[9] Bicara serius

4 2 0
                                    

~Selamat Membaca~
🔹🐈🔹

Hari yang sangat cerah, membuat semangat berkobar-kobar. Matahari bersinar se akan-akan menyalurkan semangat kepada orang-orang di sekitarnya.

Lia bergegas untuk pergi berolahraga di sekitar rumahnya. Lia tak bersekolah hari ini, lebih tepatnya memang tidak masuk sekolah. Hari libur membuat Lia bisa menenangkan diri dan mengasingkan diri dari hal-hal lain.

Lia berniat untuk jongging di sekitar rumahnya sembari menjernihkan pikiran dan juga memandangi pemandangan di pagi hari.

Menghirup udara segar memang ampuh untuk menjernihkan dan menenangkan pikiran. Di tambah udara sejuk pagi hari membuat Lia lebih semangat dari biasanya.

Perihal mimpinya tadi malam, ia belum menemukan jawaban apa-apa. Ia belum mengetahui siapa sosok yang menerornya, siapa seseorang itu, dan Lia belum mengetahui apa sebenarnya kejadian yang ia saksikan kemarin.

Mimpi itu terhenti sampai seseorang yang mirip sekali dengan sosok itu atau yang sering dipanggil sosok menyeramkan itu berkata lirih kepada orangtuanya. Lia tak mengenal seorang gadis itu. Sekilas, Lia seperti mengenal wajahnya, tapi ingatannya masih belum memadai.

Kalian tentu tau tentang Lia yang susah sekali mengingat. Selain ia sering terkena penyakit demam yang tak kunjung turun itu, tak lama kemudian ia juga susah mengingat. Kecelakaan yang tak diinginkan itu membuatnya menjadi seseorang yang susah mengingat dan mungkin mudah sekali lupa.

Lia memang mudah sekali lupa, tapi tentang mimpi ini tak ada sedetik pun kejadian yang ia lupakan. Ia ingat sekali bagaimana ia berada di rumah tua tersebut, bertemu sosok yang menyeramkan, dan satu nama yang memang tak terlepas dari pikirannya.

Azaria Chicory Bell ...

Nama itu yang terus menghantui pikiran Lia, sampai-sampai Lia disebut menjadi orang pendiam oleh sahabatnya—Zahra—

Bisasanya, Lia pergi bersama sahabatnya untuk jongging bersama. Sebab Lia ingin menyendiri, ia tak mengajak sahabatnya Zahra itu. Lia sebenarnya enggan untuk mengasingkan diri dari semuanya dan fokus dengan mimpi itu. Dan sebab mimpi itu, Lia juga seperti sangat menjauh dari sahabat dan teman-temannya.

Lia yang dikenal dengan sikap ramah, periang, dan mudah bergaul, sekarang sudah menjadi seperti sebaliknya.

"Huh ... Huh ..." Lia menghembuskan napasnya yang ter engah-engah.

Setelah cukup lama berlari, ia memutuskan untuk beristirahat sebentar sembari meneguk air mineral yang ia bawa.

Ia meregangkan otot-ototnya yang terasa pegal. Tiba-tiba handphonenya bergetar.

Disana tertuliskan nama seseorang yang sangat berjasa yang telah merawatnya sejak kecil.

"Halo, Ma ... Ada apa, Ma?" tanya Lia.

"Lia ... Kamu ke rumah sakit, ya. Tante kamu udah boleh pulang, kamu bantuin Mama siapin barangnya, ya."

"O yaudah, Ma. Aku segera kesana, ya. Assalamualaikum,"

Singkatnya, Lia membantu Mamanya dan mengantar Morry pulang. Morry belum sepenuhnya pulih dan masih harus dirawat di rumah. Oleh karena itu, Lia berinisiatif untuk menjaga Tantenya di rumah, sedangkan Mamanya harus segera menyelesaikan pekerjaan kantornya.

Dream PuzzleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang