Seokjin menghampiri Jimin dan Taehyung yang masih berpelukan, lalu menarik Taehyung dari pelukan pria mungil bermarga Park itu merangkulnya.
"Udah cukup ya peluk-pelukannya"
"Jangan lama-lama, punya gue nih"
Jimin memutar mata, sedangkan Taehyung buru-buru melepas rangkulan Seokjin dan menginjak kaki Seokjin hingga pemiliknya sedikit mengaduh dibuatnya.
"Awhh sakit tau beb"
Memangnya Taehyung peduli? "Hargain Jimin bisa gak sih" desisnya pada Seokjin.
Seokjin mengendik kecil, sambil berkata "Iyaiya" hingga Jimin terkekeh kecil melihat tingkah keduanya.
Sudah lama mereka tak saling berinteraksi, dan Jimin baru menyadari jika ia juga merindukan dua sosok didepannya.
"Gapapa Tae, gue kan udah ngerti kalau si Jin Tomang ini cuma sayang sama lo.. harus terbiasa liat kalian manis-manisan atau malah berantem-berantem uwu gitu"
Senyum Jimin bagai air digurun pasir, adem. Taehyung sampai dengan mudah terbujuk dan memilih mengabaikan Seokjin yang lagi-lagi merangkulnya, padahal tadi bilang iya hargain Jimin.. dasar lelaki.
"Ayo makan dulu.. kita coba kue buatan Taehyung sama-sama, biar kalau gue sakit perut gak sendirian"
Seokjin tertawa paling kencang, abisnya gimana ya.. Taehyung dan dapur kadang bukan paduan yang baik.
Tapi selama pacarnya itu masih mau belajar dan coba terus ya Seokjin selaku pacar bucin cuma bisa dukung aja sambil semangatin.
.
.Mereka bukan idol, tapi berita tentang ketiganya yang berbaikan menyebar seolah itu adalah berita besar.
Hingga kabar itu sampai ke telinga Jungkook.
Pria dengan seragam yang sudah berantakan itu bersandar pada tiang dikoridor.
Memperhatikan Jimin dari jauh dan menarik senyumnya sambil bergumam, "Jimin berhasil lawan egonya, apa ini tandanya gue boleh maju lagi?"
Meninggalkan Jungkook dengan pikirannya sendiri, di kejauhan dua motor mulai melaju keluar area sekolah mereka.
Seokjin terkekeh kecil, memandangi Taehyung yang tampak bahagia sekali duduk diboncengan Jimin.
Biarin deh jok belakang gue kosong sehari, yang penting Taehyung seneng.
Taehyung mengangkat kedua tangannya keudara, membuat Seokjin yang ngeri-ngeri sedep sedikit menaikan gas motornya dan berkendara disisi motor matic Jimin.
"Bahaya Taehyung, pegangan sama jaket Jimin"
Taehyung mengangguk, lalu dia malah memeluk Jimin erat-erat.
Ih ngajak ribut. Walaupun Jimin bukan kaum dominan kan tetep aja, dia masih bisa punya peluang buat jadi seme asal Taehyung yang jadi uke nya.
Jimin menggeleng kecil memperhatikan raut Seokjin, untungnya ini bukan jalanan besar jadi ia tak perlu merasa takut untuk sekedar meledek Seokjin dengan menarik tangan Taehyung yang melingkar dipinggangnya.
"Gausah kebakaran gitu dong, baru peluk-peluk gini aja.. dipunggung lo kaya ada apinya. Panas ya Jakarta.. haha"
Setelah memeletkan lidah, Jimin menaikan lajunya menjauh dari Seokjin dan meneruskan jalan menuju cafe untuk syukuran kecil-kecilan setelah ia dan Taehyung berbaikan.
Yang bayar? Ya Seokjin lah..
====
Taehyung kalau lagi bahagia suka jadi sedikit miring, senyumnya tidak luntur dengan mata berbinar bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just a friend to you [JinV]✔
FanfictionFriendzone? Biasa. Tapi apa jadinya kalau ternyata keduanya sama-sama tau soal rasa itu? Akankah hubungan keduanya meningkat dan naik jabatan jadi kekasih? Atau hanya akan terus menjadi teman saja? Note(s) : 1. BxB (Seokjin & Taehyung) 2. Non Baku...