[8] Sosok itu

5 2 0
                                    

~Selamat Membaca~
🔹🐈🔹

Lia kembali di sebuah kamar yang menjadi misteri baginya. Dimulai dari nama seseorang yang ada di kamar tersebut.

Azaria ... Aku seperti mengenal nama ini, tapi ... Entahlah

Lia memandang ke luar jendela. Langit gelap, suasananya sunyi, sepi dan dingin.

Aku bingung harus berbuat apa disini. Aku harus mencari tahu sesuatu, tapi bagaimana caranya?

Lia tampak sedang berpikir keras, tiba-tiba terlintas di kepalanya akan suatu hal.

Satu-satunya cara yang dapat aku lakukan sendiri, adalah berkomunikasi dengan sosok tersebut. Apa?! Yang benar saja!

Meskipun Lia tampak berani saat ini, dalam lubuk hatinya yang terdalam ia masih saja merasa was-was. Ia sejak tadi melirik kesana kemari untuk memastikan dirinya aman dari sosok menyeramkan itu.

Oke, tenangin diri dulu Lia. Kamu harus berani! Kalau kamu takut, hantunya akan semakin senang.

Lia mencoba menormalkan detak jantungnya. Perlahan tapi pasti. Lia bangkit dari duduknya dan melangkah keluar kamar.

Tepat di depan pintu, langkah Lia terhenti.

"Hiks ... Hiks ... Hiks ..." Lia mendengar suara tangisan dari arahnya tadi.

Tanpa pikir panjang, Lia membalikkan tubuhnya ke belakang.

Suara tangisannya berasal dari kamar itu. Kamar yang sangat misterius bagi Lia. Bagaimana mungkin ada suara tangisan seseorang dari sana? Padahal Lia baru saja keluar dari kamar itu.

Mata Lia menangkap seorang gadis yang tengah duduk memeluk kedua lututnya. Gadis itu duduk di pojok kamar. Dengan posisi duduk yang membelakangi Lia, membuat Lia tak dapat melihat wajahnya.

Lia sebenarnya takut. Mendengar suara tangisannya saja dapat membuatnya merinding. Dengan langkah hati-hati, Lia berjalan menuju gadis yang masih saja menangis itu.

Lia mencoba mengatur napasnya untuk tenang. Sepertinya ia sangat ketakutan.

"KENAPA?! KENAPA NASIBKU SEPERTI INI?!!! APA SALAHKU?!"

Lia yang hampir meraih tubuh gadis itu pun, tersontak kaget. Dia tiba-tiba saja berteriak di sela tangisnya.

"APA SALAHKU?!!! KENAPA?!'

Tentu saja, ia masih dengan tangisannya yang membanjir. Suaranya terdengar sangat lemah dan serak.

Sedangkan Lia hanya tertegun melihat sosok di depannya berbicara sendiri dengan lagat tubuh yang sangat murka.

Keringat mulai mencucuri kepala Lia. Ia sangat gugup dan bingung.

Apa yang harus ku lakukan?

"Hiks ... Hiks ... Mengapa tak ada yang menyayangiku? Apa salahku? Hiks ... Aku lelah ..." Suaranya mulai lirih dan pelan.

Lia juga mencerna setiap kata dan kalimat yang di ucapkan gadis itu. 

Ada apa dengannya? Sepertinya, dia sangat tersiksa. Tapi, siapa dia? Bagaimana dia ada disini?

Lia hanya berkutat sendiri dengan pikirannya. Setelah mendengar penuturan dari gadis tersebut, Lia yang tadinya ingin berkomunikasi dengan gadis tersebut pun mengurungkan niatnya.

Rasanya, aku tak perlu mencampuri urusan orang lain, terlebih lagi orang yang tak ku kenal.

Lia perlahan menggerakkan kakinya mundur menjauh dari gadis tersebut.
Tiba di ujung pintu, Lia langsung mempercepat langkahnya meninggalkan kamar tersebut.

