-SYMPHONY- (COMPLETED)

3. Temaram. Fiersa Besari

****

Starbucks tumben malam ini nggak terlalu ramai, hanya ada beberapa pengunjung.

Gue dan R memilih spot favorit, pojok sebelah jendela besar, biar bisa ngelihatin jalanan.

R duduk dengan tenang di depan gue, menikmati oreo cheesecake-nya.

"R, lu kenapa nggak pernah punya pacar? Banyak kali yang naksir." Tanya gue asal ceplos.

Mendadak entah kenapa penasaran sama kehidupan cinta sahabat gue ini.

Setahu gue, dari jaman sekolah sampai sekarang kuliah, R nggak pernah dekat sama siapapun, except me.

Teman lain banyak, tapi nggak dekat. Hanya sekedar temen nongkrong atau temen sharing hobby.

Gue menopangkan dagu, sambil menyedot caramel machiato memandang ke arah R.

Jangan bayangkan sahabat gue ini seperti lead male atau second lead male drakor ya.

Dari segi fisik aja beda jauh.

R lebih mirip mas-mas polisi di film action daripada oppa-oppa drakor.

Tinggi besar, rambut sisir rapi, muka datar, hobinya pake kaos polos warna hitam slim fit.

Tinggal nambahin dessert eagle di tangan, dia udah cocok jadi tim SWAT.

Kalau tipe lu yang muscle bulky, lu sudah pasti akan demen sama temen gue ini.

Sayang, wajah datar dan sikap introvert-nya membuat banyak orang takut menyapa.

Padahal banyak lho yang naksir sama R, gadis cantik maupun uke manis.

But, dia dengan kalem selalu menolak mereka semua.

Nggak ada yang tahu kenapa.

Gue bahkan nggak tahu selera dan kriteria yang R suka itu kayak apa.

Gadis cantik seksi cabe-cabean?

Atau gadis kalem yang roknya dibawah lutut?

Atau uke manis kalem rajin belajar?

Atau uke jalang bitchy?

Atau malah jangan-jangan pria segede R lebih suka didominasi sama pria macho lain?

I don't know. Dan gue yakin, nggak ada yang tahu selain dia dan Tuhan.

Sering sih gue coba nanya sama dia.

"Lu sukanya laki apa perempuan?"

Dan R always menjawab,

"Laki apa perempuan sama aja, yang penting sehat."

Kan bangke! Itu biasanya omongan ibu hamil pas ditanyain jenis kelamin anaknya.