Janda premium be like : wah, artis guaa artis. Konten krieter gua.
***Naresh-pemuda dengan jiwa bebasnya yang berlebihan. Tertawa akan hal apapun, sedikit ceroboh, terkadang teledor, otaknya sangat encer ; ia cerdas dalam segala hal namun jarang mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, tidak penting katanya.
Naresh remaja tumbuh dengan baik di sebuah lingkungan padat penduduk. Ia seorang yatim, ditinggal ayahnya saat berusia tujuh tahun, menyisakan Naresh dan ibunya seorang.
Ah, kepribadian Naresh begitu menyenangkan, ya walaupun kadang agak sedikit menyebalkan, namun lebih dari itu, Naresh bisa membuat orang lain nyaman berada di dekatnya, termasuk Haidar-sahabatnya yang sudah ia kenal sejak keduanya masih kecil. Oh tentu, Naresh dan Haidar tinggal di satu perkampungan yang sama, jarak rumah keduanya bahkan hanya dibatasi oleh satu rumah saja.
Naresh, sang remaja pemilik bulu mata lentik yang tumbuh dengan sangat baik.
"Buruan Dar!"
Kesialan nampaknya berpihak pada Naresh hari ini. Bagaimana tidak? Gara-gara ajakan Haidar untuk ronda membuat Naresh bangun terlambat tadi, mengakibatkan dirinya terlambat masuk sekolah. Ah, sebenarnya Naresh dan Haidar itu langganan telat sekolah. Tapi Naresh mau tobat kok! Kalau bukan karena ajakan ronda Haidar dia juga tidak akan telat, jadi ini semua salah Haidar titik!
Sudah jatuh tertimpa tangga, seperti itulah peribahasa yang cocok untuk seorang Naresh Javaro-sang pemilik zodiak cancer.
Niat Naresh sudah baik, dia tidak mau bolos sekolah walaupun dia berangkat telat. Naresh tidak ingin menyia-nyiakan uang ibunya yang digunakan untuk membayar sekolah Naresh, oleh karena itu sang remaja berbaik hati membantu ibunya dengan tetap sekolah walaupun telat.
Memanjat tembok.
Ah, ini sudah biasa dilakukan Naresh. Tak ada yang mengetahui akal kancil Naresh termasuk guru piket sekalipun. Namun agaknya hal itu tak terjadi untuk sekarang.
Dirinya dikejutkan oleh seorang remaja yang tiba-tiba menegurnya sembari berteriak lantang, membuat Naresh khilaf dan membuat Haidar tersangkut di tembok.
Tak hanya itu, atensi Naresh segera direbut oleh sang pemuda berhoodie merah dengan sebuah alat bantu yang ada di telinganya. Bagaimana wajah polos itu tampak berkerut tak suka melihat perbuatan Naresh dan Haidar, mengutarakan kekesalannya melalui bahasa isyarat di kedua tangannya.
Naresh terdiam cukup lama, mengamati bagaimana kekesalan pemuda yang lebih bongsor darinya yang baginya justru terlihat lucu, entah kenapa.
Ya, ketermenungan Naresh tersadar pada akhirnya. Ia juga harus kembali ke kenyataan di mana ia sudah kepergok memanjat tembok. Seragam pemuda dihadapannya sama dengan Naresh yang artinya mereka juga satu sekolah! Bisa mati dia dilaporkan guru piket.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anargya | Jaeyong & Nomin [✓]
Fanfiction[ DIBUKUKAN - PART TIDAK LENGKAP ] "...anargya berarti tak terhingga nilainya, namun bagi mereka aku bahkan tak punya nilai sedikit pun..." © shnaxxya, 2020