[39] The truth

64 19 5
                                    

  Gahyeon menatap ke sekeliling ruangan kamar Sarang. Didominasi warna monokrom, mulai dari dinding, nakas, tempat tidur, pintu, jendela, bahkan peralatan tulis milik gadis itu. Sebegitu cintanya kah gadis ini pada warna monokrom? 

  Dia mendapat izin dari Sarang untuk berkeliling rumah, tapi dia tidak boleh masuk ke ruangan mana pun. Kalian tahu, maksudnya, ruangan yang dipisahkan oleh pintu. Tentu saja dia boleh ke dapur dan halaman belakang. Tapi dia dilarang keras masuk ke ruangan yang ada disana. Bahkan gudang sekali pun.


"Kau menyukai buku-buku disana?" Gahyeon menunjuk meja belajar Sarang.

"Buku-buku itu? Tidak juga, aku hanya membacanya saja, aku tidak terlalu menyukainya"

Wanita itu menaikkan sebelah alisnya.

"Kau tahu siapa penulisnya? Kau akan terkejut saat tahu siapa pe-"

"Pandami, novelis genre romantis, nama asli Lee Yoobin" Sarang menyela perkataan Gahyeon.

Sarang berbalik menghadap meja belajarnya.

"Dia mulai menulis sejak kelas satu SMA, buku pertamanya terbit tidak lama setelah dia masuk universitas. Sebentar lagi dia akan menerbitkan buku terbarunya"

"Kau.... Tahu??" 

Gahyeon berjalan mendekati Sarang. Tapi saat dia mendekat, gadis itu menolak melihatnya.

"Aku diberi waktu yang cukup untuk mengetahui dia secara garis besar seperti itu. Aku yakin orang lain yang merupakan penggemarnya juga tahu soal ini" Sarang diam-diam tersenyum kecil.


  Sarang berbalik dengan cepat. Dia berhadapan dengan wajah Gahyeon. Dia memajukan wajahnya. Sarang berhenti dan menatap Gahyeon dengan jarak yang sangat dekat. Dengan kedua tangannya dia menahan wanita di hadapannya agar tidak bisa melangkah mundur. 

  Sarang menarik nafas perlahan. Lee Gahyeon, entah apa yang akan terjadi pada wanita ini. Bisa saja, dia adalah titik akhir seorang Sarang. Atau justru, dia hanya sekedar check point untuknya. Gahyeon bisa ada di sisinya untuk selamanya, mungkin juga, akan pergi dalam sekejap. 


"Eonni....." Nada suara Sarang lebih rendah dari biasanya.

"Aku bukanlah anak baik..... Aku ini sangat jahat. Bisakah kau bayangkan, gadis yang kau bilang imut ini, sudah berapa kali bermain-main dengan wanita yang lebih dewasa?"

"Apa maksudmu??"

Gadis itu menundukkan wajahnya. Dengan gerakan cepat dia menghimpit Gahyeon ke dinding. Menghilangkan ruang gerak wanita itu. Gahyeon terkejut bahkan sempat berteriak. Dia menatap Sarang, dia terlihat takut.

"S-sarang-a.... Apa yang kau lakukan...?!" Wajahnya berpaling menghindari wajah Sarang yang semakin dekat.

"Aku..... Lelah mengatakan ini. Aku bahkan mengatakan pada diriku sendiri, aku tidak akan mengatakan ini lagi, pada siapa pun...." Gahyeon bungkam, masih memalingkan wajahnya.

"Aku mencintaimu..... Jadilah yang terakhir untukku"

^_^

"A-apa....??" 

"Aku tahu kau mendengarnya......"

Gahyeon terdiam. Dia memang mendengarnya dengan jelas. Hanya, dia tidak tahu bagaimana membalasnya.

"K-kau yakin....?" Gahyeon mulai membalas.

"Yakin soal apa?"

"Yakin.... Kalau kau mencintaiku"

Warm youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang