四 🌈 Art and The Artist

199 50 0
                                    

Sudah seminggu semenjak kejadian Xuxi terhantam bola sampai ia masuk rumah sakit. Rasanya ia tidak ingin lagi berdiri di pinggir lapangan bahkan sekadar lewat pun ia malas. Bukan apa, ia tahu banyak yang membicarakannya. Bagaimana bisa seorang Xuxi yang terkenal sebagai the strongest muscular man sampai dirawat tiga malam di rumah sakit hanya karena bola—— sungguh memalukan.

Karena itu Xuxi lebih memilih sendirian daripada bergabung dengan Xiaojun dan temannya yang lain. Ia duduk di bawah pohon besar, tentu saja dengan cola dingin di tangannya. Jarinya terus mencorat-coret layar ipad miliknya. Entah apa yang sedang ia lakukan. Menggambar? Tapi, Xuxi tidak akan melakukan itu jika bukan karena terpaksa. Lalu apa?

"Hei, kau tidak bergabung dengan temanmu yang lain?"

"Guanheng——"

"Mengapa kau terkejut? Seperti lama tidak bertemu saja," ledek Guanheng sambil meneguk ginger ale yang baru saja ia beli.

Xuxi sedikit salah tingkah begitu melihat Guanheng dengan nyamannya duduk di sebelahnya. Walaupun mereka tidak berdempetan, tapi tetap saja ada rasa yang aneh di dalam tubuh Xuxi. Ditambah Guanheng hanya diam menatap lurus ke depan sambil tertawa lebar melihat pertandingan di lapangan. Sesekali laki-laki itu meneguk minumannya dan menetes turun ke dagunya membuat Xuxi ingin sekali—— ah, lupakan.

Xuxi kembali fokus pada ipad-nya. Sedaritadi ia memang sibuk menggambar. Dan yang mengejutkan lagi adalah ia menggambar Prince Eric versi kartun. Ia sempat menonton the little mermaid di kamar rawatnya waktu itu karena bosan. Ia juga penasaran bagaimana rupa Prince Eric sampai-sampai teman perempuan di kelasnya menyebut pangeran itu mirip sekali dengan Guanheng.

"Apa kau ada waktu sore ini, Xuxi?"

"Memangnya kenapa?"

"Kakak perempuan tertuaku akan berulang tahun dua hari lagi. Aku belum menemukan hadiah yang pas untuknya. Kudengar dari orang-orang kalau kau sangat mengerti perempuan. Jadi apa kau bersedia membantuku?"

"Sangat mengerti perempuan?"

Guanheng mengangguk. Ia sepertinya sangat yakin dengan omongan orang-orang di sekolah jika Xuxi 'sangat mengerti perempuan'.

"Memang kau ada rencana mau memberinya apa?"

"Tidak ada bayangan sama sekali."

Xuxi menatap layar ipad-nya sebentar. Jelas saja, lukisannya sangat tidak enak dipandang, tapi ia pikir bagaimana dengan memberi lukisan?

"Kau bisa melukis?"

"Hmmm—— tidak begitu ahli, tapi jika butuh aku akan melakukannya."

"Kalau begitu, berikan kakak perempuanmu lukisan sebagai hadiah. Lukisan tanganmu sendiri akan sangat berarti untuknya."

Guanheng tersenyum lebar penuh arti. Sepertinya laki-laki itu sangat puas dengan kalimat yang diutarakan Xuxi. Ia sama sekali tidak kepikiran soal hal semacam itu. Ternyata benar, Xuxi ini memang 'sangat mengerti perempuan', pikirnya. Ia sangat-sangat berterimakasih pada Xuxi. Siang itu juga, ia mengajak Xuxi makan makanan paling mahal yang pernah dijual di kantin.

Guanheng melihat Xuxi yang sibuk mengunyah di depannya sambil terkekeh. Belum pernah ia melihat orang makan senikmat itu. Walaupun Xuxi berasal dari keluarga yang cukup kaya, tapi ia tidak gengsi untuk bersikap seperti anak yang tidak pernah makan enak.

"Xuxi, aku sudah lama tidak melukis."

"Lalu?"

"Maukah kau menjadi modelku malam ini? Hitung-hitung untuk meluweskan tanganku."

Aster & CarnationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang