[49] One moment before

52 15 6
                                    

  Handong luar biasa terkejut ketika Sarang memeluknya. Gadis itu datang lebih dulu darinya. Awalnya Handong ragu untuk muncul, tapi dia tidak boleh mundur. Belum tentu lain kesempatan Sarang mau bertemu dengannya. 

  Sarang menyadari kedatangan Handong, dia berlari kecil mendekati Handong. Tidak dia sangka Sarang akan balik menyapanya. Bahkan sampai memeluknya. Sepertinya suasana hati gadis itu sedang sangat baik, dia begitu bahagia. Tolong maafkan dia yang akan menghancurkannya.


"Kau tidak keberatan bertemu denganku?" 

"Eum..... Tidak, aku hanya.... Tidak tahu kenapa eonni ingin menemuiku"

"Dia memanggilku eonni....." Batin Handong.

Wanita itu tersenyum dan menatap Sarang lembut. 

"Terima kasih......"

"Ne..."

"Jadi kau ingin minum apa? Latte? Cappucino?"

"Eum.... Cappucino saja"

"Tunggu sebentar"


  Handong berdiri dalam antrian dengan perasaan takut. Dia tidak bisa tenang. Ini sudah kesekian kalinya dia ragu dan takut. Dia dengan sengaja mengulur-ngulur waktu untuk bicara. Dirinya tidak siap, benar-benar tidak siap untuk bicara terus terang. Handong takut gadis itu akan berlari pergi seperti terakhir kali. 

  Juga mengingat sebentar lagi gadis itu akan merayakan ulang tahunnya, dia menjadi tidak tega. Handong tidak sadar sudah gilirannya memesan. Dia berusaha tenang tapi dalam sedetik saja dia kembali takut.


"Ini kopimu Sarang-a"

"Terima kasih eonni"

Handong duduk dengan tubuh sedikit gemetar. Dia menatap Sarang yang tengah meniup-niup permukaan kopinya yang panas. Setelah beberapa saat akhirnya dia minum dan tersenyum senang.

"Ada.... Sesuatu yang harus aku beritahu padamu"

Gadis itu mengalihkan perhatiannya kepada Handong. Matanya yang hangat menembus pertahanan Handong.

"Tidak..... Aku tidak bisa.... Aku tidak tega harus menghancurkan suasana hatinya..."

"Kau ingin memberitahuku apa eonni?"

"Itu...... Eum.... Ini soal.... Hubungan kita dulu"

Sarang tiba-tiba saja merubah raut wajahnya. Membuat wanita itu semakin gugup untuk bicara.

"Alasan kenapa dulu... Aku meninggalkanmu. Itu karena, aku tidak punya pilihan lain...."

"Appa eonni mengancam apa?"

"Eoh??" Handong menatap Sarang dengan tatapan terkejut.

"Kau diancam apa?"

"Kau.... Bagaimana kau tahu?"

"Ya.... Aku hanya merasa, tidak, aku percaya kau orang yang tidak mudah terpengaruh perkataan orang lain. Kau tidak semudah itu untuk dihasut. Aku sempat memikirkan lagi alasanmu meninggalkanku, dan itu terlalu sinkron dengan apa yang terjadi sebelumnya"

"Kau tahu aku diancam?"

"Aku hanya mengira-ngira. Lagipula belakangan ini banyak sekali drama yang mengisahkan hal yang mirip seperti waktu itu. Jadi aku berpikir mungkin itu bisa saja jadi alasannya"

Lagi-lagi Handong dibuat takjub dengan Sarang. Bagaimana bisa anak itu menalar sesuatu dengan begitu cepat?

"Jadi.... Benar kau diancam?"

Warm youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang