"Xuxi," panggil Xiaojun.
Xuxi hanya menoleh sebentar lalu menaikkan sebelah alisnya seolah bertanya ada apa. Laki-laki itu sedang sibuk membungkus tangan kirinya dengan handwrap. Sedangkan Xiaojun duduk di depannya dengan kepala yang mendongak ke atas berusaha menatap wajah Xuxi.
"Kau masih marah?" tanya Xiaojun membuat Xuxi mengerutkan keningnya.
Aku tidak pernah marah.
Xuxi menggeleng lalu memasang boxing glove di kedua tangannya. Saat ini sudah pukul sepuluh malam, tapi bukannya langsung pulang, Xuxi malah membawa Xiaojun ke tempatnya latihan boxing. Sicheng sang pelatih sudah pulang satu jam lalu, tapi ia mengizinkan Xuxi untuk datang dan berlatih tanpanya.
Kalau sedang kesal, Xuxi memang melampiaskan semuanya lewat tinju. Dengan begitu, amarahnya bisa sedikit reda.
Xuxi dan Xiaojun pergi dari rumah Guanheng sekitar satu setengah jam lalu. Mereka baru sampai disini sekarang karena lalu lintas yang macet, maklum ini weekend.
Sebelum pergi, Xuxi memastikan Guanheng sudah tertidur di ranjang mewah miliknya. Anak itu benar-benar sangat lemah untuk perkara alkohol. Hanya meneguk satu kaleng saja bisa sampai begitu.
"Masalah di kamar mandi itu, aku minta maaf," ucap Xiaojun sebelum Xuxi memasuki arena tinju.
Xuxi menghiraukan omongan Xiaojun, ia malah sibuk memukuli samsak. Xuxi tidak marah, ia hanya kesal. Kenapa di setiap momen dirinya bersama Guanheng, disitu selalu ada Xiaojun.
"Ya sudah lah, kau berlatih sendiri saja. Aku pulang," ucap Xiaojun lagi.
Kali ini Xuxi tidak membiarkannya pergi begitu saja. Ia meninggalkan arena tinju dan berjalan menemui Xiaojun yang sudah akan sampai di pintu keluar.
"Aku tidak marah, hanya saja, kenapa selalu dirimu?"
"Maksudmu?"
"Kau selalu ada di tengah-tengah aku dan Guanheng," jelas Xuxi.
Xiaojun membesarkan kedua matanya seketika, menatap Xuxi dengan pandangan yang sulit dijelaskan. Pandangan tidak percaya, bisa dibilang.
"Kau dan aku itu berteman sejak dulu. Wajar kalau aku selalu bersamamu. Sekarang sudah ada Guanheng dan kau berniat membuangku?" tanya Xiaojun sambil tertawa remeh.
"Bukan—"
"Okay, nikmati waktumu berdua dengannya. Cari aku kalau kau sedang butuh saja," sela Xiaojun lalu meninggalkan tempat itu.
🌼🌈💚🍓
"Renjun?"
"Tidak hadir," ucap ketua kelas.
Hari ini, tepatnya hari Senin, seperti biasa mereka kembali masuk sekolah. Renjun tidak masuk, itu berarti tidak ada orang yang duduk di tengah-tengah Xuxi dan Guanheng. Percuma juga, jarak antara mereka tidak begitu dekat karena ukuran kelas yang besar. Tapi dengan tidak adanya Renjun, jika Xuxi menoleh ke kiri sekilas, ia langsung bisa melihat wajah Guanheng dari samping.
Lebih terlihat jelas memang, tapi jujur saja Xuxi lebih suka menatap Guanheng dari ujung kelas, tempat ia duduk dulu. Kalau duduk sejajar begini, malah lebih susah untuk mencuri pandang.
"Guanheng, kau bisa duduk di tempat Renjun. Matahari siang ini sangat panas," pinta guru sejarah yang sedang mengajar siang itu.
Namun siswa yang duduk di pinggir dekat jendela bukan hanya Guanheng saja. Beberapa dari mereka juga protes karena Guanheng yang diminta pindah, tidak adil. Siapapun bisa duduk di tempat Renjun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aster & Carnation
FanfictionHendery; the Aster represents love, patience, and charm. Lucas; the Carnation represents pure love, good luck, and admiration. 🌈 ♂️x♂️; warning!