10. Semakin Dekat

69.9K 4.9K 64
                                    

HAPPY READING 💙


"Aku belum makan." Ucap Kanaya setelah Aarav menjauhkan tangannya.

"Dan saya belum selesai." Lelaki itu langsung mendorong tubuh Kanaya hingga punggung gadis itu membentur dinding dan mengurungnya.

"Bentar bentar!" Panik Kanaya sambil melotot. Kedua tangannya pun langsung menahan badan suaminya itu.

"Apalagi Naya?" Gemas Aarav. Jangan sampai dirinya kehilangan ritme ya ini.

"Yang tadi belum cukup?" Tanya Kanaya sambil menelan ludahnya. Maaf maaf aja ya, yang tadi aja dah panas banget, nah kalau lanjut bakal kaya gimana?

"Menurut kamu?" Lelaki itu bertanya sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Kita udah buat perjanjian ya. Nggak ada begituan sebelum aku siap."

"Memangnya sekarang belum siap?"

"YA BELUM LAH, YANG BENER AJA?!" Kanaya langsung ngegas.

Bukannya marah, yang ada Aarav justru tertawa.

"Bercanda." Dengan tampang tak berdosanya Aarav berucap setelah tawanya mereda.

"Untuk sekarang cukup ini, Naya." Lelaki itu menyentuh bibir Kanaya yang merekah merah dan sedikit bengkak dengan ibu jarinya.

"Tapi kalau kamu mau lebih, boleh." Tambahnya kemudian.

Lagi-lagi Kanaya dibuat melotot. Minta lebih apaan? Nggak ada ya!

"Awas." Kanaya mendorong tubuh Aarav menjauh, gadis itu ingin melepaskan diri dari cengkraman harimau yang sepertinya sudah mulai jinak ini.

"Sebentar." Sebelum Kanaya benar-benar pergi, Aarav lebih dulu menarik tangan gadis itu.

"Apa la---" Ucapan Kanaya langsung terpotong saat tanpa aba-aba, Aarav kembali menyambar bibirnya.

Lelaki itu pun melumat bibir mungil istrinya itu selama beberapa detik sebelum dirinya menjauhkan wajahnya.

"Ciuman penutup." Jelas Aarav tanpa merasa berdosa.

Secepat kilat Kanaya langsung menjauhkan diri dari suaminya itu.

Lengah dikit kena cipok. Bahaya banget emang tuh cowok.

Kalau gini ceritanya mah, bukan dirinya yang ketagihan, yang ada malah tuh cowok yang ketagihan. Ya walaupun sebenarnya Kanaya juga menikmati sih. Dikit doang tapi...

"Pakai baju. AC kamu nyala paling dingin." Aarav memungut pakaian yang tadi Kanaya jatuhkan dan mengulurkannya pada sang empu.

"Saya ambilin makan buat kamu sebentar." Pamit lelaki itu dan berjalan keluar kamar meninggalkan Kanaya yang masih terdiam ditempatnya.

Tentu saja dirinya harus bertanggungjawab karena membuat gadis itu melewatkan makan malamnya.

Setelah kepergian Aarav, Kanaya baru menyadari bahwa handuk yang sejak tadi melilit tubuhnya sudah tidak rapi lagi. Bagian dadanya sedikit longgar dan hampir melorot, bagian pahanya pun tersingkap, membuat paha mulusnya terekspos.

𝙱𝙾𝙳𝙰𝙲𝙸𝙾𝚄𝚂Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang