BAB XVI

141 35 2
                                    

Kau tahu apa yang paling membuatmu rapuh? Mengetahui fakta bahwa hanya kau yang tidak tahu apapun yang bersangkutan dengan seseorang yang kau sayangi.
—Mark Lee.

-o-

Dahyun dengan jas dokternya, duduk di sofa sembari melipat satu kakinya dan sesekali melihat jam di pergelangan tangannya. Ia sedang menunggu seseorang di sebuah ruangan bernuansa putih dan terdapat banyak tabung reaksi untuk menyimpan sempel darah. Ada juga beberapa komputer lengkap dengan perangkatnya.

Tidak butuh waktu lama, pintu ruangan terbuka dan menampilkan Lee Know membawa sebuah map berwarna putih, seperti sebuah laporan dari hasil pemeriksaan. Lino baru saja dari ruangan sebelah --laboratorium.

"Oppa. Bagaimana?" tanya Dahyun sedikit khawatir.

Lino memberikan map tersebut pada Dahyun, dengan raut wajah yang sulit diartikan. Ternyata itu adalah hasil laboratorium dari sempel darah yang diambil saat Dahyun tidak sadarkan diri tempo hari.

Dahyun memperhatikan raut wajah Lino, lalu beralih menatap map yang telah ia pegang. Dengan sangat pelan, Dahyun membuka map tersebut dan mengeluarkan lembaran yang ada di dalamnya. Lalu, wanita itu membacanya dan seketika tubuhnya diam mematung. Ia terkejut dan pikirannya mulai kemana-mana, bahkan sampai tidak sadar menjatuhkan lembaran tersebut.

Lino yang melihatnya pun langsung menarik tubuh Dahyun dan merengkuhnya kedalam pelukan. Sontak, hal itu membuat air mata Dahyun lolos begitu saja dari matanya. Dahyun tidak dapat menahan keterkejutannya hingga ketakutan yang mulai menyerang pikirannya.

"Ini tidak mungkin 'kan Oppa?" ucap Dahyun sembari meneteskan air mata dipelukan Lino.

"Gwenchana Dahyun. Itu masih bisa di sembuhkan. Aku ada di sini bersamamu," sahut Lino mencoba memberikan kekuatan pada Dahyun, sembari menepuk-nepuk pelan punggungnya.

Dahyun semakin erat memeluk Lino dan menangis tanpa suara hingga membasahi pundak Lino. Tapi, Lino tahu bahwa Dahyun tidak sekuat dilihatnya. Di dalamnya sangat rapuh, terlebih baru saja Dahyun mendapatkan hasil pemeriksaan yang membuatnya mengenang tentang mendiang Ibunya.

"Mianhae. Terhitung sudah dua minggu, aku mengabaikanmu. Sungguh aku minta maaf. Aku egois... aku tidak akan mengulanginya lagi," ucap Lino terdengar seperti menahan tangis.

Dahyun menghapus air matanya dan melepaskan pelukannya perlahan. "Gwenchana Oppa. Aku kuat, kau tahu itu 'kan?" jawabnya berusaha tersenyum namun gagal. Air mata lolos begitu saja dari ujung kedua matanya.

Lino menghapus jejak air mata Dahyun. "Aku tahu kau kuat. Aku tahu kau mampu menyembunyikan semua ini dengan topengmu... tapi kumohon... jangan lakukan itu di depanku. Menangislah jika kau tidak kuat menahan kesedihan yang kau rasakan. Berbagilah padaku jika kau tidak sanggup menanggung rasa sakit yang kau alami. Aku akan selalu ada untukmu," ucapnya dan mengelus surai hitam milik Dahyun.

"Gomawo Oppa. Sungguh aku akan baik-baik saja," sahut Dahyun dan tersenyum.

Lino membalasnya dengan mengangguk dan tersenyum sendu menatap Dahyun yang juga tersenyum padanya.

"Arrasseo, besok kita lakukan CT Scan jika hasil kerusakannya sudah di atas tiga puluh persen, kita lakukan Biopsi Hati untuk mempelajari sistem kerja fungsi hatimu," ucap Lino.

Dahyun menggenggam tangan Lino. "Oppa, kumohon jangan beritahu Mark tentang penyakitku. Aku tidak ingin dia bersedih dan merasa kasihan padaku. Biarkan aku dan Oppa yang mengetahui ini," pintanya memohon pada Lino.

Never Cease | Mark Lee ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang