our way

2K 205 19
                                    

"Menikah?"

Jimin menopang dagunya, melayangkan tatapan ke arah sahabatnya. Laki-laki dengan garis rahang yang tegas itu terlihat begitu bersemangat mengangguk, sementara Jimin termangu di tempatnya. Jauh berbeda dengan apa yang terjadi dalam dirinya saat ini.

Pikirannya ribut, berdebat akan satu kata yang baru saja ia sebut ulang beberapa detik yang lalu. Perihal ikatan umur seumur hidup. Benak berusaha untuk mencerna dengan baik seluruh pembicaraan yang sudah mereka bertiga lakukan di kafe ini.

"Ya. Menikah."

Jimin mengedikkan bahu. "Entahlah, Taehyung."

"Maksudmu?" Kim Taehyung bertanya ulang. Alisnya bertaut bingung. "Memangnya kau tidak punya keinginan untuk menikah dengan Yoongi?"

Bohong jika Jimin tidak menginginkan itu. Pernikahan adalah sesuatu yang sudah diimpikannya sejak lama. Tak bisa menampik kenyataan bahwa ia ingin mengikat janji di hadapan Tuhan bersama dengan seseorang yang dicintai. Jimin mendambakan hal itu. Cincin, pesta, serta ciuman hangat selepas mengikat diri kepada satu sama lain dalam sebuah janji sakral. Janji sehidup semati. Janji dalam senang maupun susah.

Dan Yoongi adalah satu-satunya manusia  yang diinginkan Jimin untuk mengucapkan janji itu bersamanya. 

Ah, Min Yoongi.

Laki-laki yang sudah mengisi hari-harinya selama tujuh tahun. Pertemuan kecil di sebuah klub musik semasa kuliah nyatanya menjadi awal dari perasaan yang tumbuh kepada satu sama lain. Jimin jatuh cinta kepada laki-laki yang begitu gigih mengejar mimpinya untuk bermusik, dan Yoongi jatuh cinta kepada sosok laki-laki manis yang begitu hangat dan selalu memberinya semangat.

Mereka berdua saling menjatuhkan hati.

Hubungan mereka indah, sejauh Jimin mengingat. Tujuh tahun bukan waktu yang sebentar, tetapi mereka mampu melewatinya tanpa kendala besar. Tentu cekcok kecil itu ada. Pertengkaran hadir beberapa kali, entah karena dasar hal yang sepele atau cukup besar. Namun yang pasti, mereka selalu berhasil mengatasinya. Baik Yoongi dan Jimin, keduanya sama-sama tahu bagaimana cara menjaga agar mereka tak saling melepas.

Jimin mencintai Yoongi, begitu juga sebaliknya.

Lantas, bagaimana dengan pernikahan?

Sejauh ingatan Jimin berkelana, kata itu tidak pernah terucap sekalipun di antara mereka. Percakapan tentang pernikahan atau bahkan kode-kode kecil tentang hal itu tak pernah terjadi di antara mereka. Entah karena keduanya enggan untuk menjadi pihak yang memulai, atau karena keduanya terlanjur nyaman berada dalam hubungan yang seperti ini dan takut untuk beranjak lebih jauh. Sebab bagaimanapun, pernikahan memiliki konsekuensi yang jauh lebih besar untuk dipikul.

Namun, sampai kapan mereka akan seperti ini?

Tidakkah mereka ingin melangkah lebih serius?

Apakah tujuh tahun belum cukup untuk membuat mereka yakin bahwa mereka bisa mengikat diri kepada satu sama lain?

"Kau juga pasti memikirkannya selama ini, bukan?"

Pertanyaan Taehyung memancing kepala Jimin untuk terangkat. Mata bulat itu menatap lurus sebelum akhirnya melarikan diri ke arah yang lain. "Aku tidak ingin memaksa Yoongi, Tae."

Taehyung tersenyum kecil. "Kau tidak memaksa, Jimin. Kau hanya meminta kejelasan. Kau dan dia sama-sama tahu bahwa ada hal yang harus kalian tuju. Hubungan kalian tidak bisa berjalan tanpa tujuan pasti, kan?"

Jimin terhenyak senyap. Tak bisa membantah karena ia tahu apa yang diucapkan Taehyung adalah fakta yang tidak bisa dipatahkan. Ia dan Yoongi tidak bisa terus-menerus berjalan di tempat seperti ini.

just a storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang