16 : Menghindari kamu!

66.2K 12.5K 11K
                                    

Selamat malam, nitip sebentar-nanti jangan lupa baca A/N di bawah ya, terimakasih 🙏

Selamat malam, nitip sebentar-nanti jangan lupa baca A/N di bawah ya, terimakasih 🙏

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Sepanjang perjalanan, Naresh tak bisa menyembunyikan senyuman manisnya. Semilir angin menjadi saksi bisu betapa bahagianya perasaan Naresh sekarang saat dirinya mendapati fakta bahwa Naresh berangkat bersama remaja bermata serupa bulan sabit yang sudah berhasil merebut atensinya.

Ya, sebut saja Naresh itu bocah ugal-ugalan, meresahkan, memaksa, penuh kejutan, atau apa pun itu, terserah. Dirinya sejak kecil sudah hidup dengan prinsip yang terucap dari bibir sang ibunda-"kejar dan ambil apa yang kamu suka, asal kesukaanmu itu belum hal milik orang lain, terserah tidak apa-apa." katanya. Pemikiran ibunya memang ajaib dan berbeda dari yang lain, tak heran jika ia melahirkan putra seperti Naresh Javaro yang rela melakukan apa saja demi mendapatkan apa yang sudah merebut atensinya, yang sudah berhasil membuat Naresh sempat berhenti detak waktunya tatkala menatap bagaimana mata indah itu ikut tersenyum indah, yang sudah membuat keingintahuan Naresh bertambah tatkala melihat bagaimana sisi berbeda dari seorang Jendral Anargya.

Semuanya, Naresh ingin mengambilnya. Jendral belum milik orang lain, jadi terserah-tidak apa-apa. Tidak, ini bukan murahan. Naresh tidak menjual diri bahkan. Naresh hanya ingin mendekati dan mengambil apa yang sudah menjadi kesukaannya, dengan caranya sendiri.

Mesikpun caranya sangat sangat sangat meresahkan. Jangan ditiru, hanya bisa dilakukan oleh seorang Naresh Javaro, tidak dengan kalian.

Laju terhenti begitu naresh mendapati lampu merah menyala di sebuah perempatan, membuat jendral segera menegakkan diri-sedikit melakukan peregangan karena merasa pegal dengan punggungnya.

"Lain kali naik vespa aja bang, asalkan yang bonceng abang gue mah ayo ayo aja." Naresh memijat punggung jendral membuat sang empu tersentak, segera memukul pelan tangan Naresh-"dih, di pijitin malah nolak. Yaudah, gue ga bantu kalo lo nanti turun-turun dari motor jalannya kayak kukang."

Ck-kenapa juga lampu merah ini lama sekali! Jendral ingin cepat-cepat sampai di sekolah dan pergi jauh-jauh dari spesies aneh yang ia bonceng saat ini.

"Mas, samean nggak tumbas tahu petis ku a mas? Sak bungkus regane limangewu." [Mas, kamu nggak beli tahu petis ku ta mas? Satu bungkus harganya lima ribu]

Tiba-tiba saja, Naresh mendapati seorang bocah perempuan yang membawa keranjang berisi dagangannya, berdiri tepat di samping motor.

"Eh? Sek sek, tak njukuk duwit." [Eh? Sebentar sebentar, tak ambil uang]

Tanpa pikir panjang, sang pemuda mengambil uang di tasnya. Dua lembar lima ribu itu Naresh berikan pada sang gadis, membuat Naresh segera menerima dua bungkus tahu petis-dagangan sang gadis dengan wajah polos itu terjual akhirnya.

Anargya | Jaeyong & Nomin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang