Disini kurasa senang.
Dibawah sang bulan yang bersinar malu,
Kala matahari mulai tenggelam.
Disini kurasa aman.
Di hangat pelukmu.
Mendebarkan jantung seperti ombak di lautan.
Membawa pergi semua sakitku,
Mengistirahatkan resahku.
Disini kurasa tenang.
Bisu dalam sunyi,
Bergeming tak mengucap
Hanya ada kehadiranmu.
Maka dengarlah nyanyian hati ini,
Aku ingin disisimu selamanya.****************************
Agustus 2014
Suasana puncak seperti biasanya, dingin dan ramai. Matahari sudah mulai terbenam, cahaya oranye nya menembus pepohonan, menciptakan siluet-siluet indah.
Fina duduk didepan tenda. Alergi dinginnya mulai kambuh. Dari tadi ia hanya bersin tak ada henti. Sampai perutnya sakit. Tangannya menggenggam tissue, matanya sudah berair. Salah besar ternyata mengikuti camping sekolah ini. Rasa bencinya pada udara dingin malah bertambah saja.
Semua gara-gara Dava. Dia memaksa Fina untuk ikut, sampai-sampai menjemputnya pagi sekali. Padahal, rumah Fina sangat jauh dari sekolah. Dava bilang, Fina butuh hiburan. Suntuk di rumah terus. Bisa-bisa jadi kribo rambut perempuan itu.
"Makanya gerak. Diem aja kayak patung, gimana gak dingin." Kata Dava sambil mengambil posisi duduk di sebelah Fina.
"Nah ini orangnya. Tanggung jawab, sekarang gue jadi meler begini." Omel Fina."Yeee gue kan cuma pengen lo refreshing. Sini, mana tangan lo?"
Fina dengan ragu mengulurkan tangannya. Dava kemudian menempatkannya di antara kedua tangannya, meniup dengan lembut, berusaha mengembalikan hangat ke tangan Fina.
Pipi Fina langsung bersemu merah. Untung saja, udaranya dingin, jadi kalau Dava bertanya kan ada alasannya. Daripada dia harus tahu seberapa malu Fina sekarang. Kalau begini ceritanya sih, Fina hangat luar dalam."Nah udah anget kan. Emang gue baik banget ya aduh." Kata Dava.
"Ye jijik ah. Iya iya makasih." Jawab Fina gak niat. Habis tangannya sudah dilepas oleh Dava, sih.Kini, matahari sudah benar-benar tak ada sinarnya. Guru pembimbing menyalakan api unggun, apinya menjulang tinggi diantara kerumunan para siswa. Mereka dibebaskan untuk melakukan kegiatan apa saja, asal hanya di seputaran api unggun.
"Fin."
"Hmm?"
"Bosen nih."
"Bosen mulu lo. Kalo bosen sama pacar gimana, mau ditinggal?"
"Gak gitu. Ngapain kek."
"Tau ah."
Kesal melihat Fina yang menjawab singkat terus, Dava mengeluarkan ipodnya, lalu memutar lagu. Lagu nge-beat, bukan yang galau. Memangnya para jomblo kesepian.Dava kemudian berdiri, lalu berjoget sendirian, mengikuti irama musik. Fina awalnya tak sadar apa yang terjadi, tapi dia menoleh dan melihat Dava seperti orang kerasukan begitu, pipinya kembali menghangat.
"DAVA. Gila lo malu-maluin banget. Pokoknya kalau ada yang tanya, gue bukan temen lo." Omelnya.
"Siapa juga sih yang mempermasalahin. Mending ikutan gue." Jawab Dava.
"Ogah."Dava menghiraukannya, menarik tangan Fina, mencoba membuatnya berdiri. Fina yang sudah terbiasa dengan kelakuan Dava yang tidak jelas ini, cuma bisa menggeleng sambil menahan senyum. Lama-lama tidak kuat juga dia. Sambil tertawa geli, dia mulai menari sesuai iringan musik dari Ipod. Tidak dipedulikannya murid-murid lain yang kini heran melihat mereka. Beberapa malah jadi ikut-ikutan.
Begitulah Fina kalau ada Dava. Malu nya hilang, digantikan perasaan percaya diri, tidak peduli apa kata orang. Dava begitu easy going, dan sifatnya itu menular.
Kini, sinar matahari sudah hilang sepenuhnya. Digantikan cahaya bulan yang lebih temaram, menenangkan. Lagu barusan sudah selesai. Fina dan Dava berhenti sebentar, mencari nafas.
Lagunya berganti, menjadi lagu manis beriringkan piano, nadanya menggetarkan hati. Cocok dengan suasana sekarang.Dava meraih tangan Fina, mengajaknya berdansa ala princess di film Disney. Tangan Dava hangat sekali, nyaman untuk digenggam. Fina mendongak, melihat kedua mata Dava yang cokelat, tersesat di dalamnya. Dia tersenyum, dan dibalas oleh Dava. Senyumnya, yang tak pernah gagal menjadi penyemangat Fina selama ini.
Disini, dibawah cahaya rembulan, bersama kehadiran Dava sedekat ini, adalah segalanya bagi Fina.
Bagi Dava, mungkin ini hal biasa. Tapi bagi Fina, yang kodratnya perempuan dan biasanya kaum hawa memang bawa perasaan, ini penting. Dava adalah partner dansa pertamanya. Di tempat seindah ini, setenang ini. Dan Fina tidak akan menukar momen ini demi apapun.
*****************************
Rada ngestuck nulis ini. Habis, lingkungan sekitar galau mulu gaada yang seneng-seneng apaya. Terima kasih yang udah baca yay!
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalan Tak Berujung
RomanceKalau hidup mengubah pandangan tentang cinta dan kasih sayang, apa kita masih bisa berpegang pada keyakinan?