八 🌈 Mathematics

180 48 1
                                    

Dua hari lagi ujian matematika. Beberapa murid tidak ambil pusing karena mereka sudah mengikuti bimbingan belajar di luar jam sekolah. Sedangkan Xuxi, dia sama sekali tidak mau repot. Ia sudah lelah sekolah kemudian harus latihan boxing. Kalau ditambah harus ikut bimbingan belajar, ia bisa stress.

Untung saja kedua orangtuanya mendukung keputusan Xuxi. Anak itu memang tidak berprestasi dalam bidang akademis, tapi ibu dan ayahnya tidak mempermasalahkan. Xuxi memiliki keahlian di bidang olahraga. Setiap anak diberi karunianya masing-masing, bukan?

Lain halnya dengan Guanheng yang berkebalikan dengan Xuxi. Ia selalu mendapat juara di sekolah lamanya. Tidak heran betapa banyaknya perempuan yang mengincarnya. Bukan hanya tampan dan kaya, Guanheng juga memiliki otak yang jenius.

"Ajarkan aku matematika."

"Kau tahu kan aku ini bodoh," balas Xiaojun sambil memukul kepala Xuxi dengan sendok.

Mereka sedang makan siang. Seperti biasa, tidak hanya ada mereka berdua, tapi banyak murid laki-laki lain. Semua teman perkumpulannya sama saja, pikirnya. Tidak Xiaojun tidak yang lain, sama-sama bodoh.

Biasanya Xuxi juga tidak peduli jika ada ujian apalagi ujian matematika. Entah mengapa kali ini ia bersemangat ingin belajar.

"Untuk apa sih kau belajar? Biasanya juga menyerah," sahut Xiaojun lagi.

"Ini tahun terakhir kita, bodoh. Ubah sedikit pikiran malasmu," ucap Xuxi yang membuat teman-temannya terbahak.

Xuxi pergi dari kantin. Ia merasa akhir-akhir ini lebih nyaman menyendiri di rooftop. Walaupun siang ini panas terik, tetap ada tempat yang teduh di atas sana. Ia membawa gitarnya dan beberapa snacks serta minuman kaleng dingin. Ia berencana bolos untuk mata pelajaran setelah ini. Tadi ia sudah izin keluar untuk latihan boxing. Jadi Xuxi pikir tidak akan ada yang tahu dia ada di rooftop.

Kau dimana?

Pesan singkat itu dari Guanheng. Sudah empat puluh menit Xuxi di atas sana dan Guanheng baru menyadari bahwa Xuxi tidak ada di kelas, lucu sekali. Anak itu memang terlalu fokus jika sedang mengikuti pelajaran.

Rooftop, balas Xuxi.

Setelah membalas pesan singkat Guanheng, Xuxi memutuskan untuk merebahkan diri. Disana memang ada sofa yang sudah usang namun masih cukup nyaman untuk ditiduri. Ia memejamkan matanya yang dilanda kantuk.

Xuxi sama sekali tidak berpikir bahwa Guanheng akan menyusulnya.

"Hei!"

"Kau tidur?"

Xuxi mengangkat badannya untuk duduk dan mendapati Guanheng berdiri dengan membawa beberapa buku di tangannya.

"Kau menyusulku? Untuk apa?"

"Belajar matematika. Tidak ada banyak waktu lagi. Sepulang sekolah kau selalu sibuk latihan boxing. Jadi aku akan mengajarimu sekarang."

"Darimana kau tahu kalau-"

"Xiaojun."

Xuxi tidak menyangka Xiaojun seperhatian itu padanya. Ia pikir Xiaojun tidak akan peduli jika Xuxi ingin belajar, tapi anak itu malah meminta Guanheng untuk membantunya. Begitulah namanya sahabat, mungkin terlihat tidak peduli, tapi diam-diam sangat perhatian. Maklum, mereka kan laki-laki jadi cenderung tidak mau menunjukkan afeksi pada satu sama lain.

Sudah satu jam berlalu, tapi Xuxi baru menyelesaikan 4 soal. Jawabannya benar semua, sih. Tapi, bagaimana nanti saat ujian? Dalam waktu dua jam harus bisa menyelesaikan 20 soal.

Aster & CarnationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang