Wajib kasih bintang dulu sebelum membaca:)
***
Aku nggak pernah bisa melihatmu terluka. Tapi, kalau kamu mau lihat siapa yang membuatku terluka. Maka tidak salah lagi. Jika, lukaku adalah kamu.
***
"Gue nggak butuh" ujar Zou mengabaikan uluran tisu dari tangan Resta.
Lelaki itu berjalan melewati Resta, enggap menoleh—tak menganggap kehadiran Resta sama sekali.
"Maaf gue udah lancang denger semua pembicaraan lo" ujar Resta, tulus. Sangat takut menghadapi Zou dengan keadaan kacau seperti ini.
Langkah Zou berhenti. Pandangannya menatap lurus kedepan.
"Emang itu yang lo mau kan?"
Skakmat. Resta tidak tahu harus menjawab seperti apa. Ia kira membututi Zou kesini bisa membuat lelaki itu lebih tenang. Ternyata salah, lelaki itu butuh sendiri. Lelaki itu butuh privasi.
Satu hal yang Resta tahu, sorot mata lelaki itu menandakan bahwa dia sedang tidak baik-baik saja. Sorot suram, penuh tekanan. Hanya dari sorot matanya Resta bisa merasakan itu semua.
Keadaan Zou saat ini tidak jauh berbeda saat Resta bertemu dengan lelaki itu waktu pertama kalinya. Resta bodoh, tapi dia tidak bodoh
dalam mengartikan segalanya.
"Maaf" lirih Resta sambil memundukkan kepala tak berani menatap Zou.
"Satu kata maaf nggak bisa balikin semua pembicaraan gue yang udah lo denger. Percuma. Jadi, simpan balik kata maaf lo." setelah mengatakan itu Zou kembali melangkah.
"Gue kira kak Zou butuh teman cerita. Soalnya Resta tahu—keadaan kak Zou lagi nggak baik sekarang"
Ada rasa cemas diraut wajah Resta, namun seperti biasa Zou hanya membalas dengan wajah datar. Membuat Resta bingung dengan perasaan yang tengah dirasakan lelaki itu.
Zou berhenti lagi "Jangan sok tahu. Lo itu orang baru dihidup gue"
"Tepat sekali. gue orang baru, makannya gue ingin tahu"
Zou berdecak pelan, gadis ini selalu saja membalas semua omongannya.
Padahal Zou rasa omongannya sangat sakit bila dimasukkan dalam hati.Zou berbalik menggandeng pergelangan Resta. Bukannya kesal, Resta justru tersenyum melihat tangannya digenggam Zou. Lelaki ini, selalu bisa menciptakan Debaran kecil dihati Resta.
Entah sejak kapan itu, tapi Resta menyukainya. Seenggaknya perjuangan dia untuk menghampiri Zou tidak berakhir dengan sia-sia.
"Mau kemana sih?" tanya Resta saat dia memasuki mobil Zou. "Ducati gue"
"Gue udah nyuruh orang buat bawa ducati lo"
Resta mengangguk mengerti dengan penjelasan Zou. Dia tidak perlu khawatir kalau ducatinya hilang. Kalaupun hilang, dia bisa dengan mudah membeli lagi. Tapi, tidak dengan ducati itu. Itu hadiah ulang tahun dari papanya, sehingga ducati itu sangat berarti bagi Resta.
"Lo yang pengen masuk kekehidupan gue. Jadi, tanggung sendiri resikonya"
Ujar Zou memamerkan smirksnya yang terlihat sangat menyeramkan untuk Resta.Firasat Resta menjadi tidak enak. Dia percaya Zou baik. Tetapi, ada apa dengan kehidupan lelaki itu.
🔹🔹🔹
Zou butuh seseorang untuk mendengarkan semua masalahnya. Tetapi dia tidak pernah memohon agar seseorang bersedia dan mau mendengar masalah hidupnya.
Resta mau mendengarkan maka Zou tidak keberatan dengan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dryence
Ficção AdolescenteAku menemukannya saat langit tampak semakin pekat. Siluet tubuh kokoh tak menggambarkan dirinya yang kuat. Dari matanya aku bisa merasakan seberapa beban luka yang kini tengah ditanggungnya. Entah aku harus bagaimana. Tapi, dari dirinya. Semua ini b...