HAPPY READING 💙
•
•
•"Pagi semua..." Aarav menyapa sambil melangkahkan kakinya memasuki kelas.
"Pagi, Pak..."
Aarav menatap seluruh mahasiswanya yang di pagi hari yang cerah ini, mereka semua justru memasang wajah tegang.
Ya gimana nggak tegang, orang hari ini jadwal kuis bagi mereka, terlebih dosen tampan mereka ini terkenal dengan soal-soal ujian yang sulitnya bukan main.
"Anjir dah, badan gue panas dingin." Ucap Arin saat melihat kertas soal di tangan Aarav.
"Nay, gue mengandalkan lo ya. Jangan pelit loh." Dita menendang kursi yang Kanaya duduki.
Berbeda dengan teman-teman yang lainnya, Kanaya justru terlihat santai. Jangankan ujian tertulis seperti ini, ujian lisan pun Kanaya yakin bahwa dirinya bisa.
Orang pintar tuh emang beda ya.Tapi perlu digarisbawahi terlebih dahulu bahwasanya Kanaya sama sekali tidak mendapat bocoran soal dari suaminya itu. Lelaki yang sekarang sedang sibuk membagikan lembar soal itu terlalu profesional sehingga tidak ada namanya orang dalam orang dalam segala.
"Hah?" Baru membaca pertanyaan pertama saja, Kanaya langsung speechless sendiri. Begitupun dengan teman-temannya yang langsung berdecak, bahkan beberapa ada yang sampai terdiam syok ditempatnya.
Sebenarnya kebanyakan mahasiswa yang menyukai Aarav itu hanya sekadar karena wajah tampannya saja, sisanya banyak yang membenci lelaki itu karena ketidakmanusiawiannya ketika membuat soal ujian.
"Cuy?! Soal apaan ini?!" Tito geleng-geleng ditempatkan.
"Anjir emang tuh dosen satu!" Tama pun ikut berkomentar sambil melirik Aarav.
"Kerjakan ujian kalian sendiri. Saya lebih menghargai kejujuran kalian daripada nilai yang kalian dapat." Memang pada kenyataannya Aarav lebih menghargai kejujuran. Bahkan ia tidak ragu untuk menambahkan beberapa poin tambahan jika mahasiswanya jujur dalam mengerjakan, meskipun nilai ujiannya kurang.
"Terima nilai jelek tapi jujur dah gue." Putus Dita, kemudian mulai mengarang bebas jawabannya.
"10 menit lagi." Aarav berucap sambil melirik jam tangannya. Selama satu jam sebelumnya, lelaki itupun tidak hanya diam ditempat. Ia sibuk berkeliling mengawasi gerak-geriknya mahasiswanya.
"Bikin lupa aja sih." Kanaya menghela nafas kesal, ia sedikit kehilangan fokus saat mengetahui Aarav yang terus menatapnya.
"5 menit lagi."
"Sabar dong, belum selesai nulis ini!" Kanaya bergumam pelan. Dosennya itu nggak bisa sabar kah?
Kanaya membuat titik pada jawaban terakhirnya, ia kemudian berjalan ke depan guna memberikan lembar jawabnya pada Aarav.
"Yakin nilai gue jelek ini mah." Ucap Arin sambil menatap Aarav yang sedang sibuk mengoreksi jawaban.
"Kalau gue sih paling-paling nggak nyampe 70, kalau nyampe 70, gue bakal kayang di depan fakultas." Tambah Dita membuat nazar.
"Gue doain biar dapet 70 deh kalau gitu." Balas Kanaya sambil ikut menatap Aarav.
"Heh!"
"Jangan kan 70, dapet 60 aja gue udah bangga." Kini giliran Tito yang bersuara.
"Kalau gue mah yang penting nggak telur aja." Tambah Tama.
"Reandara Dita Vania."
"Anjir!" Kaget Dita saat namanya dipanggil pertama.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝙱𝙾𝙳𝙰𝙲𝙸𝙾𝚄𝚂
Genel KurguDOSEN SERIES #1 Aarav Sakya Aderald, seorang lelaki tampan, mapan, dan berkecukupan, mendapati hidupnya berubah drastis ketika orangtuanya menjodohkannya dengan Kanaya Naava Floela. Terikat dalam sebuah ikatan suci bernama pernikahan, membuat Aara...