Setelah sampai di ruangan tempat Reyga untuk memeriksa pasien pasien nya, Reyga pun langsung membuka pintu dan berjalan kearah brankar yang sudah tersedia disana.
"Kamu tunggu disini dulu ya, abang mau panggil asisten abang sebentar." ujar Reyga dan di angguki oleh Fiona.
Setelah mendapat jawaban dari Fiona Reyga pun langsung melangkah kan kakikanya keluar dari ruangan itu dan memanggil asisten nya.
"SUSTER SISKA!" panggil Reyga dengan suara tegas dan dinginnya.
Tak lama pun Siska datang dan berdiri dihadapan Reyga "Ada yang anda butuhkan Dokter?"
Reyga pun hanya menatap Siska dengan tatapan dingin dan datarnya "Saya mau kamu belikan saya Matcha Ice Cream."
"Ice Cream Matcha? Bukannya Dokter tidak suka ya?" tanya Siska kepada Reyga yang hanya menatapnya dengan tatapan datar dan dinginnya.
"Saya butuh buat pasien saya."
"Memangnya siapa pasien Dokter? Kenapa Dokter harus kasih dia Ice Cream itu? Apa dia pacar Dokter? Atau dia tuna_" ucapan Siska terpotong karena Reyga memberikan selembar uang berwarna merah di hadapannya.
"Gak usah nanya nanya yang gak jelas kamu! Lakuan saja apa yang saya suruh!" ujar Reyga dengan nada dingin.
"Baik Dok." jawab Siska menunduk karena takut.
Setalah itu Reyga langsung masuk kedalam ruangan nya meninggalkan Siska yang masih terdiam di depan pintu itu.
"Siapa sih cewe kegatelan itu? Arghh! Awas aja ya lo cewe kegatelan gak tau diri! Liat aja nanti apa yang bakal gua lakuin ke lo." ujar Siska dengan senyum miringnya dan berlalu dari sana.
~~~
"Siapa sih cewe kegatelan itu? Arghh! Awas aja ya lo cewe kegatelan gak tau diri! Liat aja nanti apa yang bakal gua lakuin ke lo."
Mendengar itu membuat seseorang yang sedari tadi bersembunyi di balik tembok menampilkan senyum miringnya.
"Tidak secepat itu Suster Siska yang terhormat sebelum anda melakukan sesuatu kepada nya, aku duluan lah yang akan melakukan sesuatu kepadamu." ujar orang asing dan berlalu dari sana.
~~~
Setelah menyuruh asisten nya untuk membelikan pesanannya tadi, Reyga pun langsung menghampiri Fiona yang sedang mengayunkan kakinya.
"Abang periksa sekarang ya, kalau ada yang sakit bilang sama abang. Ok?" ujar Reyga sambil mengambil kursi untuk ia duduki.
Mendengar itu Fiona hanya menjawab nya dengan angukan angukan bertamda iya setuju.
Setelah mendapat persetujuan dari Fiona, Reyga pun mulai membuka gips yang melekat di kaki kanan Fiona.
"Untung abang udah ganti jadi pake gips kalau enggak pasti meresahkan sekali perban itu." ujar Reyga sambil menyimpan gips yang Fiona kenakan tadi.
"Tapi bang, boleh gak kalau Ale gak pakai gips nya?." tanya Fiona hati hati.
"Emang nya kenapa?" tanya Reyga sambil menaikan alisnya sebelah.
Fiona pun hanya mengalihkan pandangannya sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Melihat Fiona yang mengalihkan pandangannya membuat Reyga jadi tambah bingung, "Kamu gak betah pakai gips ya?" tanya Reyga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Brother
Teen Fiction[On Going] (FOLLOW SEBELUM BACA) Kehidupan Fio memang tidak mudah. Dia yang tinggal bersama dengan sahabat nya di kota terbesar ke 4 di indonesia (Bandung), dia yang selalu berkerja setiap pulang sekolah sampai larut malam untuk bertahan hidup. Mema...