HAPPY READING 💙
•
•
•Seorang lelaki tengah termenung di kamarnya, ia terduduk di kasur sambil menyandarkan punggungnya di kepala ranjang.
Lelaki itu baru terbangun dari tidurnya, jadi sangat wajar jika nyawanya belum terkumpul sempurna, masih tercecer entah di negeri antah berantah bagian mana.
Tok tok...
Ketukan di pintu kamarnya membuat lelaki tampan itu menoleh dan menatap pintu bercat hitam itu.
"Aarav..." Panggil Sintia--- Mamanya.
"Kenapa, Ma?" Lelaki yang dipanggil Aarav itu lantas beranjak dari posisinya dan membuka pintu kamarnya.
"Selamat pagi anak sholeh." Sapa perempuan itu sambil tersenyum lebar.
"Pagi." Balas Aarav tak semangat.
"Kamu ini loh pagi pagi udah loyo aja, habis mimpi basah kamu?"
Nyawa Aarav yang tadinya masih berceceran itupun langsung terkumpul sepenuhnya ketika mendengar perkataan tersebut.
Bisa bisanya Mamanya itu berkata sefrontal itu, Aarav kan jadi mikir yang enggak enggak.
"Astagfirullah, Ma. Masih pagi loh ini." Aarav geleng-geleng kepala.
"Siapa suruh pagi-pagi dah lemes aja?!" Sintia sedikit ngegas. Tentu saja ia tidak mau di salahkan.
"Mama ada perlu apa? Kalau nggak penting Aarav mau rebahan lagi nih." Lelaki itu sudah siap menutup pintu kamarnya lagi.
"Enak aja mau rebahan lagi, udah siang juga, mau kamu nanti rejekinya di patok ayam?!"
"Nanti ayamnya Aarav patok balik."
Gemas, akhirnya Sintia mencubit perut putranya itu.
"Ah! Sakit loh, Ma!" Aarav yang tadinya masih mengantuk itupun langsung terbangun sepenuhnya saat cubitan maut mendarat di perut sixpacknya.
"Mandi sana, habis itu langsung turun sarapan, udah di tungguin Papa."
"Hm." Setelah mengatakan kalimat yang sangat panjang itu, Aarav langsung menutup pintu kamarnya. Membuat Sintia langsung cengo di tempat.
Anaknya siapa itu? Kok akhlaknya minus banget?
✿✿✿✿
Aarav keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan celana panjang, tubuh bagian atasnya masih telanjang, menampakan sebuah pahatan kotak di perutnya.
Lelaki itu lantas membuka almari. Mengambil kemeja putih, dasi biru tua, dan juga jas hitamnya. Tidak lupa juga sebuah jam tangan dengan merk ternama ia ambil dari laci paling bawah.
Setelah merasa penampilannya sudah sempurna, Aarav lantas berjalan keluar dari kamar.
"Mau ke kantor?" Tanya Samuel--- Papanya, saat Aarav mengambil duduk di kursi meja makan.
Lelaki itu mengangguk sambil mengisi piring nya dengan nasi goreng lengkap dengan telur mata sapi.
"Jam 1 nanti bisa makan siang sama Papa nggak?"
"Berdua aja?"
"Enggak. Sama sohibnya Papa."
"Yang mana?"
"Arman."
"Oh, oke." Aarav mengangguk mengiyakan.
"Nanti tempatnya Papa kabarin."

KAMU SEDANG MEMBACA
𝙱𝙾𝙳𝙰𝙲𝙸𝙾𝚄𝚂
General FictionDOSEN SERIES #1 Aarav Sakya Aderald, seorang lelaki tampan, mapan, dan berkecukupan, mendapati hidupnya berubah drastis ketika orangtuanya menjodohkannya dengan Kanaya Naava Floela. Terikat dalam sebuah ikatan suci bernama pernikahan, membuat Aara...