BAB X

145 38 0
                                    

Mungkin dengan hadirnya sosok dirimu dalam hidupku, proses penyembuhan patah hatiku akan lebih bermakna. Terima kasih.
—Mark Lee.

-o-

Hari sudah mulai gelap, matahari pun mulai meredup berganti dengan bulan yang mulai bersinar. Di rumah sakit, Lino dan Dahyun serta staff medis lainnya yang bersangkutan sedang melakukan sebuah operasi.

Sudah lebih dari empat jam operasi berlangsung. Lino sempat terlihat tidak fokus saat melakukan Intubasi Endotrakeal pada pasien sebelum memulai pembedahan. Entah apa yang Lino pikirkan hingga konsentrasinya pecah. Seperti bukan Lino yang biasanya.

*Intubasi Endotrakeal = Memasukkan selang pada trakea untuk memberikan jalan nafas bagi pasien gagal nafas.




-----

"Kim Dahyun! Kau utang cerita padaku, eoh!" seru Lino saat melihat Dahyun masuk ke dalam ruangannya. Lino memang sengaja mengunjungi ruangan Dahyun untuk memastikan apakah wanita itu sudah tiba atau belum.

Dahyun meletakkan tasnya di meja dan duduk di kursi. Ia menghela napas perlahan lalu tersenyum sangat manis. Ia tidak menjawab pertanyaan Lino yang seperti khawatir, tapi marah bersamaan.

"Aigoo, ada apa denganmu? Kenapa senyam-senyum sendiri seperti itu?" tanya Lino bingung dengan tingkah Dahyun.

"Aku tidak sendiri Oppa. Aku sedang bersamamu 'kan sekarang?" sahut Dahyun dan tersenyum sangat manis karena memikirkan kejadian beberapa menit lalu di apartemennya.

Hati Dahyun sedang berbunga-bunga karena seseorang, bernama lengkap Mark Lee. Dahyun tidak bisa membohongi dirinya sendiri, jika ia memang sangat menyukai Mark, bahkan sudah mencintainya.

Ia bahkan lupa dengan pemikirannya beberapa jam yang lalu, bahwa Mark akan tersakiti jika mengetahui tentang perjodohannya dengan Lino dan juga bagaimana perasaan Lino yang sebenarnya. Semua lenyap begitu saja dengan perlakuan Mark yang sangat manis dan romantis di mata Dahyun. Bisa makan siang bersama dengan masakan yang sengaja dibuat oleh Mark.

"Apa yang kau katakan?" Lino menghela napas kasar. "Jawab pertanyaanku Kim Dahyun!" sambungnya penuh penekanan. Ia mulai geram karena Dahyun mengabaikannya.

Dahyun mengerjapkan matanya. "Waeyo Oppa? Kenapa marah-marah padaku?" tanyanya.

"Aku tidak marah, tapi aku sangat mengkhawatirkanmu. Semalam kau tidak pulang ke apartemenmu dan tidak mengabariku."

Lino menghampiri Dahyun, duduk di hadapannya dan menggenggam tangannya. "Aku hanya takut terjadi sesuatu padamu. Kau tahu bukan kalau aku sangat menyayangimu... seperti adikku sendiri," sambungnya.

Lino berbohong pada kalimat terakhir. Ia tidak menganggap Dahyun sebagai adiknya tetapi sebagai seorang wanita yang Lino cintai.

"Mianhae Oppa." Dahyun menundukkan kepalanya. "Aku tidak bermaksud membuatmu khawatir. Hanya saja semalam ponselku mati jadi tidak bisa menghubungimu Oppa," sambungnya.

"Sekarang jawab pertanyaanku. Kau ke mana semalam?" tanya Lino.

Dahyun mengangkat kepalanya dan menatap Lino, lalu tersenyum. "Aku di ajak Ningning ke apartemen Mark. Semalam dia sangat membutuhkan seseorang Oppa. Kau tahu 'kan, hari ini cinta pertamanya bertunangan? Jadi, aku dan Ningning berkunjung untuk menghiburnya," sahutnya.

Lino menarik napasnya lalu membuangnya dengan perlahan. "Jadi kau ke apartemen Mark? Lalu kau tidur di mana?" tanyanya.

"Aku tidur di sana, karena Ningning pulang tanpa pamit," sahut Dahyun dan muncul semburat merah di pipinya karena mengingat kejadian tadi pagi.

Never Cease | Mark Lee ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang