki lain. Kali ini siapa dia? Kau menyerah lagi dari mereka?" sambung Yuna, mencoba menekan perasaannya sendiri. Sejujurnya ia tidak suka saat Dahyun yang menjadi topik pembicaraan mereka.

Lino menatap Yuna. "Kau selalu bisa menebak apa yang kupikirkan." Lino menghela napas dan berkata, "kau benar. Dahyun sedang didekati oleh laki-laki lain. Kau akan terkejut kalau tahu siapa orangnya."

Yuna menyerngitkan dahinya. "Nugu? Aku mengenalnya?" tanyanya.

"Kau sangat mengenalnya," sahut Lino penuh keyakinan.

Yuna mencoba mencerna apa yang Lino ucapkan.

"Siapa orangnya? Christopher? Tidak mungkin. Dahyun 'kan sudah menolaknya berkali-kali. Lalu siapa?... aaah Jaehyun? Tidak, tidak. Dia sudah menikah bulan lalu, aku lupa... aah molla, aku menyerah. Siapa orangnya?" ucap Yuna menyerah dengan ucapan Lino.

"Dia sahabatku di tempat latihan dance." Lino masih membuat Yuna untuk menebaknya.

Yuna diam sejenak, memikirkan seseorang yang langsung terlintas di benaknya. "Jangan bilang, orangnya itu Mark Lee?"

Lino mengangguk sebagai jawaban.

"MWO? JOEONGMAL?" teriak Yuna. Kemudian menutup mulutnya sadar dengan teriakannya. "Kau serius? Mark Lee yang sekarang sedang mendekati Dahyun?... bagaimana bisa?" Yuna tidak percaya dengan kenyataan yang ada.

"Lebih tepatnya, Dahyun yang menyukainya lebih dulu. Ceritanya panjang. Intinya mereka menjadi dekat karenaku. Mark adalah pasienku yang ku limpahkan pada Dahyun. Karena beberapa bulan ke depan aku akan kembali ke rumah sakit di Seoul dan Dahyun akan ikut denganku." Lino tersenyum kecut.

"Wajar saja, Dahyun jatuh pada pesona Mark Lee. Seperti aku di masalalu, jika kau lupa," sahut Yuna tersenyum mengingat bagaimana dulu ia memanfaatkan Mark untuk mendapatkan perhatian Lino.

"Tapi, semua itu hanya akal-akalanmu saja untuk menarik perhatianku. Akui saja, Yuna," sahut Lino terkekeh, menggoda Yuna.

Ucapan Lino membuat Yuna tersipu malu dan kesal bersamaan. Bagaimana tidak, apa yang dilakukan di masalalu itu adalah hal yang paling Yuna hindari untuk jadi topik pembicaraan. Tapi sekarang dibahas oleh orang yang di sukainya. Yuna bisa apa selain merutuki ucapannya yang memancing kenangan itu muncul kepermukaan.

Never Cease | Mark Lee ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang