Chapter 23 | Crowded

16 5 0
                                    

Ada yang nunggu chapter ini?

Happy Reading!!! Jangan lupa selalu vote dan comment <3 thank you!

☯️☯️☯️

Sekali-kali cobalah ambil sisi baik dari kebenaran itu

☯️ ☯️ ☯️

Bi Darmi : Maaf den, bibi harus ngasih tau aden. Tadi setelah aden berangkat sekolah, tuan pingsan. Sekarang lagi ditangani dokter. Bibi harap aden mau ngeluangin waktu buat njenguk tuan.

Tidak... Tidak mungkin

Kalimat itu secara berulang-ulang Zou ucapkan dalam hati. Ponselnya yang semula dipegang sekarang sudah terjatuh. Kepala Zou sekarang dupenuhi oleh nama yang berhasil meporak-porandakan kesadarannya.

Apakah tidak terlambat jika seandainya Zou berbaikan dengan Papanya. Semuanya akan berakhir. Setelah Mamanya pergi. Lalu, sekarang apa lagi? Zou tidak akan sanggup jika harus kehilangan satu-satunya keluarga dalam hidupnya. Zou tidak akan bisa jika harus kehilangan Papanya.

Tubuh Zou yang mau berdiri refleks nyaris terjatuh jika tak segera ditangkap oleh Arshal. Isi pesan tadi nyatanya mampu menyerap kekuatan dalam tubuhnya dan membuat kakinya kesulitan berpijak menahan beban tubuhnya.

Perlu beberapa menit sampai akhirnya ia berhasil mengumpulkan kekuatannya dan bergegas meminta tolong pada Arshal untuk mengantarkannya ke rumah sakit disaat konsentrasinya tak lagi berpusat padanya.

Waktu setengah jam untuk menempuh perjalanan menuju rumah sakit. Zou dan Arhsal pun masih mengenakan seragam sekolah yang dibalut hoodie dengan warna beda, hitam untuk Zou dan warna navy untuk Arhsal. Sampai akhirnya Zou dan Arshal  tiba didepan kamar rawat inap Andhra.

Saat melihat Bi Inem yang duduk sendirian di kursi panjang depan kamar rawat inap itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat melihat Bi Inem yang duduk sendirian di kursi panjang depan kamar rawat inap itu. Zou pun bergegas menghampiri Bi Inem. Sama seperti dirinya, raut wajah cemas juga terlihat sangat kentara di wajah wanita paruh baya itu.

"Bagaimana Papa bisa pingsan, Bi?" tanya Zou dengan suara bergetar menahan rasa takut yang diakibatkan oleh berbagai pikiran buruk yang mulai menyelinap ke dalam pikirannya.

"Bibi juga nggak tahu Den. Yang liat tuan pingsan itu Maman." ujar Bi Inem.

Sebagai informasi Maman atau biasa Zou panggil dengan sebutan Mang Maman, itu salah satu pekerja dirumah Zou yang mengurus taman bunga dan kolam ikan.

DryenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang