Taufan meletakkan Yaya yang masih dalam keadaan pingsan di kursi kedai, yahh mau bagaimana lagi di sini tidak ada kasur atau benda yang bisa dijadikan sebagai tempat merebahkan badan.
Pemuda itu menatap sayu ke gadisnya ini, lalu ia menolehkan kepalanya kearah gadis berkacamata."Ying, tolong ambilin air mineral, tanya Ochobot aja, dia ada di meja kaunter"Sang gadis hanya mengangguk patuh, kemudian melangkah pergi untuk mengambil air yang diminta.
Taufan kembali menatap gadisnya, ia menggosok telapak tangan kanan Yaya. Memberikan kehangatan kepada sang gadis, wajahnya menunjukkan ekspresi sangat jelas jika dirinya mengkhawatirkan gadis ini.
Pemuda itu menghela nafas gusar, saat Yaya tidak kunjung sadar juga. Sungguh dirinya sangat khawatir dengan gadis ini, jika boleh dia pasti sudah membawa gadisnya pergi ke RS. Salah kan Fang dan Gopal yang melarangnya untuk membawa Yaya ke sana.
Kedua sahabatnya itu berkata; jika ini kesempatan bagus untuk membuat Yaya semakin dekat dengan dia. Tapi apa peduli Taufan?? Yang terpenting adalah gadisnya ini baik-baik saja! Tidak masalah untuk dirinya jika Yaya mebencinya(untuk sekarang), karena memang ia sudah terbiasa menghadapi masalah yang datang berturut-turut.
Tapi, setelah dirinya berpikir kembali... Pasti Yaya juga tidak akan senang jika bangun-bangun dia berada di RS. Mungkin gadisnya akan berpikir kalau Taufan terlalu lebay, hanya masalah pingsan saja sampai harus sekhawatir itu.
Akhirnya pemuda bertopi itu memilih tidak membawa gadisnya ke RS, lebih baik jika dirawat sendiri saja kan? Dan berpikir positif kalau semuanya akan baik-baik saja.
Taufan jadi mengingat saat-saat dia diobati oleh Yaya, mungkin memang ini waktunya untuk membalas semua kebaikan gadisnya itu. Baiklah biarkan dirinya sendiri yang membuat Yaya kembali sadar.
"Nihh, Fan"Ucap Ying sembari menyodorkan sebotol air mineral, dibelakang gadis itu ada dua anak yang tak lain adalah Ochobot dan Pipi.
Taufan tersenyum tipis, kemudian mengambil alih botol ditangan Ying."Thanks"
Pemuda itu membuka tutup botol, lalu ia menuangkan sedikit air ketelapak tangannya, diciprat-ciprat kan air itu ke wajah sang gadis. Namun tidak ada respon dari Yaya, hal itu membuat kekhawatiran Taufan semakin bertambah. Apa yang harus dirinya lakukan?
Bukankah Yaya masih tanggungjawab nya? Bahkan Tante Wawa yang meminta nya sendiri, dia tidak boleh sampai mengecewakan calon ibu mertua nya itu.
________________🌸🌸🌸________________
Yaya POV
Perlahan aku membuka mataku yang entah kenapa perih ini, secercah cahaya silau langsung menyambut indra penglihatan ku. Ku pejamkan mata kembali, mengerjapkan kedua kelopak mata agar bisa menyesuaikan dengan kilauan cahaya ini.
Setelah diriku berhasil menyesuaikan cahaya yang masuk ke mata, aku mengedarkan pandang ke sekeliling....
Putih
Hanya itu lah yang aku liat, semua disini berwarna putih polos, tidak ada warna lain atau apapun itu. Dahiku berkerut, apa yang terjadi tadi? Tunggu tunggu, bukankah tadi... Kepala ku sakit, ahk sangat sakit bagaikan ditusuk dengan beribu-ribu jarum.
Lalu Upan datang, pemuda itu memapah tubuhku yang melemas. Dia banyak bertanya tapi aku tidak menjawab satu pun pertanyaan. Hei bagaimana aku bisa menjawab coba? Kepalaku sangat sakit dan arghhh...! Ada sebuah suara yang entah datang dari mana terus saja terngiang.
Aku menggeleng pelan, diriku harus bisa keluar dari tempat aneh ini. Yaa.. Keluar, tapi dimana jalan keluar nya? Akh! Masa bodo yang penting aku terus berjalan nanti juga akhirnya akan ketemu sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY TIGER[Tauya]-HIATUS-
FanficKelanjutan dri cerita'My Tiger'(Tauya) Bgi yg baru mau baca saya sarankan baca dulu yg book pertama. Di akun pertama ku,biar gk bingung. ______^^______ Setelah kejadian tembakan itu Yaya dibawa berobat ke Singapura oleh Tante Wawa,namun dengan kepe...