一 🌈 First Glance

687 60 14
                                    

Sudah sepuluh menit Xuxi memainkan pulpen tinta hitam dengan jarinya. Tatapannya lurus ke depan namun kosong. Tidak tahu apa yang mengganggu pikirannya beberapa hari ini. Bahkan teman-temannya saja sampai heran mengapa Xuxi menjadi lebih diam. Wajar saja, laki-laki dengan postur tubuh tinggi ini biasanya menjadi biang keladi di sekolahnya.

Plak

Pensil kayu tepat mengenai pelipisnya. Xiaojun, laki-laki dengan alis tebal itulah pelakunya. Mereka sudah bersahabat sejak enam tahun lalu. Beberapa bekas luka di tubuh mereka adalah bukti seberapa seringnya mereka menyakiti satu sama lain—— kata orang laki-laki harus bisa berkelahi, bukan?

Xuxi hanya memberikan tatapan sinisnya pada Xiaojun. Kalau sampai sahabatnya itu melukai wajah tampannya, ia tidak segan-segan membalas. Namun kali ini ia hanya diam, kembali melamun lebih tepatnya.

Tidak kapok, Xiaojun kembali menjahili Xuxi, kali ini dengan penggaris besi berukuran dua puluh sentimeter. Tentu saja Xiaojun tidak mengarahkan penggaris itu ke wajah Xuxi. Ia berniat melemparnya ke arah pahanya, tapi lemparannya melesat terlalu tinggi. Penggaris itu menggores empat jari Xuxi sekaligus. Xiaojun yang nampak panik pun tidak bisa berbuat apa-apa, selain pasrah kalau ia akan dijadikan kelinci percobaan untuk latihan tinju Xuxi nanti sore.

Kali ini barulah Xuxi merasa geram. Ia baru saja ingin berdiri dari tempat duduknya, tapi wali kelas mereka sudah datang. Xiaojun menjulurkan lidahnya seolah meledek yang disambut oleh tatapan maut Xuxi. Xiaojun seolah lupa rasa sakit yang dihasilkan oleh tinjuan Xuxi.

"Selamat siang, anak-anak. Hari ini saya tidak sendirian. Guanheng, silakan perkenalkan dirimu," pinta wali kelas mereka.

"Selamat siang, teman-teman. Nama saya Huang Guanheng," ucapnya sambil tersenyum.

Laki-laki berkulit putih susu dengan rambut hitam yang hampir menyentuh mata itu tersenyum lebar memamerkan gigi rapihnya. Tidak sedikit murid perempuan yang terpesona bahkan sampai menyebut-nyebut namanya. Guanheng sudah biasa. Di sekolah lamanya ia merupakan incaran perempuan dan bahkan laki-laki sekalipun.

Xuxi sendiri yang sedaritadi menatap punggung Xiaojun memikirkan balasan apa yang pantas untuk diterima sahabatnya itu beralih pandang pada ketampanan Guanheng. Tidak pernah Xuxi menganga cukup lebar melihat seorang laki-laki. Ia pikir ia adalah laki-laki paling tampan di sekolah ini- kadang di dunia.

Matanya bahkan tidak berkedip seolah terhipnotis oleh ketampanan laki-laki yang berdiri tepat di samping wali kelasnya itu. Dan tanpa sengaja mata mereka bertemu. Hanya sepersekian detik, tapi sukses membuat detak jantung Xuxi tidak karuan. Sungguh, ada yang tidak beres dengannya.

Wali kelas mereka menyuruh Guanheng untuk duduk di barisan kedua dari belakang tepat di samping jendela. Xuxi sendiri duduk di barisan paling belakang di pojok kanan dekat pintu keluar—— pikirnya agar ia mudah jika ingin bulak-balik ke toilet atau menjadi orang pertama yang keluar dari kelas saat jam istirahat tiba.

Xuxi bisa melihat Guanheng dari samping, cukup jelas. Wajah Guanheng terkena cahaya matahari yang cukup terang dan menyilaukan siang itu. Entah mengapa, hanya dilihat dari samping saja, Guanheng bisa membuat orang tergila-gila. Belum lagi laki-laki itu terlihat ramah dan selalu tersenyum.

Gerak mata Xuxi tidak bisa beralih darinya. Entah mengapa, Xuxi juga tidak mengerti. Ia tahu ini tidak benar- bagi sebagian orang, tentu saja. Namun hatinya tidak bisa berbohong. Ada perasaan kagum yang tidak bisa ia hindari. Walaupun mereka baru bertemu untuk pertama kalinya.

🌼🌈💚🍓

"Kau tidak berniat membalasku, 'kan?" tanya Xiaojun sambil mengunyah makan siangnya.

Xuxi hanya diam, melamun. Makan siangnya belum disentuh. Minuman kaleng dingin yang ia beli pun belum diteguknya. Padahal biasanya itu yang ia cari pertama kali saat jam istirahat.

"Xuxi," panggil Xiaojun sambil melambaikan tangannya di depan wajah Xuxi—— berusaha menyadarkan pikiran sahabatnya itu.

"Aku butuh ke kamar mandi," ucap Xuxi singkat tanpa menatap lawan bicaranya.

Xiaojun tahu ada yang tidak beres dengan Xuxi, tapi ia tidak mau menanyakan hal semacam ini di sekolah. Mereka tidak hanya berdua, teman main mereka banyak hanya saja Xuxi dan Xiaojun sudah lebih lama kenal daripada teman-teman satu perkumpulannya.

Xuxi berjalan melewati koridor sekolah. Banyak murid perempuan yang memanggil-manggil namanya atau bahkan sekadar menatapnya. Biasanya Xuxi membalas dengan memberikan tatapan menggoda dan mengedipkan matanya, tapi kali ini tidak. Ia tampak seperti laki-laki dingin dan misterius.

Setelah mencuci mukanya dengan air berkali-kali, Xuxi merasa sedikit lega. Air dingin memang sangat menyegarkan. Hanya saja sekarang ia haus karena tidak minum sejak tadi, minuman kalengnya kan ia anggurkan tadi.

Bodohnya, ia lupa membawa handuk kecil yang selalu ia taruh di lokernya. Tisu di kamar mandi juga habis. Ah, apa ia harus keluar dengan kondisi wajah yang basah seperti ini. Tidak mungkin, pikirnya.

Xuxi menatap cermin di depannya. Ia memikirkan cara agar wajah dan rambut depannya bisa kering tanpa handuk—— mustahil.

Setelah cukup lama berpikir, ia membuka satu per satu kancing seragamnya, tidak menyisakan apapun. Kalau biasanya murid laki-laki memakai kutang atau kaos dalam, Xuxi memilih tidak. Dengan cepat, ia mengelap wajahnya dengan seragam itu. Walaupun kotor dan tidak baik untuk wajah, ia tidak peduli. Wajahnya akan tetap tampan, pikirnya.

"Seharusnya kau membawa handuk kecil jika ingin membasuh wajahmu dengan air. Seragam itu kotor dan penuh bakteri, tidak baik untuk kebersihan wajahmu."

Xuxi melihat ke cermin dan tidak menyangka dengan bayangan indah yang ia lihat saat ini. Itu Guanheng. Ia segera menoleh ke samping tanpa berkedip. Guanheng melihat tubuh atasnya polos di kamar mandi dan hanya ada mereka berdua disini. Ah, Xuxi apa yang ada di pikiranmu. Ini adalah hal yang wajar. Laki-laki melihat tubuh polos laki-laki lain merupakan hal yang lumrah.

Xuxi merutuki pikirannya yang kotor. Bagaimana bisa ia berpikir macam-macam. Guanheng adalah laki-laki dan Xuxi tidak boleh menginginkannya.

"Aku membawa handuk kecil. Ini bersih, belum kupakai sama sekali. Pakai ini saja," ucap Guanheng.

Xuxi menggeleng, "Tapi—— wajahku sudah kering."

"Rambutmu masih basah, bulir airnya jatuh mengenai wajahmu."

Guanheng tersenyum. Tangannya masih terulur dengan handuk kecil berwarna putih berinisial HG yang dijahit dengan benang emas, terletak di ujung handuk.

"Xiexie," balas Xuxi.

"Kau sepertinya sangat canggung denganku. Tidak perlu seperti itu. Kita bisa berteman jika kau mau," ucap Guanheng sambil menepuk bahu Xuxi yang polos.

Xuxi terdiam. Ia benar-benar tidak tahu harus menjawab apa. Ini tidak seperti dirinya yang biasanya mudah bergaul dengan siapa saja. Guanheng berbeda. Laki-laki ini membuat dirinya tidak berdaya.

"Sebentar lagi jam istirahat selesai. Aku kembali ke kelas duluan, ya. Jangan terlalu lama disini," sambung Guanheng.

Setelah memastikan Guanheng keluar dari kamar mandi, Xuxi bisa bernapas lega. Jelas ia bingung, sangat bingung lebih tepatnya. Mengapa ia menjelma menjadi gadis yang suka tersipu malu dan salah tingkah jika berada di dekat laki-laki tampan. Ini tidak beres, sungguh tidak beres.

"Sebenarnya apa yang membuat pesonamu begitu menyilaukan mataku, Guanheng?" batin Xuxi sambil menatap pintu kamar mandi.

Aster & CarnationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang