[6] Masa lalu

12 3 1
                                    

~Selamat membaca~
🔹🐈🔹

Lia berada di ruangan yang penuh dengan aroma yang tidak meng-enakkan. Ia memandang wajah Tantenya itu. Penuh luka, pucat dan tentu saja tubuhnya belum bergerak.

Morry mengalami kecelakaan tadi malam—tepatnya tengah malam— sedangkan warga menemukannya pagi tadi. Penyebab kecelakaan ini, belum diketahui pasti. Menurut dugaan, Morry seperti kehilangan kendali setirnya dan menyebabkan ia menabrak pohon.

"Tante ... kenapa si? Kok bisa kecelakaan gini?" tanya Lia memandangi wajah Tantenya itu.

Lia menghempaskan napasnya kasar, ia bingung harus bagaimana. Apakah anak kecil sepertinya bisa menjaga Tantenya disini? Lia ingin sekali mengabari Mamanya, tapi ia tak mau mengganggu pekerjaannya.

Selang beberapa menit Lia ditemani oleh kesunyian, mata indah Tantenya itupun belum membuka.

🔹🐈🔹

Morry berada di sekolah miliknya untuk mengambil beberapa berkas yang sangat diperlukannya. Ia terpaksa meninggalkan Lia sendiri di rumahnya. Hanya suasana gelap gulita yang menemaninya dan hawa dingin yang menyelimutinya.

Morry berjalan setengah berlari menelusuri lorong sekolah menuju ke kantornya. Lorong sekolah yang begitu panjang, gelap, dan sepi itu seketika membuat Morry merinding. Ia kembali mempercepat langkahnya tak mempedulikan pikiran negatif yang memasukinya.

Ssett. Langkah Morry terhenti melihat apa yang ada di depannya. Sekujur tubuhnya kaku dan bergetar. Perasaan takut menjalar langsung di tubuhnya. Bagaikan tersambar petir, sosok yang ada di depannya ini membuat Morry kembali mengingat kesalahan masa lalunya.

Morry masih saja terpatung di tempat. Pandangannya masih belum teralihkan. Sosok berambut panjang kusut, berwajah pucat, disertai pakaian berlumuran darah. Sosok tersebut menatap Morry datar, dengan tatapan penuh dendam.

Sosok itu perlahan berjalan menuju Morry yang terpatung di tempat. Dengan tatapan yang tak lepas, seakan menghipnotis Morry untuk tidak bergerak.

"HAHAHA ... Apa kabar? Ingat kah kau dengan ku?" ujarnya menyunggingkan senyumnya.

Morry langsung mengalihkan kontak mata dengan sosok tersebut.

"A-apa maksudmu?! Kenapa kamu ada disini?! Kau sudah mati!" tegas Morry memberanikan dirinya.

"Bukankan KAU yang membuatku seperti ini?!" ujarnya dengan penuh penekanan.

Kini, sosok tersebut sudah berada tepat di hadapan Morry. Senyum miringnya yang terus mengukir, membuat tampangnya semakin seram.

Morry sudah berusaha untuk melarikan diri, tapi tetap saja tubuhnya tak dapat digerakkan.

"Kini, giliranmu merasakan apa yang kurasa!" pekiknya sembari mengeluarkan pisau dari balik tubuhnya.

"JANGAN! TOLONG AKU!"

Entah keajaiban apa, Morry bisa bergerak dan melarikan diri menjauh dari sosok tersebut. Ia berlari keluar dari sekolah dan memasuki mobilnya. Dengan napas ter-engah-engah, Morry melajukan mobilnya. Ia masih tak percaya dengan semua ini.

Bagaimana mungkin dia ada disini? Dia sudah meninggal!

Morry melajukan mobilnya dengan kecepatan yang tak normal. Tentu saja, ia tak sepenuhnya fokus menyetir. Napasnya masih tak dapat ia kontrol, kemudian ia menelan ludahnya sendiri. Perasaan bersalahnya timbul begitu saja. Setelah bertahun-tahun perasaan itu tak ada, hingga ia tiba dihadapannya.

Di tengah perjalanan, Morry menatap sepanjang jalan yang sunyi dan gelap. Dengan pencahayaan yang redup, ia hanya dapat melihat satu titik cahaya saja. Tepat ketika ia melihatnya, ia kembali meneguk keras ludahnya. Sosok itu kembali ada dihadapannya. Dengan kecepatan mobilnya itu, Morry dengan spontan membelokkan setirnya ke sembarang arah. Ia tak dapat mengontrolnya, sehingga Morry dinyatakan mengalami kecelakaan.

🔹🐈🔹

"AAA! Tolong aku!!!"

"Hah? Tante, kenapa?" tanya Lia khawatir.

"Huh ... Huh ... Tolong, ampuni aku ..." lirih Morry dengan keadaan mata yang masih tertutup. Cairan bening membasahi pipinya dengan raut wajahnya yang ketakutan.

Lia langsung memanggil dokter untuk memeriksa Tantenya itu. Lia menunggu hasil pemeriksaan di luar ruangan sambil menggigit jari-jarinya.

Dokter pun keluar, Lia langsung menghampirinya.

"Dok, ada apa dengan Tante saya? Dia gak apa-apa kan, Dok?"

"Pasien sudah sadar, keadaannya sudah mulai membaik. Tapi, sepertinya dia masih kaget dengan kejadian itu." sahut Dokter itu kemudian pamit meninggalkan Lia.

"Tante ... Tante udah gapapa 'kan?" tanya Lia yang duduk di brankar ranjang Rumah Sakit. Ia memijit lengan Tantenya itu yang terpasang selang cairan infus.

Lia memandangi wajah Tantenya. Ia hanya menatap dengan pandangan kosong ke arah dinding ruangan. Lia hanya menghempaskan napasnya kasar. Lia berpikir, mungkin Tantenya masih syok dengan kecelakaan ini, seperti yang dikatakan dokter.

Lia kembali berkutat dengan lamunannya. Tiba-tiba ia kembali mengingat kejadian mimpinya itu.

"?

🔹🐈🔹

Makasih yang udah baca^.^
Gimana chapter ini? Beri pendapat kalian di komen ya ...
Kasih vote dan komennya juga, terimakasi:))

Maaf banget kalau pendek🙏

Dream PuzzleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang