"Namaku Park Jimin."
Min Yoongi mendongak pelan dengan mata terarah lurus pada pria berpipi tembam yang tersenyum padanya seraya menjulurkan tangan.
Pria itu tersenyum begitu manis pada Yoongi yang masih saja memasang wajah datarnya. Manik mata Yoongi lalu beralih pada tangan laki-laki bernama Jimin yang masih terjulur kearahnya, menunggu tangan besar Yoongi untuk menyambutnya.
Yoongi melirik sekitarnya yang sudah mulai ramai kerumunan karyawan kantor. Ia lalu mendongak sejenak sebelum akhirnya ia memutuskan untuk bangkit dan berjalan pergi.
Suara bisikan terdengar semakin jelas saat Yoongi mulai berjalan cepat meninggalkan ruangan itu. Ia tau orang-orang itu membicarakan sikap dinginnya, tapi Min Yoongi tidak pernah peduli akan hal itu. Ia terus saja berjalan melewati karyawan yang masih menatapnya penuh tanya dan berbisik satu sama lain.
Langkah kaki membawa Yoongi berbelok pada sebuah koridor sepi yang memang jarang dilewati oleh karyawan disana. Ia pun berhenti di tengah koridor dan berbalik ke belakang.
"Apa-apaan dia? Bisa-bisanya dia tersenyum manis begitu ke arahku?" geram Yoongi sendiri sambil bersandar di dinding setelah ia memastikan tidak ada orang lain di koridor itu. Tangannya mencengkeram erat dadanya yang berdegup tidak karuan. Semburat merah perlahan muncul di kedua pipi pucatnya.
Yoongi menutup mulutnya sendiri. "Aku bisa gila! Ya Tuhan! Dia membuatku gila!" ujarnya sambil menggelengkan kepala.
Mata Yoongi kemudian menatap turun pada tangannya. Ia teringat pada tangan mungil Jimin yang terjulur kearahnya.
"Bagaimana bisa tangannya begitu menggemaskan? Apa ada bagian dari dirinya yang tidak menggemaskan? Aku bisa gila kalau begini terus!" Yoongi mengomel, mengacak-acak rambutnya sendiri.
Degup jantung Yoongi berdetak tak karuan. Kepalanya terus saja memutar adegan saat Jimin menyebut namanya sendiri. Tangan Jimin yang terulur padanya, dan senyum manis Jimin yang terarah tepat pada Yoongi.
Hanya pada Yoongi.
Dia mengajakku berkenalan? Ya Tuhan. Kebaikan macam apa yang sudah kuperbuat?
Senyum-senyum kecil mulai menghiasi wajah Yoongi. Ia mengulum bibirnya, berusaha menahan senyum meskipun akhirnya sudut bibirnya tetap saja terangkat.
Suara derap langkah yang tergesa membuat Yoongi mendongak dan menyadari seseorang sedang berjalan ke koridor tersebut. Yoongi segera mencari tempat sembunyi di sudut koridor.
"Kau baik-baik saja?"
Kening Yoongi berkerut samar. Ia pun menyembulkan kepalanya dari balik dinding dan mulai mengintip.
Mata Yoongi membesar saat mendapati Jimin bersama dengan Taehyung disana. Sesaat, perasaan kesal muncul di pikiran Yoongi melihat tangan Taehyung yang bersandar di bahu Jimin.
Apa-apaan dia?
Yoongi beralih pada Jimin yang mendongakkan kepalanya lalu mengangguk.
Taehyung menghela napas panjang. "Lagipula apa yang ada di kepalamu sampai kau nekat mengajaknya berkenalan?"
Yoongi masih mengintip, menatap Jimin yang kini tersenyum kikuk. "Aku tidak tau," gumam Jimin.
"Kau sudah tau seberapa dinginnya Min Yoongi tapi kenapa kau masih nekat melakukannya?"
Yoongi mulai geram. Kenapa Taehyung berkata seperti itu? Apa salahnya kalau Jimin mengajak Yoongi berkenalan? Kenapa dia yang terlihat terganggu?
"Aku hanya ingin mencoba," lirih Jimin lagi. Ia menunduk dalam sambil menautkan jari-jari mungilnya satu sama lain.