Lia sedang berada di ruang tengah. Ia duduk di atas sofa yang kusam dan tua sembari memperhatikan sekitarnya. Sama saja, suasana di rumah ini tak pernah berubah. Gelap, sunyi, dan dingin.

Mengapa mimpi ini lama sekali? Aku sudah muak berada di sini. Aku ingin pulang ... 

🔹🐈🔹

Lia menerjapkan matanya berkali-kali. Ia tak mempercayai apa yang ia lihat.

Ia melihat kedua orangtuanya yang tengah duduk dengan seorang anak kecil di meja makan.

Tunggu! Hah?! Itu kan aku waktu kecil ...

Ya. Lia melihat kedua orangtuanya duduk dengan Lia yang masih kecil saat itu.

Lia memperhatikan mereka dengan intens. Ia kembali mengingat akan masa lalunya. Jika diingat, kehidupan masa lalunya mungkin lebih menyenangkan dari saat ini.

Tapi, bagaimana mungkin ini terjadi? Atau kah ini gambaran masa lalu Lia?

"Lia, kamu harus makan ya. Kalau gak, nanti kamu sakit. Kalau kamu sakit, kami sedih lho, Sayang."

"Tapi, Ma. Aku gak laper. Nanti aja ya," ujar Lia.

"Sedikit aja, Sayang. Perut kamu perlu diisi. Kamu belum makan dari pagi tadi, lho." Mama masih saja membujuk Lia.

"Dikit aja ya, Ma. Yaudah aku makan,"

Suasana keluarga bahagia terpancar dari senyuman. Lia sangat bahagia. Bahagia mempunyai keluarga yang sangat perhatian kepadanya, meskipun Lia adalah anak yang sering kali terkena penyakit.

Di umur yang masih kecil ini, Lia sering kali diberi penyakit. Penyakit yang dialaminya memang tidaklah berat. Sewaktu kecil, penyakit demamnya tak kunjung turun. Kejadian ini pernah beberapa kali terjadi. Demamnya sangat tinggi membuat kedua orangtuanya sangat mengkhawatirkannya.

Seiring berjalannya waktu, Lia sudah sangat membaik dan bisa beraktifitas seperti anak-anak lainnya. Berkat Tuhan, dan kedua orangtuanya. Semenjak itu, orangtuanya tampak sekali sangat menyayangi Lia. Mereka sabar dalam merawat Lia, serta selalu meluangkan waktu untuk menemani putri kecilnya.

Lia masih memandangi aktifitas mereka. Lia kecil itu tampak sedang menghabiskan makanan bersama kedua orangtuanya.

Terdengar langkah kaki dari arah tangga. Seseorang sedang menuruni tangga dengan langkah yang pelan. Meskipun pelan, Lia tetap bisa mendengarnya dengan jelas.

"APA?!"  Lia memekik tak percaya.

Ia melihat seseorang yang mirip sekali dengan sosok yang beberapa kali menerornya itu.

Teriakan Lia tadi cukup keras. Tapi, mereka semua yang ada di hadapan Lia seperti tidak merespon keberadaan Lia. Mereka tetap sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Lia kecil yang sibuk makan bersama orangtuanya. Dan ... Seseorang itu yang masih berdiri di ujung tangga.

Anehnya, ia hanya berdiri sambil sedikit menundukkan kepalanya. Dalam hati, Lia bertanya-tanya.

Mengapa mereka tidak merespon ku? Apa mereka tidak melihatku?

Lia ingin memastikan jawaban dari pertanyaannya. Kemudian, ia mencoba berteriak sekali lagi.

"Halo! Dengar aku??!" pekik Lia.

Namun, tetap saja. Mereka hanya sibuk dengan kegiatan masing-masing.

"Ma, aku mau makan ..." lirihnya.

Seseorang berambut panjang se bahu itu pun mengeluarkan suaranya tetap dengan keadaan menunduk.

Lia masih menonton adegan itu dan mencerna kata demi kata yang diucapkan. 

"Hiks ... Hiks ... Mama, Papa ..." lirihnya lagi.

🔹🐈🔹

°°










Dream PuzzleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang