"Yoongi hyung tidak mungkin merokok!" erang Jimin keras di hadapan kedua sahabatnya.
Lelaki manis bernama Jungkook itu mendengus kesal. "Aku tidak berbohong. Aku melihatnya sendiri dengan mata bulatku ini!"
Jimin menggeleng cepat. "Kau pasti salah lihat, Jungkook. Itu pasti bukan Yoongi hyung."
"Aku sangat yakin kalau yang kulihat kemarin itu adalah Yoongi sunbae dan dia merokok di belakang sekolah," jelas Jungkook. "Kim Taehyung! Kau jangan diam saja. Katakan sesuatu!"
Taehyung menggaruk kepalanya bingung. "Aku tidak tau apa-apa."
Jungkook mendecak kesal. "Keberadaanmu sama sekali tidak membantu."
"Sudahlah. Kau jangan mengada-ada, Jeon Jungkook," kata Jimin, masih berusaha untuk mengelak perkataan Jungkook.
"Tapi, Jimin," panggil Taehyung, membuka suara. "Jungkook tidak punya alasan apa-apa untuk bisa mengada-ada hal seperti ini. Lagipula, semua orang juga mengatakan hal yang sama tentang Yoongi sunbae."
Jimin terdiam dalam duduknya. Taehyung benar. Jungkook tidak mungkin berbohong. Seperti ucapan Taehyung, sahabatnya itu tidak memiliki alasan apapun untuk bisa membuat berita seperti ini.
Rumor tentang Yoongi itu pun sudah sangat sering terdengar. Seluruh siswa sekolah mengatakan bahwa Yoongi termasuk dalam kelompok siswa yang sering berulah. Entah itu merokok, membolos, atau bahkan berkelahi dengan siswa dari sekolah lain.
Namun, Jimin memilih untuk tidak mempercayai hal itu. Selama ini, Yoongi tidak pernah bertingkah seperti anak nakal. Jimin bahkan pernah menanyakan kebenaran akan rumor tersebut secara langsung kepada Yoongi, dan kekasihnya itu mengatakan bahwa semua hal itu hanyalah omong kosong.
Jimin memutuskan percaya pada ucapan Yoongi dan menutup telinga dari semua rumor yang didengarnya. Namun, setelah mendengar kabar dari Jungkook, ia mengakui bahwa dirinya mulai goyah. Kepercayaannya pada Yoongi mulai terguncang.
Jungkook menyadari perubahan ekspresi di wajah Jimin. Ia sedikit merasa bersalah. "Maafkan aku, Jimin. Aku tidak bermaksud membuatmu merasa curiga pada Yoongi, tapi kurasa kau memang harus mengetahui yang sebenarnya tentang kekasihmu itu."
Jimin termenung.
Jika memang seperti itu, apa yang akan kulakukan?
🍁🍁🍁
From: Yoongi hyung
Maafkan aku, Jimin. Aku harus pulang lebih awal. Ibuku memintaku untuk pulang secepatnya.
Jimin menatap pesan itu dan menghela napas panjang. Ia pun mengetikkan balasan singkat untuk menyatakan bahwa ia tidak apa-apa jika harus pulang seorang diri.
Jungkook dan Taehyung sudah lebih dulu meninggalkannya karena Jimin mengira ia akan pulang bersama Yoongi. Sedikit penyesalan menghampiri benaknya tatkala ia mulai melangkah meninggalkan sekolah.
Langkah kecil itu membawanya menuju halte bis terdekat. Tak butuh waktu lama untuk menunggu bis datang dan membawanya pergi.
Namun, tak biasanya jalanan macet sore itu. Kendaraan terlihat tersendat dan bunyi klakson terdengar saling bersahutan. Jimin mengintip ke jendela di sampingnya.
"Aduh, pasti anak-anak nakal itu lagi!" gerutu penumpang wanita paruh baya yang duduk di depan Jimin.
Pria di samping wanita itu menanggapi. "Anak-anak itu?"
Wanita itu mengangguk cepat. "Ya. Mereka berkelahi dan menghambat lalu lintas. Menyebalkan sekali! Apa hebatnya berkelahi seperti itu?"
Jimin diam-diam menyimak percakapan itu. Rasa penasaran bangkit dalam dirinya untuk mengetahui siapakah anak-anak nakal yang dimaksud wanita itu.