[5] Diikuti

13 2 2
                                    

"Lia ..."

Lia menoleh ke sumber suara, dia tak menemukan siapa yang memanggilnya. Melainkan, secarik kertas yang ia temukan.

"Aku beri kamu kesempatan untuk mengetahui semuanya. Jika kamu tak ingin mati, maka Tantemu yang akan mati! HAHAHA, tapi ingat! Kamu belum bebas dariku, lihat saja apa yang akan terjadi nanti"

🔹🐈🔹

"Lia ... Lia ..." panggil seseorang sambil mengguncangkan tubuh Lia yang tertidur.

"Aaa! Tolong!" pekik Lia bangun dari tidurnya.

"Lia, kamu kenapa?" tanyanya.

"Tante ... Tolong aku," lirih Lia menangis, kemudian memeluk Tantenya itu.

"Ada apa, Sayang?" tanya Morry sambil mengelus rambut panjang Lia.

"Lia takut, Tante ... Tante disini aja ya," pinta Lia kemudian melepaskan pelukannya.

"Iya, Sayang. Kamu tenangin diri kamu dulu ya. Makan dulu sana, kamu belum makan, 'kan?"

"Iya Tante, aku bersih-bersih dulu ya, baru makan,"

Lia pun menenangkan diri, mencoba melupakan sejenak permasalahan mimpinya itu. Ia tak ingin menampakkan masalahnya dengan orang yang ia cintai, seperti Mama dan Tantenya itu. Bukan bermaksud tidak terbuka, Lia hanya tak ingin memperberat masalah mereka, apalagi mereka sudah lelah dengan masalahnya. Lia berpikir, Mamanya sudah lelah bekerja untuk mencukupi kebutuhannya selama ini, sedangkan Tantenya sudah sibuk dengan kerjaannya. Biasanya, Lia akan bercerita dengan sahabatnya, Zahra. Tapi untuk kali ini, sepertinya tidak.

🔹🐈🔹


Pagi ini, Lia kembali sendirian di rumah. Tantenya tadi malam pamit pulang karena urusan kerjaan, lagi. Mamanya juga belum pulang, mungkin masih ada kerjaan di luar kota.

"Selamat pagi, Lia! Yuhuuu," pekik orang berada di depan Lia dengan suaranya yang nyaring.

"Aduh, sakit telingaku, Zahra. Biasa aja dong," gerutu Lia.

"Iya iya, gitu aja marah," ujar Zahra, kemudian duduk di bangkunya.

"Lia. Kamu ada masalah?" tanya Zahra hati-hati.

"Gak." jawab Lia singkat, padat, jelas.

"Ish. Aku serius, Lia ... Kamu itu akhir-akhir ini gak fokus, sering melamun, terus jadi anak pendiem." ungkap Zahra mengeluarkan segala perasaannya.

"Gapapa, Zahra. Aku biasa aja, kok." ujar Lia yang masih teguh pembohongan.

Zahra hanya mendengus kesal mendengar penuturan Lia. Ia sudah tak tau harus bagaimana. Sahabatnya yang satu ini, kadang emang keras kepala.

Venus menduduki bangkunya tetap di samping Lia. Ia terkejut! Ada yang berbeda dengan Lia. Bukan! Bukan auranya lagi yang berbeda, tapi arwah. Ya, ada arwah yang mengikuti Lia. Arwah itu berdiri di samping Lia. Tentu saja, Lia tak dapat melihatnya. Hanya manusia spesial yang dapat melihat makhluk itu.

Venus menormalkan raut wajahnya dan kembali duduk. Jika dilihat, arwah itu ber-aura merah, yang berarti memiliki aura jahat. Venus berpikir, mungkin arwah ini ada sangkut pautnya dengan Lia.

Dream PuzzleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang