Title : O. なに
Length : 3400 words
Warning!
18+, slight smut scene.なに (read : na-ni) : Kata dalam bahasa Jepang yang berarti "Apa".
⚡️⚡️⚡️
"Tolong ya, hyung."
Jimin tidak bisa apa-apa selain menghela napas. Si kecil bajingan itu benar-benar merusak weekend-nya.
"Kenapa juga kau bisa lupa?" erang Jimin.
"Kemarin aku terlalu sibuk membayangkan kencanku dengan Taehyung hyung. Jadinya aku lupa."
"Kau ingat kencan, tapi tugas kantor lupa dan malah menyusahkanku." Jimin mendengus.
Rengekan Jungkook terdengar. "Ah, hyuunggg~ kali ini saja. Ne?"
Untuk kesekian kalinya, Jimin menghela napas. Hari ini hari Sabtu, waktunya menghabiskan 24 jam untuk tidur atau bertingkah layaknya seekor babi yang tertempel di tempat tidur.
Tapi, bocah sialan bernama Jungkook itu meneleponnya dan meminta tolong pada Jimin untuk mengirimkan sebuah dokumen ke kantor klien. Dan seperti yang ia katakan, ia lupa karena sibuk memikirkan kencannya dengan Taehyung.
"Baiklah. Tapi kau harus traktir aku makan Nasi Goreng di Itaewon," tawar Jimin.
Jungkook memekik girang. "Apapun, hyung. Kau minta tas Supreme pun akan ku belikan!"
"Benarkah?"
Suara kekehan Jungkook seakan memberitahu Jimin kalau kata-katanya tadi tidak serius.
"Hyung, kau benar-benar penyelamat. Aku berhutang banyak padamu. Akan kudoakan kau cepat punya kekasih."
Jimin memutar bola mata. "Ya ya ya, terserah kau saja, Jeon Jungkook."
⚡️⚡️⚡️
Jimin membungkuk sejenak menyapa satpam yang berjaga. Jimin cukup akrab dengan mereka, jadi dia tidak perlu lagi menunjukkan ID-nya.
Sambil menyusupkan tangan ke dalam saku hoodie-nya yang kebesaran, ia bersandar di dinding lift. Matanya sesekali terpejam.
Aku mengantuk.
Lift terbuka dan Jimin langsung melangkah menuju meja kerja Jungkook. Ia berlutut di dekat laci penyimpanan dan menarik keluar laci ketiga.
"Dalam map hi—ah, ketemu," gumam Jimin sambil menarik keluar sebuah map hitam. Setelah mengecek dokumen itu dan yakin dokumen itu adalah yang dicarinya, ia pun bangkit.
Ayo cepat selesaikan ini dan pulang.
"Ahhh, Jiminhh."
Mata Jimin membesar. Ia berdiri kaku di tempatnya.
Apa aku tidak salah dengar? Namaku...
"J-jiminhhhh shitthh."
Kali ini Jimin yakin telinganya tidak salah. Ia memandang ke penjuru tempat tapi tidak ada siapapun disana. Sesaat, Jimin merasa takut hingga matanya menangkap sebuah pintu yang tidak tertutup rapat.
Pintu ruangan sang manager.
Jimin melangkah ragu dan terus berpikir apakah ia harus melihat ke dalam atau tidak.