[3] Teror mimpi

16 2 10
                                    

~Selamat Membaca~
🔹🐈🔹

Kini, Lia kembali dengan mimpinya yang aneh ini. Dia tetap berada di rumah tua tempat ia tinggal dulu. Akan tetapi, ada yang berbeda. Hawa disini semakin lama semakin dingin, ditambah suasana rumahnya semakin gelap.

Lia berjalan perlahan memasuki rumah. Ketika Lia sedang membuka pintu rumah, tiba-tiba tercium aroma melati pekat memasuki hidungnya. Saat itu, Lia merasakan bulu kuduknya berdiri, rasa takutnya pun langsung menjalar.

"Aroma bunga melati? Perasaan, kemarin aku disini gak ada aroma apa-apa," batin Lia bingung.

Sebenarnya, Lia tau tentang isu yang beredar tentang aroma bunga melati ini. Aroma bunga melati sering dikaitkan dengan hal-hal mistis, dan membangkitkan rasa takut akan makhluk tak kasat mata.
Lia berusaha untuk berpikir positif, tapi pikirannya tak bisa. Tangannya bergemetar, dan seluruh tubuhnya kaku. Ia takut, tapi ia harus memberanikan diri.

Langkah pertama ketika Lia memasuki rumah pun terhenti. Seluruh tubuhnya bergetar hebat, jantungnya berdebar-debar, wajahnya kaku tak berekspresi. Apa yang ia lihat sekarang? Sampai-sampai Lia tak sanggup untuk melakukan apa-apa.

"Ka-ka-kamu si-siapa?" tanya Lia gelagapan. Mulutnya kaku untuk berucap, sedangkan kepalanya tak terangkat untuk melihat apa yang ada di depannya.

Lia tak mendengar jawaban apapun darinya. Perlahan, ia mengangkat kepalanya. Tak ada satupun orang yang berada di depannya kini. Sungguh, ia tadi melihat seorang perempuan berambut panjang dengan poni yang menutup setengah wajahnya. Berpakaian lusuh dilumuri darah, dan ada yang paling membuat Lia terkejut. Ia melayang.

🔹🐈🔹

Pagi ini, Lia terlihat sangat lesu. Wajahnya pucat, tubuhnya lemas, tak sanggup rasanya untuk berangkat sekolah. Tapi, niat itu semua ia urungkan. Lia tak ingin terus menerus tidur dan bertemu di alam mimpinya lagi. Mamanya sudah menyuruhnya untuk beristirahat di rumah, tapi Lia lebih memilih berangkat sekolah.

"Hai ... selamat pagi, Lia!" pekik Zahra di depan muka Lia.

"Hm, pagi juga," jawab Lia lesu.

"Kamu sakit, Lia? Kok lesu banget keliatannya?" tanya Zahra, kemudian menempelkan telapak tangannya di dahi Lia.

"Ya ampun, Lia! Dahi kamu panas banget! Kamu kenapa sekolah, sih?!" Zahra berceloteh.

"Hm, biasa aja kok. Aku gak sakit, tenang aja" jawab Lia memutar bola matanya malas.

Sungguh, Lia malas sekali mendengar celotehan Zahra ini. Ia sangat cerewet jika sudah begini. Lia tau, Zahra khawatir dengannya, tapi suara Zahra yang melengking di telinga Lia, mungkin membuatnya tambah sakit.

"Gak! Pokoknya kamu harus ke UKS! Aku anterin, yuk!" perintah Zahra dengan raut wajah khawatirnya.

"Gak usah, Ra. Aku beneran gapapa, kok," Lia berusaha meyakinkan Zahra.

"Ish, yaudahlah. Tapi, kalau kamu gak kuat, bilang aja sama aku. Oke," ungkap Zahra mengajungkan jempolnya.

"Iya iya," jawab Lia malas.

Tak lama setelah itu, Venus masuk kelas dan menduduki bangkunya. Venus melihat Lia yang sedang menelungkupkan wajahnya di atas meja.

Venus teringat kata-kata Sisi. Ya benar, ia harus mencoba untuk berkomunikasi dengan Lia. Mana tau, Lia membutuhkan bantuannya.

"Lia ..." panggil Venus hati-hati.

Lia yang merasa dipanggil pun mengangkat kepalanya dan menatap Venus.

"Hm, ya. Ada apa? Tumben manggil," jawab Lia heran.

"Ka-kamu kenapa?" tanya Venus gelagapan.

"Maksudnya? Aku gapapa kok," jawab Lia seadanya.

"Kamu ada masalah?" tanya Venus lagi.

"Gak ada, Venus. Cuma pusing sedikit aja, gak ada masalah," jawab Lia.

Venus mengangguk dan kembali ke tempat semula. Ia masih heran, aura itu masih menempel dengan Lia. Setelah berbicara dengan Lia, Venus juga susah untuk mengetahui apa yang terjadi dengan Lia. Ini membuatnya semakin penasaran.

Kini, Lia berada di toilet sekolah. Ia tadinya izin untuk buang air kecil. Nyatanya, ia hanya ingin mengasingkan diri. Pikirannya kacau, kepalanya juga pusing. Ia menatap bayangan dirinya di pantulan kaca toilet. Wajahnya pucat, rambutnya juga sedikit berantakan. Tiba-tiba, ia teringat kejadian mimpinya malam itu.

Flashback on~~

Lia berjalan memasuki rumah. Setelah mengalami kejadian itu, Lia lebih sedikit berhati-hati ketika berada di rumah itu. Ia selalu memandang was-was, seperti ada yang mengikutinya. Sebelumnya, Lia tak pernah mengalami kejadian seperti ini, apalagi melihat hantu. Membayangkannya saja Lia tak mau.

"Lia ..."

Lia pun menoleh ke belakang. Tak ada satupun orang yang memanggilnya. Ia kesal, sudah berapa kali ia dikerjai seperti ini. Meskipun, rasa takut masih saja menyelimutinya. Ia menyalangkan mata, ketika pandangannya menangkap sebuah kotak yang pernah ia jumpai sebelumnya. Sekarang, kotak ini berada di depan pintu kamar. Kamar itu adalah kamar yang membuatnya bingung pada saat itu.

Lia perlahan membuka kotak tersebut, dengan perasaan yang campur aduk. Lagi-lagi, yang akan dia lakukan itu terhenti ketika merasa ada satu tangan meraih bahunya. Lia terkejut, sampai-sampai kotak itu terlempar dari tangan Lia.

"Lia ..." ia memanggil lagi.

Lia langsung membalikkan tubuhnya.

"Aaaaaa ..." teriak Lia.

Lia kembali terkejut melihat yang ada di hadapannya. Ia adalah seorang perempuan yang Lia lihat awal masuk tadi.

"Ka-kamu si-siapa?" tanya Lia ragu-ragu, kemudian perlahan memundurkan langkahnya lagi.

"Hahaha. Kamu takut dengan ku? Bukannya kamu yang membuatku seperti ini?!"

Lia mematung mendengarnya. Suaranya yang lantang membuat keberanian Lia menciut seketika. Lia tak mengerti maksud perempuan ini.

"Maksud kamu, apa? Aku tak mengerti," tanya Lia menautkan kedua alisnya.

Bukannya menjawab, perempuan ini mengeluarkan pisau dari balik tubuhnya. Ia menyodorkan pisau itu ke tubuh Lia. Dengan sigap, Lia langsung menghindar, kemudian berlari keluar dari rumah itu. Akan tetapi, langkahnya terhenti melihat perempuan itu sudah berada di pintu depan.

"Kamu gak akan bisa lari dariku. Kamu yang sudah menyebabkanku mati! Dan kamu harus mati di tanganku juga, Lia!" pekiknya diselingi tawa jahat.

"Aaaaaa ... Tolong!" Lia berteriak sekuat mungkin, dan menjatuhkan tubuhnya yang lemah ke lantai.

🔹🐈🔹

Halo semuanya ...
Hehe, maap baru update.
Maap ya, kalau ceritanya biasa aja.

Makasih yang udah baca:))
Kasih vote dan komennya, ya terimakasi^.^

Dream PuzzleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang