[45] Hug me, please

62 14 23
                                    

  Gahyeon berbaring telungkup di tempat tidur. Dia merasa kesal karena terus menerus kalah karena masalah keuangan saat bermain. Sarang dengan santai dan tenang, juga sabar melayani ego Gahyeon yang ingin menang bagaimana pun caranya. Tapi selalu saja berakhir dengan Sarang memenangkan permainan. 

  Gadis itu sudah mencoba menghambur-hamburkan uangnya, mengikuti taktik dan permintaan Gahyeon, bahkan sampai memberikan uangnya pada Gahyeon. Sarang menggeleng pelan melihat Gahyeon menghentakkan kedua kakinya melampiaskan rasa kesalnya. Dia menyimpan mainannya dengan rapi dan masuk ke kamar mandi untuk menyikat gigi juga mencuci wajahnya.


"Kau tidak punya permainan lain ya? Aku tidak mau main monopoli lagi!"

"Mainan lain?? Ya.... Aku ada mobil-mobilan, puzzle, lego, balok uno dan kartu uno, dan..... Beberapa perlengkapan menggambar??" Sarang mecoba mengingat.

"Terserah apa pun asal bukan monopoli! Aku benci papan terkutuk itu!" Gahyeon menggembungkan kedua pipinya. 

"Baiklah baiklah, aku tidak akan mengajak eonni main itu lagi"

Gahyeon mencoba melihat Sarang. Dari gerakan gadis itu dia tahu jika Sarang berniat tidur di luar. Atau di tempat lain, intinya bukan di tempat tidurnya.

"Kau ingin tidur dimana??" Tanya Gahyeon.

"Eum?? Di sofa"

"Kenapa tidak disini??" Gahyeon menepuk bagian tempat tidur yang kosong.

"Tidurku berantakan..... Maksudku, aku berputar-putar, menendang, menghimpit, serakah, mau menang sendiri, juga..... Aku memasang kurang lebih total tujuh alarm mulai dari pukul setengah tiga pagi sampai pukul tujuh lewat sepuluh, pagi"

"Untuk apa semua itu??"

"Eum..... Itu....."


  Sarang tidak tahu bagaimana harus menjelaskannya. Dia tidak bisa memberitahukan hal itu pada Gahyeon. Jadi Sarang berusaha berkelit dan mengatakan hal lain yang ada dalam pikirannya. Wanita itu berdiri dan berjalan mendekati Sarang. Dia mengambil selimut di tangan Sarang dan memakainya menutupi kepalanya. Gahyeon menarik tangan Sarang dan memaksa Sarang berguling di tempat tidur. 

  Dia mengambil tempat di sebelah Sarang. Jangan tanya bagaimana perasaan Sarang saat ini. Gugup, senang, malu, dan canggung. Dia memberi jarak antara tubuh mereka sebisa mungkin jangan sampai berdekatan. Tapi Gahyeon justru menariknya mendekat dan menjadikan Sarang objek untuk dia peluk.


"Eon-eonni..... Kau tidak apa-apa??"

"Aku baik"

"Lalu?? Kenapa kau.... Memelukku??"

"Tidak boleh?? Tidak suka??"

"B-bukan begitu....."

"Kau canggung? Aku juga begitu. Tapi aku yakin jika aku memelukmu aku akan bisa tidur dengan begitu nyenyak"

"Aku malah takut kau mimpi buruk karena memelukku....."

"Kau tidak ingin balas memelukku?"

"Boleh??"

"Silahkan saja"


  Sarang dengan begitu ragu menggerakkan tubuhnya. Setelah merubah posisinya menjadi menghadap Gahyeon, dia terdiam. Mata mereka bertemu dan tidak ada satu pun dari mereka yang ingin menghentikan kontak mata tersebut. Telapak tangan hangat Sarang bergerak secara spontan untuk meraih tangan Gahyeon. 

Warm youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang