18 : Wiloka dan si bocah kesepian

71.8K 12.5K 16.7K
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Malang, 2009

Saat itu, di sebuah taman bermain. Jendral kecil berdiri, menatap lalu lalang orang-orang yang sibuk bersuka ria dengan berbagai hiburan yang tersedia di sana.

Jendral kecil meneteng tasnya, memainkan tali tasnya dengan gugup tatkala ia hanya sendirian saja di sana. Mata serupa bulan sabit itu menerawang gelisah, sedikit kesedihan terpancar di iris pekatnya begitu melihat sebuah keluarga yang kebetulan tengah asyik bercanda ria dengan kedua anaknya. Dan lagi, bagaimana mereka berfoto bersama sembari tersenyum menatap sebuah kamera usang membelekangi sebuah komedi putar. Entahlah-hal itu membuat si mungil jendral merasa iri seketika.

"Kenapa kamu sendirian?"

"Ayah sedang mengobrol dengan temannya. Bunda, kakak dan adik jendral sedang naik biang lala."

Seorang yang manis dengan mantel cokelat serta seonggok kamera usang yang terkalung dilehernya, membungkuk guna menyamai tingginya dengan tinggi si mungil jendral. Ia tersenyum, "kok kamu nggak ikut naik?"

Jendral kemudian menatap lesu biang lala itu, melihat bunda dan kedua saudaranya tengah asyik naik di sana, "nggak papa. Jendral sudah dibelikan eskrim sama ayah, jadi tidak perlu naik itu."

"Anak manis, jadi nama kamu jendral ya? Indah sekali."

"Terima kasih..."

Seorang yang manis itu melihat dengan jelas, bagaimana iris mata jendral menatap penuh ingin pada keluarga yang tengah berfoto di belakangnya.

"Jangan dilihat, nanti kamu diculik sama mereka, terus dijadiin anak."

".."

"Kamu mau foto?"

Sang manis kemudian menunjukkan kameranya, "sini, biar saya fotokan. Mau? Nanti hasilnya bisa kamu simpan. Kalau saya yang simpan buat apa juga. Bagaimana?"

Jendral kemudian menyunggingkan senyum bahagianya, "boleh?"

"Boleh kok, kan cuman foto, bukan nyuri kamera." Sang manis kemudian berdiri, berjalan mundur agak menjauh lantas menunduk. Bersamaan dengan dirinya yang mengarahkan lensa tua kameranya ke arah jendral. "Ayo anak manis, senyum."

Jendral kecil kemudian memegangi tali tasnya dengan gugup.

"Jangan gugup, kameranya nggak akan meledak."

Anargya | Jaeyong & Nomin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang