just a feeling (pt. 2)

2.8K 332 93
                                    

"Ladies and gentlemen, Korean Air flight K-622 bound to London is now ready for boarding at gate..."

Jimin memperbaiki letak kacamatanya lalu bangkit dan menyampirkan tas selempangnya di salah satu sisi tubuh. Di dalam tangan mungilnya tersempil sebuah paspor bersama dengan tiket pesawat.

Ia berbaris di antara para penumpang lainnya, menunggu giliran untuk masuk ke pesawat yang akan membawa mereka ke ibukota dari negara Albion itu.

Langkahnya perlahan melemah lalu akhirnya berhenti di tengah-tengah garbarata yang terhubung ke pesawat seraya menatap keluar melalui kaca pembatas. Landasan terbang tampak ramai dengan beberapa pesawat yang terparkir disana. Ia menatap keluar, mengamati sebuah pesawat yang baru saja mendarat di ujung sana.

Memori menyeretnya kembali pada ingatan 8 tahun lalu, ketika Jimin memutuskan untuk kembali ke tempat kelahirannya setelah berpuluh tahun menetap di London.

Keputusan yang membawanya untuk bertemu Yoongi di bar malam itu. Berawal dari pembicaraan kecil lalu berakhir dengan genggaman tangan yang bertaut dengan kuat. Sebuah pertemuan kecil yang mengubah imaji Seoul di benak Jimin. Klise, namun nyatanya mereka jatuh pada pesona satu sama lain hanya dalam sekejap mata.

Tarikan napas berat dilakukan Jimin untuk meringankan beban di dada. Seoul tak lagi indah dan hangat. Tak lagi menjadi tempat yang bisa membuatnya lupa akan rumahnya di London.

Seoul telah menjelma menjadi tempat yang penuh luka baginya.

Jimin memantapkan hati untuk meninggalkan 8 tahun penuh kenangan itu di balik punggungnya, memilih menatap ke depan dan melangkah menuju tempat ternyamannya. Tak sabar untuk mengistirahatkan hatinya yang sudah terlalu lelah menangis di kota London.

🔸️🔸️🔸️

Yoongi duduk di sofa apartemennya. Bayangan di bawah matanya semakin menghitam. Sejak dua minggu terakhir ini tidurnya terganggu. Yoongi berjengit sedikit, menggigil kedinginan. Matahari menyambut hangat, namun apartemen itu tetap saja terasa dingin.

"Yoongi," suara wanita itu memanggil.

Yoongi mendongakkan kepala, menatap seorang wanita yang menghampirinya dengan mengenakan kemeja milik Yoongi yang menutupi tubuhnya hingga ke pangkal paha.

Senyum kecil menghias wajah Yoongi. "Kau sudah bangun?"

Wanita itu langsung duduk di pangkuan Yoongi. Melingkarkan lengan di sekeliling leher Yoongi sambil mengistirahatkan kepala di ceruknya.

"Kau tidak tidur lagi?" tanya wanita itu.

Yoongi mengangguk lemah. "Yah, begitulah."

"Mimpi buruk ?"

Yoongi tak menjawab, membiarkan pertanyaan itu menguap ke udara. Tentu saja wanita itu tau tentang mimpi buruk yang dialaminya selama selama 2 minggu terakhir ini. Yoongi menceritakan hal itu padanya setelah 4 malam ia terjaga dan tak bisa tidur.

Namun tentu saja ia tidak menceritakannya secara rinci. Bagaimana mungkin ia bisa menceritakan mimpi menyedihkannya tentang Jimin? Ia tidak ingin membuat keributan.

Yoongi memejamkan mata dan sekelebat bagian dari mimpi itu kembali berputar. Jika diamati, itu bukanlah mimpi yang menyeramkan. Tidak ada sedikitpun adegan menakutkan di dalam sana.

Hanya ada Jimin yang memantung berdiri di dalam mimpinya. Memandangi Yoongi kosong dan perlahan tersenyum lebar. Mimpinya berulang seperti itu tanpa ada satupun hal yang membuat bulu kuduknya berdiri, tapi entah kenapa mimpi sederhana itu bisa membuat Yoongi terbangun dengan rasa sesak dan keringat dingin yang mengalir deras.

just a storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang