03 : Berulah terus

72.1K 13.9K 14.6K
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

[My id mother theme♪]

Sejak tadi Jendral hanya diam. Menikmati semilir angin yang mengganggu helaian rambut pekatnya. Senyumnya tak bisa berhenti mengembang, tatkala ia melihat pemandangan jalanan luar yang ia lewati bersama Rinjani.

Ah ya, perempuan itu tak bisa menahan dirinya untuk mencuri pandang dari sosok remaja yang duduk disampingnya itu.

Rinjani akui, Jendral itu anak yang manis. Hidungnya mancung, senyumnya yang membuat matanya membentuk lengkungan bulan sabit, ah-seolah anak ini benar-benar membawa aura positif bagi siapapun.

Rinjani jadi ingin kenal lebih dekat dengan Jendral.

"Kamu kalau sekolah memang setiap hari naik angkot ya?"

Jendral menoleh, ia kemudian mengangguk dan ya, lagi-lagi ia tersenyum. Astaga, seolah wajahnya benar-benar diciptakan tuhan untuk membuat orang lain senang akan senyumnya.

"Orang tua kamu nggak bisa nganter ya?"

"Me re kha si bhuk." [Mereka sibuk.]

Jendral tidak ingin merepotkan bunda dan ayah. Jendral bisa berangkat sendiri kok ( ◜‿◝ )

"Oh ya??? Hummm..." Rinjani tampak mengulum bibir, "sesibuk apasih kok sampe anak ganteng macam kamu dibiarin naik angkutan gitu."

"Me re kha si bhuk bhe ker jha, jen dral ti dha ap pha ap pha be rang khat sendiri." [Mereka sibuk bekerja, Jendral tidak apa-apa berangkat sendiri.]

Rinjani terkekeh, "iya iyaa mereka sibuk kerja. Anyway, Jendral kelas berapa?"

"Dhu a bhe las." [Dua belas.]

"Oh.. sebentar lagi lulus dong." Rinjani tetap fokus akan kemudinya, mengantarkan Jendral ke tujuan dengan selamat, "Jendral udah ada pandangan mau ke universitas mana?"

Jendral terdiam. Remaja bersurai pekat dengan hoodie merahnya itu nampak memikirkan jawaban apa yang akan ia lontarkan untuk pertanyaan Rinjani baru saja.

"Ck, kamu kuliah pun kalau lulus juga bakal sulit cari kerja. Mana mau perusahaan nerima orang cacat kayak kamu. Mentok-mentok paling jadi bagian gudang kalo kerja di kantor."

Tunggu...

Kenapa Jendral malah terpikir ucapan bundannya pekan lalu?

Perihal Jendral yang ingin bertanya, akan bagaimana nanti jika ia lulus sekolah. Kuliah kah, atau kah kerja.

Ah, jawaban bundanya cukup membuat Jendral sadar diri kalau memang dunia tak akan pernah menerima orang seperti Jendral.

Lagi-lagi Jendral harus sadar.

Anargya | Jaeyong & Nomin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang