[33] After the rain

61 16 13
                                    

"Kenapa kau menangis Gahyeon-ssi? Apa aku.... Melakukan kesalahan?" Sarang mengusap air mata Gahyeon dengan tangannya yang basah.

"Apa aku melakukan kesalahan, karena menghilang begitu lama, membuatmu rindu, dan tidak menemuimu?" Sarang mengulas senyum kecil, berharap Gahyeon segera berhenti menangis.


  Gahyeon tidak bisa membuat keputusan. Dan ini bukanlah keputusan yang bisa ditunda. Malam ini, dia harus putuskan malam ini, saat ini juga. Sarang ada disini, dia hanya perlu memilih satu dari dua pilihan yang ada. Bertahan dengan Sarang, mendampinginya, mencintainya, dan berusaha menjaganya. 

  Dengan resiko, dia mengulangi kesalahan yang sama. Lepaskan Sarang, tinggalkan dia, lupakan perasaan untuknya, dan berusaha tidak peduli lagi. Dengan resiko, dia menyakiti dirinya sendiri dan juga Sarang. Akankah hujan ini membawa kebahagiaan atau kesedihan?


"Aku...... Harus memilih yang mana?" Gahyeon berkata dengan lirih.

Sarang yang tidak mengerti hanya terdiam. Menunggu Gahyeon bicara lebih lanjut.

"Aku tidak mau melepaskanmu...... Tapi aku takut tidak bisa ada untukmu....."

Gahyeon memeluk Sarang perlahan, dia memeluk gadis itu begitu erat.

"Aku ingin bertahan...... Tapi aku takut aku gagal..... Aku takut melakukan kesalahan yang sama...."


  Gahyeon sama sekali tidak tahu. Gahyeon tidak peduli tubuh Sarang yang basah karena air hujan, karena dia bisa merasakan kehangatan Sarang. Bagaimana caranya melepaskan gadis ini? Kenapa begitu berat? Padahal mereka hanyalah orang asing, mereka baru bertemu untuk waktu yang sebentar. Padahal jelas-jelas gadis itu tidak mau bersama dengannya, dia terpaksa. 

  Bahkan jika dia tidak keras kepala dan mengalah dengan keinginannya, dia sudah lama meninggalkan Sarang. Dia hanya ingin berteman, hanya itu. Namun sejak kapan, sejak kapan perasaan ini tumbuh? Sejak kapan pandangannya terhadap Sarang berubah? Setiap saat kepalanya dipenuhi oleh Sarang. Mungkinkah, dia juga jatuh cinta dengan gadis ini, dari bola mata coklatnya yang hangat?

  Dia awalnya sama sekali tidak berniat melakukannya. Dia tidak ingin menemui Gahyeon lagi. Tapi hati dan otaknya bertentangan. Dan membuatnya berakhir duduk menghadap pintu depan rumahnya dengan pakaian rapi. Dia dengan sangat jelas mendengar suara hujan yang turun dengan derasnya dan itu membuat keinginannya bertambah kuat. 

  Dia memilih mempercayai hatinya dan mulai berlari di bawah hujan, mencari keberadaan wanita yang sempat dia tinggalkan selama satu bulan ini. Tidak ingat dengan kondisinya, tidak juga dengan cuaca yang buruk, apalagi tatapan orang-orang asing di sepanjang jalan, dia hanya ingat tempat-tempat dimana Gahyeon seharusnya berada. Sungguh, dia benar-benar melakukannya.


Seorang wanita dan seorang gadis,

.

.

Mereka yang tidak bisa memutuskan untuk bersama atau saling melupakan

.

.

Mereka yang sama-sama dihadapkan dengan kenyataan pahit tentang bayangan hubungan mereka kedepannya

.

Warm youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang