Pukul lima pagi masih sangat terlalu pagi untuk mendengar adanya keributan. Nefal yang masih mengantuk pun terpaksa keluar dari kamarnya untuk melihat apa yang terjadi dirumahnya.
Oke ini aneh karena sekarang Nefal melihat dengan jelas kelopak mawar bertebaran di depan pintu kamarnya membentuk sebuah jalan yang mengarah ke tangga, bahkan seperti nya terus sampai ke bawah. Nefal pernah melihat ini sebelumnya di film, di sinetron, di drama dimana hal ini merupakan hal yang sangat romantis dan umumnya dilakukan oleh pasangan. Dan Nefal akui kalo dirinya kini tak memiliki pasangan alias kekasih.
Jadi untuk memutuskan rasa penasarannya, ia pun mengikuti kemana kelopak-kelopak mawar ini yang akan membawanya. Sepanjang jalan Nefal menendang-nendang kelopak mawar itu "Ada apa sih ini?!" gerutunya.
"Hei pasukan jangan tidur hei!"
"Mama mau eek"
"Astaga tahan dulu bentar, Om kamu kayaknya udah keluar"
"Hei Nino celana nya pake lagi!"
Nefal mendengar sayup-sayup suara Kakaknya dari arah ruang tamu, dan kelopak-kelopak mawar inipun mengarah ke ruang tamu.
Memang seharusnya dari awal Nefal sudah menduga kalau yang menebar kelopak mawar itu adalah Kakaknya- Nagita.
Nefal pun memutuskan untuk mengintip apa yang terjadi di ruang tamu rumahnya, tapi sayang lampu masih dimatikan sehingga tidak terlihat dengan jelas. Namun, nampaknya keponakan pertama Nefal yang bernama Tasha ini menyadari kedatangan Om nya itu, segera Tasha meniup peluit dengan kencang.
Seketika lampu menyala menampilkan seluruh keluarganya, Papa Hardi dan Mama Rissa berjalan menghampiri Nefal yang masih mencoba mencerna kejutan apa ini. Sampai Nefal dipasangkan topi ulang tahun berbentuk kerucut pun Nefal masih tak bereaksi.
Naufal dengan muka bantalnya menggoyang-goyangkan kipas berbentuk wajahnya, disampingnya ada Kakak iparnya- Divia yang memangku Difa yang tersenyum ceria sambil meniup terompet. Dan si tersangka utama, dalang dari segala kehebohan yang terjadi pagi ini, bersama para pasukannya berjajar di tengah. Nagita yang memegang sebuah tumpeng, Tasha si peniup peluit, Vika dan Gisya yang juga meniup terompet, Nino yang masih belum memakai celana tampak diam dipinggir dan terakhir Kakak ipar termalangnya yang memangku si kembar yang bertepuk tangan dengan gembira.
"Halo Adikku!" sapa Nagita.
"Nefal gak ulang tahun" ucapnya setelah Naufal memencet confetti ke udara.
"Kak.." ucapan Nefal terhenti saat membaca sebuah spanduk yang menempel di dinding dibelakang Nagita.
NEFALDI SEMONGKO SEKOLAHNYA!!!
"Memang kamu tidak ulang tahun Adikku, Kakakmu ini hafal dengan betul tahun, bulan, tanggal, hari, jam, menit, dan detik kelahiranmu"
Papa Hardi hanya bisa menepuk bahu putra bungsunya, Nagit menyerahkan tumpeng untuk dipegang Papa nya.
"Taraa... Ini adalah hari spesial! Hari pertama Nefaldi kembali bersekolah" sambut Nagit.
"NEFALDI!!" teriak Nagit mengangkat sebelah tangannya yang terkepal ke udara.
Semua yang ada diruangan ini pun berteriak "SEMONGKO!!"
"NEFALDI!!" teriak Nagit lagi.
"SEMONGKO!!"
Nefal tidak kuat lagi dengan semua ini, "CUKUUUP!" teriaknya.
Hening, namun itu tak lama, karena Nagit mengeluarkan pisau plastik dan Mama Rissa mengeluarkan piring.
"Ayo potong tumpeng nya buruan, Kak Nau udah lapar pengen sarapan" seru Naufal.
Nagit memelototi Naufal "Sabar dong Kak"
"Lo pikir aja setengah empat udah dibangunin buat ginian, dan udah dua jam gue nahan kantuk karena gabisa tidur lagi, ya mending gue makanlah sekarang" kesal Naufal.
"Ckckck gak ikhlas banget bantunya, padahal buat Adek sendiri juga" cibir Nagit.
"Lo juga bikin acara beginian pagi amat" balas Naufal.
"Ya namanya kejutan bebas dong mau kapan aja"
"Dek cepetan potong tumpengnya biar acaranya kelar" titah Naufal pada Nefal.
Nefal menurut dengan mengambil pisau dari tangan Nagit lalu memotong tumpeng tersebut. Ia juga ingin acara entah apa namanya ini selesai, Nefal memberikan semua tumpengnya pada Naufal.
Naufal tersenyum "Bagus! Lo tau banget kalo gue butuh makan banyak" ujarnya lalu pergi menuju ruang makan.
"Heh jangan serakah, Kak Nau! lo gak ikut patungan ya!"
"Nefal mandi sana" suruh Mama Rissa.
"Ayo kalian mandi, ini hari senin bukan minggu!" seru Papa Hardi.
Mereka pun membubarkan diri untuk melanjutkan kegiatan masing-masing, hanya tersisa Nagit dan Nino diruang tamu ini.
Nagit melirik Nino yang menatapnya dengan mata memerah, "Kamu kenapa Nino?"
Nino mencebikkan bibirnya lalu menangis "Hua Mama! Nino eek di celana kecil"
"Haduh.. ayo sekalian mandi" Nagit pun menggiring Nino yang masih menangis ke kamar mandi.
.
.
.
.
.
.30 Desember 2020