Budayakan kasih bintang terlebih dahulu. Satu bintang dari kalian sangat berharga buat saya.
Selamat membaca cerita Dryence
🔹🔹🔹
Keinginanku untuk memilikimu
Perlahan membunuhku🔹🔹🔹
Langit sudah semakin gelap dan jam menunjukkan pukul enam. Resta tidur terlentang diatas kasur king sizenya dengan seragam sekolah yang masih melekat ditubuhnya.
Gadis itu berguling kesana kemari mencari posisi ternyaman. Hatinya tidak tenang karena ada sesuatu yang membuatnya dilema.
"Telpon nggak ya?" ujar Resta. "Tapi kalo nggak diangkat gimana?"
Sejak tadi, Resta ingin sekali bertanya. Tetapi dia takut kalo lelaki itu semakin dingin dan menjauh kepadanya. Dia hanya merasa ada yang aneh. Baru kemarin Zou bersikap baik kepadanya. Mengajak ia makan dan dengan sabar mendengarkan celotehannya.
Walaupun Zou hanya mendengarkan tetapi ada sesuatu dalam diri Resta yang menjerit kesenangan.
"Baru tadi ketemu. Gue udah rindu. Huaaaaa" teriak Resta.
Berkali-kali Resta mengfikirakan apakah ia akan menelepon Zou atau tidak. Resta menatap ponselnya yang tergeletak disamping tangannya. Gadis itu daritadi hanya diam sambil menatap kearah ponselnya. Pikiran gadis itu sedari tadi melayang ke lelaki yang tak lain adalah Zou.
"Ya. Gue akan nelepon kak Zou. Gue harus meminta penjelasan sama dia" ujar Resta sambil meraih ponsel yang tergeletak di sampingnya.
Gadis itu kemudian mencari kontak Zou. Namun gadis itu sedikit ragu saat hendak memencet nomor Zou. Sebenarnya Resta trauma untuk berbicara kepada Zou. Ia takut akan mengganggu lelaki itu lagi.
"Apa gue kirim pesan ya?" gumam Resta "Tapi kalo gue kirim pesan belum tentu kak Zou mau membacanya"
Beberapa detik kemudian gadis itu memutuskan untuk menelepon lelaki itu. Beberapa saat kemudian terdengar bunyi tersambung,tetapi Zou tidak mengangkatnya.
"Yah. Nggak diangkat" batin Resta.
Resta kemudian meletakkan ponselnya kembali. Namun bukan makin tenang, gadis itu justru makin deg degan.
Kak Zou lagi kesel sama gue ya? :(
Tak berfikir lama, gadis itu mengambil ponselnya lagi. Resta kembali menelepon Zou. Walaupun gadis itu sudah bisa menebak bahwa Zou tak akan mau mengangkatnya. Tetapi, setidaknya dia sudah berusaha.
Resta menempelkan ponsel pada telinganya. Deringan kedua telah terhubung. Tetapi lelaki itu belum juga mengangkat teleponnya. Resta menghembuskan napasnya gusar. Saat gadis itu hendak mematikan ponselnya. Tiba-tiba sebuah suara mengejutkan Resta.
Ternyata lelaki itu mengangkat teleponnya.
"Siapa?" ujar Zou disana. Resta ingin sekali merekamnya. Suara berat dan serak tetapi memabukkan.
"Ih padahal tadi pagi baru ketemu. Segitu cepetnya sih kak Zou bisa lupa sama Resta" kata Resta semangat empat lima.
"Oh. Kenapa lagi? Kalo nggak gue matiin teleponnya." ujar Zou disebelah sana dengan nada dingin dan datar seperti biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dryence
Teen FictionAku menemukannya saat langit tampak semakin pekat. Siluet tubuh kokoh tak menggambarkan dirinya yang kuat. Dari matanya aku bisa merasakan seberapa beban luka yang kini tengah ditanggungnya. Entah aku harus bagaimana. Tapi, dari dirinya. Semua ini b...