[28] Bunch of questions

87 23 40
                                    

  Kelopak matanya terbuka perlahan. Manik coklatnya mulai mencoba fokus, menyesuaikan dengan keadaan. Sarang sedikit menggeliat di tempat tidurnya, merasa nyaman dengan tempat tidurnya. Dia tersenyum kecil ketika mengingat apa yang terjadi semalam. Sarang sebenarnya berat mengakuinya, tapi jujur, setelah berbicara sebentar dengan Gahyeon membuatnya merasa lebih baik. 

  Mungkin tidak ada salahnya dia sedikit membuka diri kepada Gahyeon, dia juga ingin memiliki seseorang yang bisa dipercaya sebagai tempat bercerita. Masalahnya, Sarang takut jika dia pada suatu saat melangkah lebih jauh daripada itu. Bisakah dia berhubungan dengan Gahyeon tanpa pernah jatuh hati pada wanita itu?

  Gahyeon tidak bisa menahan senyumnya. Dia begitu bahagia sampai ingin berteriak, tidak lebih baik dia diam saja. Kalau dia berteriak sekarang akan banyak korban telinga yang berjatuhan. Mereka memang hanya berbicara sebentar, entahlah Gahyeon sendiri juga tidak ingat durasi pastinya, hanya sebentar tapi membuat dia sangat bahagia. 

  Dia bahkan menghabiskan satu mangkuk permen di nakasnya sebelum tidur karena terlalu bahagia. Bahkan dia merasa permen-permen tersebut kurang manis jika dibandingkan dengan suara tawa Sarang. Kira-kira jika dia berhasil membuat Sarang tertawa sampai sakit perut, berapa banyak permen yang dia bisa habiskan?

  Sudah sangat jelas bukan sekarang Sarang dimana? Kalau kalian tidak tahu, Sarang tidak akan mengingatkan kembali kalau dia ada di ruang VVIP-nya. Ayolah! Ini membosankan! Dia lagi-lagi tertahan disini dan tebaklah, kursinya pasti hilang. Ingatkan dia untuk membawa keluar kursi yang dia duduki sekarang, pengganti kursinya yang hilang ditelan monster bernama 'teman sekelas'. 

  Ada yang mau protes? Silahkan protes jika protes kalian bisa mengembalikan kursinya. Kepalanya sudah berkedut karena pusing, jangan pikirkan kepala yang lain, kalau kalian mengerti. Gurunya terus menceramahinya? Tidak mereka saling diam. Tasnya dibuka paksa? Tidak tasnya aman di punggungnya.

"Kau boleh ke kelasmu" Ucapnya setelah bel masuk berbunyi.

"Ne gamsahabnida" Ucap Sarang memotong, nyaris, ucapan gurunya.

  Gahyeon tidak peduli apa yang teman gilanya itu bicarakan, dia sibuk dengan ponselnya. Pria itu mendengus kesal karena wanita yang dia cintai tidak juga kunjung memperhatikannya. Tentu saja Hyeongjin penasaran dengan isi ponsel Gahyeon, pasti sangat menarik. 

  Ayolah, dia mulai lelah menarik perhatian Gahyeon, apalagi usahanya tidak membuahkan hasil. Sebuah ide terbesit di kepalanya. Dengan satu gerakan cepat Hyeongjin menarik ponsel Gahyeon saat pemiliknya sedang sibuk tertawa. Pria itu mendekatkan wajahnya ke wajah Gahyeon yang otomatis menoleh ke arahnya. 


PLAAAKKKK!!!

Gahyeon menjerit cukup keras sembari menampar Hyeongjin.

PLEEETAAAKKK!!

Chaerim memukul punggung Hyeongjin dengan cukup keras.

"Lo mau ngapain?!!" Gahyeon dengan segera merebut kembali ponselnya.

Apa sang pelaku bisa bicara? Tentu saja tidak.

"Lo gak merhatiin gue sih.... Gue jadi kesel ya gue tarik hp lo..." Hyeongjin berusaha duduk dengan benar.

"Kesel ya kesel! Tapi lo hampir nyium gue" Gahyeon menutup mulutnya dan menatap Hyeongjin kesal.

"Kecium juga karena gak sengaja juga kok" Hyeongjin meregangkan sedikit punggungnya.

"Gak mau! Gue gak mau sampe kecium sama lo! Gak rela second kiss gue lo yang ambil!"

"Emang yang pertama sama siapa?" Itu Chaerim yang bertanya.

Warm youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang