Aku terjerembab di tumpukan rinduku.
Yang akan semakin menumpuk, dengan ketiadaan kau disini.
Terngiang kata-kata yang pernah kau ucapkan dulu di telingaku.
Kata terakhirmu.
Katamu, semua akan baik-baik saja.
Katamu, semua akan normal kembali.
Apa yang dimaksud dengan baik-baik saja?
Apakah jatuh terduduk, terbelenggu dengan perih itu definisi dari baik-baik saja?
Apakah tenggelam dalam tangis itu definisi baik-baik saja?
Tolong beritahu aku
Karena sekarang, hilanglah sudah garis
penjelasnya.******************************
Sudah saatnya Fina pergi.
Dava tahu, hidupnya bukan novel. Meskipun dua minggu ini dia sudah berusaha sekeras mungkin menjadi sahabat yang baik, berharap rasa itu akan tumbuh subur kembali di hati Fina, tapi harapan tinggal harapan. Cinta tidak sesimpel itu. Ia butuh waktu, butuh perawatan yang begitu rumit dan penuh perasaan. Apalagi kalau sudah pernah diinjak-injak. Bisa-bisa ia akan tetap layu sepanjang masa. Mau disiram terus juga tambah layu. Tinggal ada satu pilihan, yaitu mencabutnya dan menggantinya dengan benih yang baru. Dava hanya berharap Fina menemukan benih yang tepat. Yang bisa tumbuh di hatinya yang tandus itu. Moga-moga ia bertahan lama, menerjang badai yang ada, membuat ruang di hati Fina hijau lagi seperti dulu. Bukan seperti Dava. Ia hanya akan mengubah hati Fina jadi lebih tandus. Penuh dengan kaktus berduri tajam.
Kini perempuan itu berdiri di depannya, memegang koper dan tersenyum. Dava bahagia sekali melihat Fina seperti ini. Tanpa beban, tanpa masalah. Semuanya seperti sudah diangkat dari bahunya. Kalaupun hal itu harus dibayar dengan sakitnya Dava, biarlah itu terjadi. Biarkan saja Dava yang mengalah. Dava tahu Fina sudah banyak sekali mengalah. Kini Dava akan membiarkan Fina melebarkan sayapnya, kemana pun yang ia mau.
"Daahh, Dava! Jangan sombong ya nanti kalau ketemu lagi. Rajin-rajin sms gue. Kita masih temenan kan?" Kata Fina.
"Masih dan akan selalu. Tenang aja gue bakal sms lo sampe lo gak kuat dan ganti nomer hp hahahaha." Jawab Dava. Sebenarnya pikirannya tidak tenang, hatinya sakit dan kakinya lemas. Tapi ini bukan akhir dunia kan?Jadi ditelannya gumpalan di tenggorokannya, lalu ia menaikkan dagunya dan berkata, "Udah masuk sana. Nanti ketinggalan pesawat lagi."
"Ohh ngusir nih ceritanya?"
Bukannya ngusir. Tapi aku tak sanggup melihatmu lebih lama lagi atau aku akan mulai menunjukkan perasaanku. Dan kita berdua sama-sama tak mau itu terjadi kan? Batin Dava.
"Nggak gituu, ih jangan baper dong. Beneran nih gue ngomongnya." Kata Dava.
"Iya, iya. Yaudah dadahh!!"
Fina hendak masuk, tapi baru beberapa langkah ia berhenti kemudian kembali lagi, berlari menuju Dava, memeluknya dan berkata, "Lo cinta pertama gue. Orang pertama yang membuat gue merasakan senangnya. Orang pertama yang membuat gue merasakan sedihnya. Kalau gue harus memilih, gue tetap akan milih lo, Dav. Terimakasih buat semuanya."
Lalu ia berlari kembali menuju pintu masuk. Dava hanya bisa tersenyum pasrah melihatnya. Fina tak akan pernah bisa dimiliki siapapun, pikirnya. Dia adalah salah satu contoh dari jiwa-jiwa bebas yang tidak dibatasi cinta, hanya saja Dava kebetulan sekali mencintainya.
Tapi nasi sudah menjadi bubur, Dava mau apa lagi. Mungkin Tuhan yang Maha Baik akan memberikannya kesempatan lagi di masa depan, kesempatan yang akan mengubah segalanya. Membuatnya bisa bersama Fina. Membuatnya merasakan lagi apa indahnya jatuh cinta. Tak ada yang bisa meramal suka duka masa depan kan?
SELESAI
******************************
Aduh akhirnya selesai. Makasih teman-teman inspirasinya. Sayang kalian semua
Follow account yang baru ya: sasanisaa yang ini lupa password hehehehehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalan Tak Berujung
RomanceKalau hidup mengubah pandangan tentang cinta dan kasih sayang, apa kita masih bisa berpegang pada keyakinan?