Ya Tuhan, gambarku bikin orang tekanan batin.
Intinya gambar di atas visualisasi naresh yang nelungkupin jaket ke kepalanya Jendral kemarin.
yg masih ngira jendral uke sini, aku kasih sapunya bunda tanaka.
***
Hari beranjak, mengantarkan sang surya perlahan merebak-menyuruh manusia-manusia untuk menyudahi dunia mimpinya, supaya kembali melakukan aktivitasnya. Suara burung ribut berkicau, bau embun pagi, serta samar-samar sinar matahari yang dengan lancang masuk melalui tirai jendela yang sedikit terbuka, membuat salah satu penghuninya menggerakkan perlahan kelopaknya yang masih tertutup damai.
"Bangun lu saipul yaeger!"
Haidar-sang tuan pemilik kamar dengan tembok yang penuh akan tempelan koran bekas, biar aesthetic katanya. Remaja berpipi gembil itu menepuk-nepuk pantat sang teman, Naresh Javaro, yang malam tadi tiba-tiba datang ke rumahnya dan numpang tidur di kamarnya.
Sang pemuda menggeliat, merentangkan tubuh dari posisinya yang telungkup, membuat Haidar seketika melotot garang-mendapati pulau buatan di bantal yang dipakai Naresh.
"Anjing lu Resh bantal gue lu ilerin!" Haidar menarik bantal dari kepala Naresh membuat pemuda itu seketika terkejut, membuka matanya yang masih memerah. Naresh masih mengumpulkan nyawa.
"Eungh~ jam berapa sih ini?" Sang pemuda sesekali menggeliat malas.
"Jam setengah enam! Buruan lo pulang!" Usir Haidar. Tidurnya kemarin terganggu karena kedatangan Naresh yang mengetuk-ngetuk jendela kamarnya dari luar.
Kebiasaan Naresh jika ia pulang larut malam, ia tak akan mau pulang ke rumah-takut jika ia membangunkan ibunya yang terlelap, jadi terpaksa Naresh mengungsi tidur ke rumah Haidar atau ke temannya yang lain.
"Bentaran," Naresh memeluk jaketnya lantas menciumi aroma yang menguar dari sana, "gila aroma bang jendral ngajakin nikah." Naresh tersenyum girang.
"Sinting ni anak." Haidar mencebik, "emang lo ngapain ke rumah bang jendral malem-malem? Mau pamit open bo?"
"COCOTE." Naresh mengarahkan tatapan sengit pada sang teman, "bang jendral abis opname."
"Lah? Samaan dong kayak si ica. Sakit apa emang dia?"
"Katanya demam."
"Demam doang masuk rumah sakit?" - Haidar menyeringai remeh.
"Adek lo mencret doang masuk rumah sakit." Naresh balik menjawab.
"Ya kan dia mencretnya parah."
"Udah ah, kenapa malah bahas si ica sih, kasian ntar boolnya panas." Naresh kemudian bangkit dari ranjang Haidar. Berniat untuk pulang ke rumahnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anargya | Jaeyong & Nomin [✓]
Fanfiction[ DIBUKUKAN - PART TIDAK LENGKAP ] "...anargya berarti tak terhingga nilainya, namun bagi mereka aku bahkan tak punya nilai sedikit pun..." © shnaxxya, 2020